Cukup lama Vario berada di dalam kamar mandi itu, karena cairan oli itu memang sulit untuk dibersihkan tapi bukan Vario namanya jika dia akan mengalah sebelum perang.
"Alex,, gue butuh pakaian ganti, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut pakaian gue kotor semua. Ternyata mahasiswa gue ingin melakukan pemberontakan!" Ucap Vario to the point pada Alex lewat sambungan telepon.
"Tunggu lima belas menit. Gue OTW ke sana!" Jawab Alexander di seberang telepon.
"Dan satu lagi Alex, tolong bawakan aku sebungkus rokok!" Ucap Vario tegas.
Setelah melakukan panggilan pada Alex Vario tetap berada dalam kamar mandi karena saat ini dia benar-benar tanpa busana. Seluruh pakaiannya kotor, bahkan pakaian dalamnya ikut basah karena larutan oli itu.
"Sial. Inikah yang dirasakah para dosen yang dulu pernah gue bullying? Oh kalian hanya bisa melakukan itu satu kali saja dan gue tidak akan pernah memberikan kalian kesempatan kedua untuk melakukan itu lagi! Tidak." Gerutu Vario sambil menatap matanya sendiri lewat pantulan cermin di depannya dan selang lima belas menit setelah itu ponselnya kembali berdering, ada nama Alexander di layar ponsel itu dan buru-buru Vario menerima panggilan itu,,
"Ya. Lu udah nyampe mana?" Tanya Vario setelah menggeser panel hijau di ponselnya.
"Gue sudah ada di lobby kampus! Lu ada di mana?" Tanya Alex lagi.
"Gue da di dalam kamar mandi. Gue share lokasi. Dan lu bisa ngasih kue kode dengan menyebut nama bokap gue!" Jawab Vario dan Alexander hanya mengangguk paham karena mereka memang kerap melakukan itu dan selalu nama ayahnya yang akan menjadi kode jika mereka sedang berada di situasi seperti ini, Adolfo.
Benar saja, dua menit setelah Vario mengirim lokasi pada Alex terdengar suara Alex memberi kode dengan menyebut nama Adolfo di balik pintu dan Vario buru-buru memberi isyarat tiga ketukan di pintu kamar mandi yang dia gunakan.
Alex memberikan dua paper bag berisi pakaian Vario lewat ventilasi udara di atas pintu kamar mandi itu sementara Alex tetap berdiri di depan pintu kamar mandi untuk berjaga-jaga.
Buru-buru Vario berganti pakaian , mengeringkan rambut juga memoles sedikit wajah dan bibirnya agar terlihat fresh seperti saat dia datang tadi. Dia tidak ingin jika anak-anak itu merasa telah menang setelah membuatnya berakhir di kamar mandi ini. Tidak, karena dia akan melakukan perlawanan.
" Oh. Apa yang terjadi?" Tanya Alexander saat Vario keluar dari kamar mandi setelah selesai berganti pakaian. Rambutnya masih terlihat lepek tapi riasan wajahnya cukup segar.
"Sepertinya gue dapat mahasiswa regenerasi kita!" Jawab Vario saat melangkah keluar dari kamar mandi, lalu berjalan menelusuri koridor kampus untuk kembali ke kelas di mana Jupiter dan para ajudannya berada.
"Sumpah lu?" Kutip Alexander.
"Yes. Dan sepertinya mereka salah mem-bullying orang. Gue akan buktikan pada mereka jika tidak semua dosen bisa mereka bullying seperti ini!" Jawab Vario dengan wajah murka juga langkah yang terlihat tangguh untuk menerima serangan berikutnya dari para mahasiswanya.
"Apa gue perlu turun tangan?" Tawar Alexander.
"Tidak. Ini hanya hal sepele. Dan dan gue masih bisa mengatasi ini sendiri!" Tolak Vario dengan tawaran yang Alexander tawarkan tadi. Ini adalah perang antar dia dan mahasiswanya dan kali ini Vario ingin menunjukkan pada para mahasiswa sok berkuasa itu jika mereka salah memilih lawan. "Tolong tunggu gue sebentar di sini. Gue harus menemui rektor , untuk mengatakan sesuatu!" Sambung Vario dan Alexander hanya kembali mengagguk, paham.
Vario berjalan menuju tangga sebelah timur, lalu menaiki tangga menuju lantai empat, di mana ruang sang rektor berada. Dan saat Vario sudah berdiri di depan pintu ruangan sang rektor seseorang menyapa Vario dari arah belakang.
"Selamat pagi, Bu Vega. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa seorang wanita cantik dan Vario yakin jika wanita ini adalah sekertaris sang rektor.
"Saya ingin menemui pak rektor. Ada hal penting yang harus saya sampaikan pada beliau dan saya tidak bisa mengatakan hal ini pada siapapun, karena ini bersifat pribadi." Jawab Vario dengan sangat sopan.
"Tapi beliau sedang,,," belum selesai kata yang diucapkan wanita itu saat tiba-tiba pintu ruangan rektor terbuka dari arah dalam dan dua orang dengan jas mewahnya keluar dari dalam ruangan itu diikuti oleh rektor itu sendiri. Vario yakin jika dua orang itu adalah tamu penting sang rektor tapi itu tentu tidak terlalu penting untuk Vario saat ini karena yang terpenting dia harus berbicara secara langsung dengan sang rektor kampus saat ini.
Vario juga langsung terdiam menoleh ke arah tiga orang yang keluar dari ruangan tersebut, membagi senyum ramahnya sembari menundukkan sedikit punggungnya sebagai tanda hormatnya kepada mereka yang Vario yakin jika mereka jauh lebih tua dari dirinya. Vario dan wanita yang Vario yakini adalah sekretaris sang rektor itu hanya berdiri menatap punggung ketiga orang itu dan saat dua diantaranya berlalu, sang rektor akhirnya berbalik untuk kembali masuk ke ruangannya.
"Maaf pak, Bu Vega ingin menemui Bapak! Apakah bapak punya waktu?" Tanya sang Sekertaris itu pada sang rektor dan rektor itu diam sejenak, memikirkan apa jadwal dia selanjutnya, dan saat dia merasa dia ada seminar satu jam lagi sang rektor mengganggu lalu mengatakan.
"Saya ada seminar di salah satu kampus lain. Tapi saya masih punya waktu satu jam lagi, dan,,,"
"Saya hanya butuh waktu Bapak lima belas menit saja. Tidak lebih!" Jawab Vario buru-buru memotong ucapan sang rektor yang mungkin akan menolak dengan alasan ada pertemuan lain, dan mau tidak mau sang rektor menganggu kemudian mempersilahkan Vario untuk masuk ke ruangannya, mendengar apa yang ingin Vario sampaikan padanya.
Sementara di klas Vario sebelumnya, para mahasiswa sudah terlihat bubar dari klas tersebut. Hanya tersisa beberapa mahasiswa saja di sana.
"Gue yakin tu dosen pasti kapok kali ini!" Ucap Opan dengan tawa yang sangat garing ketika mereka sudah berada di lapangan basket. Mereka memutuskan untuk bermain basket karena mereka pikir sang dosen tidak akan kembali ke klas mereka lagi.
"Jelas. Sejak kapan klas kita ada dosen yang betah berada di sana. Dan gue yakin jika saat ini , tu dosen baru pasti sedang mengomel di kamar mandi karena kesulitan membersihkan kotoran di tubuhnya!" Timpal Reyza menambahkan, sementara Jupiter hanya terlihat angkuh ketika kembali dari berganti pakaian dengan pakaian basketnya. Celana longgar selutut dan baju olah raga tanpa lengan yang mengekspos sebagian tubuh putihnya yang selalu mampu menghipnotis pandangan kaum hawa di kampus itu.
"Sudah, jangan membahas dosen itu lagi. Males banget dengerin!" Ucap Jupiter saat melempar bola basket ke dalam ring basket di sebelah selatan hingga bola itu masuk tepat ke dalam ring, sebagai aba-aba jika mereka sudah siap untuk pemanasan.
"Piter,,, Piter,,,"
Suara suports dari beberapa mahasiswi yang kebetulan masih menunggu jam klas mereka , dan menunggu sambil menonton aksi laki-laki tampan bermandi keringat adalah hal yang sangat menyenangkan untuk sekedar di lewatkan.
"Piter,,, I love you!" Sorak seseorang lagi sambil menunjukkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk hati seperti kebanyakan anak-anak muda sekarang lakukan, sambil mengatakan sarangheo, tapi Jupiter sama sekali tidak peduli dengan teriakan para gadis itu, benar-benar tidak perduli.
Permainan bola basket itu sudah di mulai saat Vario akhirnya kembali dari ruangan sang rektor, lalu bersiap untuk ke klas yang sebelumnya harus dia berikan materi, karena klasnya akan berlangsung seratus lima puluh menit, dan saat ini dia, Vario sudah membuang waktu hampir satu jam dengan percuma karena sambutan hangat dari mahasiswa nya yang menyebabkan dia harus kembali mandi dan berganti pakaian, dan masih tersisa sembilan puluh lima menit lagi untuk menyelesaikan klas tersebut.
Vario berjalan menelusuri koridor kampus untuk sampai di kelas, dan tiba-tiba Vario mendengar kegaduhan di lapangan dan dari arah lantai dua, Vario menoleh ke arah lapangan, melihat jika di sana ada beberapa mahasiswa yang sebelumnya berada di kelasnya terlihat sedang bermain basket. Vario ingat dengan sangat jelas wajah dua orang yang ada di lapangan itu, dia adalah Opan dan Reyza. Vario mengingat dua wajah itu karena ketika Vario ketumpahan cairan kotor itu, dua orang itu, Opan dan Reyza terlihat tertawa ke arahnya.
Vario memilih tidak menghiraukannya dan tetap melanjutkan langkahnya menuju klas. Sementara Alexander masih menunggu di ujung tangga lantai dua, dan Vario meminta Alexander untuk kembali karena Vario merasa mampu mengatasi hal ini sendiri.
Baru saja Vario membuka pintu klas itu kembali dan ternyata klas itu sudah terlihat sepi. Hanya ada dua mahasiswa di sana dan Vario diam sejenak di ambang pintu untuk mengawasi apakah masih ada jebakan lain di sana, dan saat Vario merasa sudah aman, Vario melangkah ke arah meja kerjanya, meletakkan satu tablet di atas meja itu lalu menghirup napas dalam-dalam sebelum akhirnya membaca daftar hadir di atas meja kerjanya.
"Kemana yang lain?" Tanya Vario tegas pada dua mahasiswa yang masih berada di klas tersebut, tapi kedua mahasiswa itu hanya memberi isyarat ke arah jendela pada Vario. Vario berjalan ke arah jendela lalu menoleh ke arah bawah tepat di lapangan basket. "Klas ku masih tersisa sembilan puluh empat menit dan aku akan menyelesaikan kelas ini dengan tertib!" Imbuh Vario saat merogoh saku blazernya kemudian menghubungi nomer ponsel seseorang. Tersambung.
"Ya. Ada apa lagi?" Sapa orang di telepon.
"Apa lu masih di lobby?" Tanya Vario
"Yes, gue otw balik!" Jawab orang itu yang tidak lain adalah Alexander
"Tolong bawakan gue senapan di bagasi mobil gue dan anter ke klas gue!" Ucap Vario lagi dan Alexander melihat ke arah belakang mobilnya, dan melihat jika di sana ada senapan angin yang kemarin mereka pakai untuk berburu. Alexander membawa senapan itu, juga membawa pelurunya. Alexander memilih membawa peluru plastik karena ternyata Alexander takut jika Vario menggunakan senjata itu untuk melukai seseorang. Oh sungguh Alex tidak mau ambil resiko jika sampai Vario benar-benar melakukan hal semacam itu. Apa yang akan dia katakan pada Karisma Adolfo jika Vario berakhir sebagai kriminal di tengah kampus populer ini.
Buru-buru Alex kembali naik ke lantai dua dan saat Alex sampai di ujung tangga lantai dua, dia melihat Vario sudah menunggunya di sana. "Apa yang terjadi?" Tanya Alexander lagi tapi Vario hanya diam dan memberi isyarat jika semua baik-baik saja, minta Alexander untuk diam di tempatnya saat ini, karena kali ini Vario malah memikirkan satu ide lain.
"Tunggu gue di sini. Gue butuh info rahasia dan seperti lu bisa menemukan apa yang gue inginkan!" Ucap Vario dan Alex langsung mengagguk faham, lalu memberikan satu headset kecil di telinga Vario yang tersambung dengan kaca mata khusus yang saat ini Vario Gunawan untuk mengganti kaca mata mainan yang sebelumnya Vario gunakan untuk mendukung penampilannya agar terlihat seperti dosen profesional.
"Pakai ini. Gue akan menunggu di mobil, mengawasi lu lewat perangkat ini. Karena sepertinya masalah mahasiswa lu cukup parah!" Ucap Alex saat memasang headset dan kaca mata lain untuk Vario gunakan, yang sudah di lengkapi dengan kamera khusus.
"Oke. Thanks!" Ucap Vario setelahnya.
Vario kembali ke kelasnya, mengisi peluru plastik ke dalam senapan angin itu lalu berjalan ke arah jendela untuk melihat ke arah lapangan basket di halaman samping bangunan besar itu. Ada dua tim yang sedang bertanding di lapangan itu, satu tim menggunakan pakaian orange dan tim lainnya menggunakan pakaian hijau, dan Vario yakin mahasiswa bimbingannya adalah mereka yang menggunakan pakaian orange tentu karena Vario mengenali Opan dan Reyza di sana.
Vario membidikkan ujung senjatanya ke arah mahasiswa berbaju orange dengan titik tembak yang di tujukan ke betis orang itu.
Dor,,,
Satu tembakan sudah melesat dan tepat sasaran ke betis Reyza dan seketika para pemain basket menoleh ke arah Reyza yang berteriak sakit, lalu menatap ke arah atas bangunan di mana arah sumber suara tembakan itu. Mereka sama-sama melihat jika di sana seseorang sedang membidik senapan ke arah mereka.
Dor,,,
Satu tembakan kembali melesat dan mengenai paha Opan lalu satu tembakan lagi mengenai mahasiswa lain dengan pakaian yang sama dengan yang Opan dan Reyza pakai. Seketika permainan itu langsung bubar dan gaduh mereka menghindari tembakan itu karena sepertinya dosen baru itu adalah dosen gila karena membawa senapan ke kampus.
Jupiter buru-buru menghindar dan bersembunyi di balik pohon besar berharap dia akan terbebas dari bidikan dosen gila itu tapi sayang bahunya masih bisa terlihat oleh Vario dan dua tembakan berhasil Vario tembakan tepat di bahu Jupiter.
"Auu. b******k,,, apa yang kau lakukan? Dasar dosen gila!" Teriak Jupiter saat bahunya terasa kebas, bahkan dia kesulitan untuk mengangkat lengannya karena rasa kebas itu.
"Kalian keluar klas di saat jam klas ku masih berlangsung, akan ada sangsi untuk mahasiswa yang melanggar atau tidak mematuhi peraturan di klas ku!" Teriak Vario dari arah lantai atas menggunakan alat pengeras suara. "Cepat masuk ke klas atau kalian semua akan aku D O dari mata kuliahku! Ini bukan hanya ancaman semata, tapi aku benar-benar akan membuat kalian menyesal dengan aksi tidak terpuji ini." Sambung Vario benar-benar terdengar seperti sedang mengancam para mahasiswanya di bawah sana.