Jam menujukan pukul 7 malam, Davis yang berpakaian rapi telah siap untuk pergi bersama Aurel. Malam itu, dia mengenakan kemeja putih dan celana kain berwarna coklat tua. Di tangannya melingkar arloji mewah. Dia terlihat seperti CEO yang keren. Davis berjalan ke arah Aurel. “Apakah aku sudah terlihat tampan?” Aurel mengangguk, “Ya. Mereka akan terpesona dengan auramu.” Davis tersimpuh, wajahnya memerah karena malu. Dia menyelipkan tangannya di lengan Aurel saat dia bicara, “Ayo kita pergi, semuanya akan baik-baik saja selama aku tidak mempermalukanmu.” “Aku pikir mereka akan terkecut melihat kita.” Bibir Aurel terangkat sempurna. Mobil Maseraty terparkir di halaman vila. Keduanya berjalan menuju mobil. Di sana, sudah ada Mathew yang berdiri di depan mobil. Dia membungkuk dengan horm