Davis mengangguk. Aurel menatap Davis yang terbungkus dengan handuk. Davis menggigit bibirnya dengan ekspresi canggung. Itu pemandangan yang sangat lucu. Dia menegakkan tubuh dan tangannya berada di samping tubuh Davis. "Davis, bisakah kau menggodaku di waktu dan tempat yang lain? Aku tidak ingin melakukannya pada pasien." Ekpresi Davis memerah dan menggertakan giginya. "Aurel, kapan aku merayumu?" Aurel melebarkan senyumannya. "Haha… Awas handukmu mau lepas.” Tatapan Aurel tertuju pada tubuh Davis. Dia menutupinya lebih ketat. Mata Aurel melebar tetapi mengingat Davis sedang sakit, jadi dia mengurungkan niat untuk menggodanya. Dia mengiring Davis kembali ke bak mandi dan meninggalkannya. Ketika Davis keluar dari kamar mandi, ada segelas teh jahe dan dua tablet obat flu di atas me