Satu Minggu berlalu.
Pagi itu, jam sudah menunjukan angka sembilan dan salah satu ruang klas di ujung timur bangunan berlantai empat itu terdengar cukup gaduh. Seperti biasa, itu adalah klas paling gaduh di antara seluruh klas di bangunan empat lantai dengan logo universitas merah putih dan paling populer di Jakarta.
Ada keranjang sampah yang beralih fungsi menjadi ring basket, dan klas itu kini berubah menjadi tempat nongkrong, makan, bermain musik, merokok, dan tempat tidur. Ruangan itu benar-benar sudah beralih fungsi, dan bukan sebagai klas tempat menerima materi dan memberikan materi. Tapi tempat mereka menghabiskan waktu sampai mereka bosan.
Hampir semua dosen di kampus itu sudah angkat tangan untuk satu klas di bidang studi tersebut, sementara Vega baru genap satu minggu mulai aktif memberikan materi di kampus tersebut. Dan satu minggu ini Vega juga rutin menerima bullying setiap kali berada di dalam kelas tersebut, tapi Vega tidak menyerah karena Vega bertekad ingin merubah klas itu menjadi lebih tertib seperti kesepakatannya dengan sang sang rektor yang merupakan ayah dari Satria, tunangan Vega, dalam artian , calon mertuanya.
"Ini makanan pesanan lu!" Seorang pemuda menyodorkan satu nampan spaghetti ke seorang pemuda dengan kemeja cukup rapi, dengan kaki yang dia naikkan ke atas meja sementara punggungnya sedikit merebah di sandaran kursi di belakangnya. Dia adalah Jupiter, mahasiswa paling populer di kampus merah putih. Bukan populer karena kepintarannya atau iQ-nya yang terlalu tinggi, bukan, tapi karena tingkah sebrono-nya juga sederet pelanggaran-pelanggaran yang pernah dia lakukan membuat Jupiter dikenal baik oleh para mahasiswa ataupun oleh dosen dan dekan nya di kampus itu.
Tidak hanya itu, Jupiter juga memiliki paras tampan, tubuh tinggi, kulit putih dan sorot mata tajam dan yang paling penting, dia berasal dari keluarga kaya raya. Putra tunggal dari King Orion, pengusaha sukses dan sangat disegani dalam dunia bisnis. King Orion juga merupakan investor terbesar di kampus tersebut dan oleh sebab itu , dosen, dekan bahkan rektor sedikit mengistimewakan Jupiter Orion hanya karena pengaruh dan kekuasaan ayahnya dan itulah yang membuat Jupiter semakin bertingkah semena-mena di kampus itu.
"Lu terlalu lama. Nafsu makan gue dah ilang!" Protes Jupiter saat makanan pesanannya tidak datang tepat waktu.
"Kurirnya, yang low,,, kalo gue mah sat set, sat - set!" Jawab orang itu, Opan, salah satu diantara sederet sahabat Jupiter. Sahabat? Sepertinya ini jauh lebih ke tepat di katakan, ajudan. karena jika mereka sahabat seharusnya mereka akan saling men-support, saling membantu, saling menghormati, sebagai bentuk setia kawan, dan di sini Jupiter seolah menjadi orang yang harus segala kemauannya diikuti oleh mereka yang mengecap diri mereka sahabat Jupiter. Lalu bagaimana dengan Jupiter sendiri? Jupiter tidak peduli bagaimana dan apa yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya termasuk pada orang orang yang mengatakan dirinya adalah sahabatnya.
"Udah. Lu makan aja sendiri. Gue dah gak nafsu." Ucap Jupiter lagi masih dengan mata terpejam dan menikmati pijatan ringan di punggungnya dari seorang gadis cantik penghuni klas itu juga.
"Serius lu?" Kutip Opan dan Jupiter hanya mengibaskan telapak tangannya tetap dengan mata terpejam nya. "Oh,, rejeki nomplok. Thanks bosku!" Seru Opan saat menarik kembali nampan yang sebelumnya dia sodorkan untuk Jupiter. Mengangkangi kursinya , lalu menikmati makanan itu.
"Sepertinya dosen baru tu gak akan masuk lagi pagi ini! Oh dia kapok jauh lebih cepat dari perkiraan gue!" Timpal Reyza dari arah duduknya, tepat di belakang punggung Jupiter.
"Gue bilang juga apa? Gak akan ada satu orang dosen pun yang akan bertahan di klas kita." Lanjut Opan membenarkan ucapan Reyza dengan mulut penuh karena dia baru saja memasuki beberapa potongan daging spaghetti di depannya.
"Jangan salah, klas terakhir dia Minggu kemarin saja dia tetap tidak menyerah dan menyelesaikan klas kita meskipun tidak satupun mahasiswi yang mau mendengar penjelasan materi dari dia. Dan Entah kenapa Gue merasa jika hari ini dosen baru itu akan hadir." Timpal Noy Doris di belakang Opan sambil menyeruput minuman coffe coklat dalam cap di tangannya.
"Jika dia benar-benar masuk hari ini kupastikan dia akan menerima kejutan-kejutan yang sudah kita persiapkan dari kemarin!" Timpal Opan lagi dan Reyza juga yang lainnya langsung bersorak semangat untuk membuat dosen yang baru memberikan materi dua kali pertemuan di klas tersebut kapok.
"Setuju." Timpal beberapa orang lagi dan Noy Doris hanya tersenyum tipis untuk satu kegilaan di klas tersebut.
"Terserah kalian. Tapi please gue mohon jangan sampai tu dosen baru berakhir di rumah sakit seperti Pak Benito kemarin!" Timpal Noy Doris karena kemarin satu dosennya menang berakhir di rumah sakit setelah mendapat kejutan indah dari mereka dan sepertinya dosen itu mengalami pergeseran sendi. Dan sungguh Noy Doris tidak ingin hal serupa kembali terjadi pada dosen-dosen lainnya apalagi dosen baru itu adalah seorang perempuan.
"Cemen lu. Itu resiko mereka kali. Mereka sudah tahu jika klas kita memang seperti ini tapi dia berani mengambil resiko itu , ya artinya dia juga harus menerima semua ini!" Balas Opan lagi dan kali ini Noy Doris hanya bisa menggeleng rendah tapi juga tidak berbicara lagi karena itu akan percuma untuk di lakukan.
***
Pagi yang sama.
Sebuah mobil Jeep hitam masuk di gerbang utama kampus. Tidak terlihat pengemudi di dalamnya karena semua kaca jendela mobil itu berwarna gelap. Mobil itu melaju ke arah lobby parkiran khusus dosen dan dari sini para mahasiswa tahu jika pengemudi itu mungkin salah satu dosen di kampus itu.
Dengan langkah pasti Vario turun dari mobilnya. Dia tampak jauh berbeda dari penampilan dia sebelumnya, Vario yang terkenal tomboy, selalu berpakaian hitam, dan riasan wajah ala preman kini menjelma menjadi sosok cantik, anggun dan elegan.
Kemeja putih, hotpants berwarna navy dengan blazer yang senada dengan bawahannya tampak anggun di tubuh seksinya. Lekuk pinggangnya terlihat jelas, paha dan bokongnya juga terlihat sangat sempurna, dan tidak lupa sepatu hak tinggi yang terlihat glamour juga kacamata mainan dengan hitam yang memberi kesan jika dia memang layak untuk menjadi seorang pengajar, atau dosen di kampus merah putih ini. Oh percayalah ini adalah impian Vario sejak lama, dan haruskah Vario merasa senang dengan situasi ini? Situasi ketika dia menyelamatkan seseorang dan malah bertukar posisi dengan orang itu!
Rambut pirangnya tampak berkilau dengan ujung yang di Curly indah menambah kesan anggun untuk penampilan Vario pagi ini. Tatapannya tertuju pada satu bangunan dan dari semalam Vario sudah mempelajari seluk beluk bangunan tersebut, mengingat letak ruang dekan, ruang kerjanya, dan yang paling penting, dia menghafal beberapa letak klas bimbingannya termasuk klas yang dinobatkan sebagai klas paling susah untuk ditangani. Selama tujuh hari ini Vario memang aktif mempelajari seluk-beluk dan segala aktivitas yang kiranya berkaitan dengan Vega, mengawasi rumah kediaman Vega dan menghafal siapa saja orang-orang penting di dalam rumah tersebut termasuk sopir pribadi ibunya, wanita yang biasa mengasuh Vega, juga asisten pribadi ibunya. Vario juga mempelajari dan menghafal letak kamar pribadinya, kamar ibunya juga semua bagian-bagian penting di rumah itu, karena dia tidak ingin penyamarannya terbongkar sebelum wanita yang dia tolong tempo hari tersadar dari komanya dan kembali mengambil posisi dia yang seharusnya, Vega.
Dengan langkah pasti Vario berjalan menelusuri koridor kampus karena pagi ini dia ada kelas di klas yang di tempati para penguasa kampus itu. Ada beberapa buku materi di lengan kiri Vario, langkahnya terlihat cukup apik dengan sepatu hak tingginya. Rasa gugup juga pasti Vario rasakan, tapi Vario melawan rasa itu dengan terus menggenggam tangannya sendiri dan terus berjalan menuju klas di ujung timur bangunan itu , tepat di lantai dua.
Seorang mahasiswa melihat kedatangan Vario dan dengan buru-buru mahasiswa itu kembali ke klasnya lalu menginformasikan pada para mahasiswa lain jika guru baru itu ternyata akan masuk di klas mereka lagi dan ya, mereka langsung menyiapkan sederet serangan-serangan kecil untuk menyambut sang dosen agar sang dosen tersebut kapok di klasnya.
"Guys,,, gue lihat dosen baru kita di koridor, dan dia sedang menuju klas kita!" Seru seorang yang juga merupakan mahasiswa di klas tersebut.
"What? Jadi dia masih punya nyali untuk kembali masuk? Oh sepertinya kali ini akan menjadi sangat menyenangkan!" Seru Opan dan Reyza juga yang lain langsung bergegas dengan hadiah kecil yang sudah mereka siapkan sebelumnya.
"Cepat, ambil formasi kalian seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya! Ingat dia tidak boleh bertahan lebih dari satu bulan di klas kita karena itu artinya kegagalan untuk bos kita!" Aba-aba yang Opan berikan pada para mahasiswa lain karena dari sejak mereka datang di klas itu, mereka memang sudah membuat ancang-ancang untuk menyambut kedatangan sang dosen.
Ada serangan berupa bola kasti yang disusun menyerupai tembakan di sudut ruangan itu, ada bubuk tepung juga telur busuk yang akan di jatuhkan dari atas pintu ruangan itu ketika sang dosen membuka pintu, dan ada lem super kuat di kursi yang akan di duduki oleh sang dosen ,dan yang paling menyeramkan adalah, salah satu dari mereka membawa oli bekas bercampur air comberan dalam wadah plastik yang juga di gantung di atas dan masih banyak lagi hadiah-hadiah kecil yang akan mereka berikan pada sang dosen. Sementara Jupiter masih terlihat enggan untuk membuka matanya dengan kegaduhan yang terjadi di klas itu untuk menyambut kedatangan sang dosen.
Vario akhirnya sampai tepat di depan pintu kelas itu. Vario diam sejenak merapikan penampilannya agar tampak lebih baik, mengoreksi letak kacamatanya agar dia benar-benar terlihat seperti seorang dosen profesional. Tangannya menekan tuas pintu lalu membukanya, mendorong pintu itu hingga terbuka lebar dan,,,,,,,
Brukk
Satu ember cairan oli tumpah tepat di atas kepala Vario. Vario syok, terdiam sejenak menormalkan emosinya karena dia masih belum menyadari apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Buku materi di lengan kirinya ikut basah dan kotor . Kemeja putih dan rambut pirangnya sudah ikut menghitam karena cairan hitam yang bau dan lengket itu.
Vario membuka kacamatanya lalu menatap ke arah kerumunan para mahasiswa di klas itu. Bibirnya masih enggan untuk mengeluarkan suara karena cairan itu juga mengotori seluruh wajah Vario. Vario mengusap bibirnya juga rambutnya yang ikut lepek karena cairan kotor itu lalu berjalan dua langkah ke arah di mana meja kerjanya berada namun di langkah ketiganya, ujung kaki Vario merasa tersangkut pada benang dan detik yang sama sebuah bubuk berwarna-warni tumpah di atas kepalanya hingga membuat Vario nyaris seperti adonan ayam crispy.
"Oh apa ini? Apa ini sambutan dari para mahasiswa ku?" Batin Vario namun hanya dia ucapkan dalam hati. Vario masih berdiri dari tempatnya namun buku yang sebelumnya dia pegang di lengan kirinya kini sudah terjatuh ke lantai dan ikut tertumpah tepung berwarna-warni itu. Kembali Vario mengusap rambut dan wajahnya lalu menoleh ke arah para mahasiswa yang terlihat tidak bergeming dari duduknya seolah ini adalah pertunjukan yang sedang mereka tonton dengan sangat senang hati, dan dari sini Vario berani menyimpulkan jika klas inilah yang Alexander maksud dengan klas spesial.
Vario menghela nafas lalu menghembuskannya dengan sangat pelan, kembali menghela nafas menormalkan degung jantungnya yang berpacu dan siap untuk meledak karena emosi di dadanya. Ini adalah satu diantara sekian resiko yang harus Vario terima ketika memutuskan untuk bertukar posisi dengan Vega dan seperti tekad Vario sebelumnya , dia tidak akan menyerah hanya karena sambutan receh seperti ini. Vario juga pernah menjadi mahasiswi dan Vario juga pernah berada di posisi mereka, para mahasiswanya saat ini. Maka dari itu melawan mereka dengan cara yang sama hanya akan membuang-buang waktu.
"Sabar Vario, sabar. Ini tidak seberapa dengan apa yang pernah kau lakukan ketika kau menjadi seorang mahasiswa dulu. Ini hanya sebagian kecil dari kenakalan remaja dan aku yakin kamu bisa menangani mereka!" Batin Vario lagi.
Vario tetap tidak mengatakan apa-apa namun kali ini Vario melangkah keluar dari pintu ruangan itu dengan meninggalkan buku materi yang sebelumnya dia bawa dan sudah kotor. Tujuannya bukanlah untuk menghindari mereka, para mahasiswanya, tidak. Dia hanya harus membersihkan dirinya untuk kembali memberi materi pelajaran pada seluruh mahasiswa di klas itu, karena itu adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang dosen.
Saat Vario keluar dari klas itu , semua mata para mahasiswa juga dosen yang mengajar di kampus itu tertuju pada Vario , namun tak satupun dari mereka yang berani menyapa atau menanyakan apa yang terjadi pada Vario. Vario berjalan ke arah kamar mandi kampus lalu membersihkan tubuhnya dengan mandi.
Cukup lama Vario berada di dalam kamar mandi itu, karena cairan oli itu memang sulit untuk dibersihkan, tapi bukan Vario namanya jika dia akan mengalah sebelum perang.
Vario pilih menghubungi Alexander untuk membawakannya pakaian ganti dari ujung kaki sampai ujung rambut karena seluruh pakaiannya benar-benar sudah tidak bisa dipakai lagi. Dan kali ini senyum misterius tampak terbit dari satu sudut bibir Vario.
"Oke. Kalian ingin bermain-main dengan ku? Akan aku ladeni! Dan aku harap kalian tidak akan buru-buru mundur atau mengatakan gencatan senjata nantinya. Karena jika aku sudah memutuskan berperang, maka harus ada the winner, and loser!" Ucap Vario pada pantulan cermin di depannya.