11.00
Nikki mengemudikan ford hitamnya dengan cepat di atas jalanan panjang. Layar maps pada mobilnya mulai menunjukkan titik merah dimana sinyal kian melemah dan jalur yang dilewatinya tidak lagi terbaca. Nikki kemudian menatap layar ponselnya di atas dasbor, berharap ia mendapat balasan dari Kate. Tapi sudah hampir dua puluh empat jam setelah Nikki mengirim pesan pada Kate dan wanita itu juga belum menanggapinya.
Masih terus mengemudi, Nikki mengandalkan ingatannya tentang petunjuk arah yang ia dapat dari pria tua di pombensin tadi untuk tiba di desa itu lebih cepat. Ia menjaga mobilnya tidak berkendara keluar dari jalur utama. Di persimpangan, ada jalur kecil yang mengarahkannya ke kilometer 39. Dean pernah mengatakan kalau ia melewati jalur itu dalam perjalanan menuju kesana. Nikki ragu-ragu, seharusnya ia mengemudi lurus, tapi akhirnya ia memutuskan untuk memutar setir dan berbelok di jalur kecil.
Permukaan jalanannya masih berupa tanah kering yang diselimuti oleh rumput liar dan bebatuan kecil. Karena tanahnya yang tidak rata, mobilnya harus melewati guncangan hebat selama lebih dari lima belas menit sebelum jalur terasa lebih mulus untuk dilewati. Di samping kanan dan kirinya, pepohonan tinggi dan bukit tanah yang membentuk tebing setinggi tiga meter di atas atap mobilnya, memberondong jalur sepenuhnya. Nikki tidak bisa melirik ke kanan maupun ke kiri karena tebing tanah itu menghalangi pemandangan. Sementara itu jalur yang panjang masih menunggu di depan. Papan penanda jalan memberitahunya kalau setidaknya ia harus berkendara sejauh satu kilometer lagi sebelum sampai di kilometer 39.
Untuk menemani perjalanannya yang kian mencekik, Nikki mendengarkan siaran berita yang diputar di radio. Beberapa radio lokal menyampaikan perkiraan cuara ekstrem dan badai yang akan datang dalam dua hari ke depan. Pada siaran lain, seorang pembicara menyebut-nyebut soal penyakit menular yang mulai tersebar di penjuru Minchigan. Seolah hal itu belum cukup buruk, peristiwa longsor terjadi di kawasan pegunungan rokcy. Sebuah bangunan tua bersejarah runtuh akibat pengeboman. Nikki bergidik ngeri. Tampaknya semua orang punya masalah serius.
Ketika Nikki sedang mengamati jalur kosong yang terbuka di depannya dan mencari cara untuk memotong jalan, tiba-tiba radio mengeluarkan suara gemerisik yang lirih. Sebuah panggilan yang masuk berusaha menyela seorang reporter yang sedang membawakan berita perkiraan cuaca ekstrem. Nikki langsung melirik layar ponselnya dan melihat nama Kevin muncul disana. Setelah menekan tombol terima, panggilannya otomatis tersambung ke mikrofon radio.
“Kevin? Ada kabar dari Kate?” langsung saja Nikki bertanya.
“Ya, dia ingin terhubung denganmu sekarang.”
“Oke, sebutkan nomornya!”
“445-207”
Nikki menekan serangkaian tombol angka pada layar radio di mobilnya, kemudian suara Kevin langsung beralih ke nada dering telepon. Pada deringan kedua, suara Kate akhirnya muncul disana.
“Nikki?”
“Ya, Kate, ini aku.”
Persis seperti yang sudah ia duga, Kate langsung menyemburkan sejumlah kata untuk menyalahi keputusannya.
“Dimana kau sekarang?”
Nikki tidak mau membohongi wanita itu, jadi langsung saja ia menjawab. “Aku sedang dalam perjalanan kesana.”
“Sial! Apa kau tahu yang kau lakukan itu bisa saja membahayakan dirimu?”
“Aku tahu, Kate.. tapi Dean butuh bantuan secepatnya.”
“Aku sudah bilang padanya untuk mengaktifkan pelacak. Tidak ada yang bisa kita lakukan sampai dia mengaktifkannya. Kita tidak tahu dimana dia berada. Kawasan itu sangat tertutup, letaknya juga jauh dari keramaian, terlalu berbahaya pergi kesana sendirian.”
“Aku tahu kau akan bilang begitu. Tapi aku sudah memutuskan untuk pergi dan aku sudah bertanya-tanya pada seseorang yang tinggal di dekat sini. Dia membantuku menunjukkan jalan yang tepat untuk sampai disana.”
“Apa Dean sudah menghubungimu lagi?”
“Tidak, kurasa ponselnya kehabisan daya. Dia belum menjelaskan lebih detail tentang apa yang terjadi padanya. Dia hanya mengatakan kalau dia melihat aksi pembunuhan, dan kurasa seseorang berusaha mengejarnya saat kami berbicara di telepon dan hal terakhir yang dia katakan adalah ‘darah.. seseorang mengenaiku..’ maksudku, apa artinya semua itu, Kate? Dia sudah pasti berada dalam bahaya dan aku tidak bisa diam begitu saja.”
“Oke, tapi tolong dengarkan ini! Aku sudah menghubungi kantor keamanan terdekat dari sana. Seseorang akan datang untuk menyusulmu untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Pastikan GPS-mu tetap menyala, ya!”
“Ya..”
“Aku akan memantau pergerakanmu melalui GPS itu. Dan kalau kau menemukan Dean, minta dia untuk mengaktifkan kode merah.”
“Apa itu artinya?”
“Kau akan tahu. Tapi jika kau tidak berhasil menemukan dia dan kau berada dalam bahaya, ingat untuk menghubungiku melalui radio. Kau masih ingat nomornya?”
“445-207, ya.”
“Bagus. Ada chip kecil di bawah mesinnya yang bisa kau lepas kalau sewaktu-waktu kau harus meninggalkan mobil itu.”
“Maaf, chip kecil apa?”
“Benda kecil hitam di bagian bawah mesin radiomu.”
Nikki menjulurkan satu tangannya ke bawah mesin radio untuk memeriksa alat dimaksud Kate kemudian meraba-raba sampai menemukan apa yang dicarinya. Benda itu tidak lebih besar dari ibu jarinya tapi membuat Nikki terheran-heran karena selama ini ia tidak pernah tau kalau benda itu ada sampai Kate mengatakannya.
“Bagaimana kau bisa tentang benda ini?”
“Kalau pekerjaanmu melibatkan perampok mobil, minimal kau harus selangkah lebih pintar dari mereka. Jadi kau menemukannya?”
“Ya. Bagaimana cara melepasnya?”
“Kau harus menekan ujungnya kemudian menariknya dengan keras.”
Nikki mencoba dan langsung berhasil pada percobaan pertama.
“Oke, aku sudah dapat.”
“Bagus! Simpan itu di sakumu. Sekadar berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu dibutuhkan.”
Nikki masih menatap benda kecil hitam itu, mengangkatnya tinggi-tinggi di depan wajah selagi menelaah fungsi tiga lubang kecil di atas permukaannya. Kemudian ketika Nikki mengangkat wajah untuk kembali menatap jalanan panjang di hadapannya, bangkai seekor rusa yang tergeletak di jalanan membuatnya tersentak kaget. Kakinya spontan menginjak pedal rem dengan keras. Mobil berhenti tepat sebelum menggelas bangkai rusa yang masih utuh itu, dan karena berhenti mendadak, tubuhnya terlonjak keras hingga keningnya nyaris saja membentur permukaan setir. Suara melengking yang keras ketika ban mobilnya yang mengilas aspal terdengar sampai ke seberang telepon. Kate yang ikut mendengarnya langsung bertanya.
“Nikki? Kau baik-baik saja? Suara apa itu?”
Butuh beberapa detik bagi Nikki untuk memulihkan diri. Matanya terpaku ke depan, sedang jantungnya mencelos hebat. Kejadian tak diduga-duga itu membekukannya selama beberapa saat. Kemudian, kali kedua Kate bertanya, lamunan Nikki langsung buyar.
“Ya. Aku tidak apa-apa.”
“Apa yang terjadi.”
“Kupikir aku hampir saja menabrak bangkai rusa.”
“Apa? Bagkai? Maksudmu rusa itu sudah mati sebelum kau nyaris menabraknya.”
“Ya, kurasa begitu. Tapi aku harus memastikannya lagi. Nanti kuhubungi lagi, ya.”
“Oke, berhati-hatilah. Kau bisa menghubungiku kapanpun, aku akan memastikan telepon ini terhubung setiap saat.”
“Terima kasih, Kate.”
Panggilan telepon di putus. Nikki langsung bergerak turun untuk memeriksa bangkai itu. Ia sepenuhnya yakin kalau bumper mobilnya tidak menabrak rusa itu karena kalau bumpernya yang menabrak si rusa, Nikki pasti sudah bisa merasakannya. Selain itu kalau ia secara tidak sadar menabraknya, maka rusa itu seharusnya terseret beberapa meter jauhnya di jalan. Sementara jarak mobilnya dengan bangkai rusa itu masih terlalu dekat untuk dapat dikatakan sebagai tabrakan. Untuk memperkuat dugaannya, bagian depan mobil juga tidak mengalami penyok. Tidak ada bercak darah apapun yang menempel disana, jadi ia dapat menyimpulkan dengan tegas kalau rusa itu memang sudah berada di jalanan jauh sebelum Nikki sampai disana. Tapi hal itu menimbulkan pertanyaan lain. Jika rusa itu secara tidak segaja ditabrak, maka itu berarti ada pengendara lain yang melewati jalur itu.
Nikki kemudian bergerak mendekati bangkai untuk melihatnya lebih jelas. Barangkali ia akan menemukan luka bekas tabrakan di tubuh rusa. Namun penampakan di hadapannya membuat bulu kuduknya terangkat dan darahnya mengalir deras. Selama sesaat Nikki tercekat. Reaksi alaminya adalah bergerak mundur sembari menutupi hidung dan mulutnya. Meskipun merasa mual, tatapannya tetap terkunci pada luka bekas sayatan di tubuh rusa itu. Darah mengalir keluar, beberapa bagian dalam tubuhnya menghilang, sisanya dibiarkan menghambur begitu saja di bawah kulitnya yang terbuka. Kemudian ia memberanikan diri untuk melihat dari dekat, saat itulah tenggorkan Nikki tercekat. Bekas sayatan itu membentuk sebuah pola lingkaran dengan tiga garis melintang - simbol yang familier.
Simbol setan seperti yang ditunjukan Dean.