After Marriage 3

1245 Words
Freya membuka lembaran majalah yang ada di atas pahanya. Tangannya mencomot keripik kentang buatan mertuanya tadi. Sungguh saat ini Freya sangat gabut. Tidak tau harus berbuat apa dirumah ini. Bunda mertua dan ayah mertuanya sedang pergi ke Bandung, itu artinya mereka akan menginap malam ini. Sedangkan Diffa, cewek itu sedang berada di klinik prakteknya. Rayyan? Lelaki itu sedang sekolah dan akan pulang selepas Maghrib. Freya menarik nafas panjang lalu membekap mulutnya ketika ia merasa perutnya seperti diaduk-aduk. "Hoeek.." Freya berlari ke arah dapur dan memuntahkan nya di wastafel. Nihil. Tidak ada satupun makanan yang keluar. Hanya lendir berwarna putih yang keluar dari dalam mulutnya. "Kok pusing ya," Freya menyadarkan tubuhnya pada meja makan. Perempuan itu duduk dan menuangkan segelas air putih ke dalam gelas lalu meminumnya. "Ah, kecapean doang paling." Freya memijat keningnya berusaha menghalau pening yang semakin menjadi. Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar dan beristirahat disana. *** Daffa memegang perutnya yang lumayan sakit siang ini. Padahal tadi pagi ia tidak makan yang macam-macam saat ia sarapan di bandara Kualanamu-Medan. Namun saat ini perutnya sakit sekali. Dan ia merasa mual. Sejak tadi co pilot yang bertugas terbang bersamanya membantu Daffa sambil memijat tengkuk pria itu. "Capt sakit ya?" "Hah? Enggak ah. Saya baik-baik aja dari kemarin-kemarin juga." "Masa sih capt? Atau capt lagi kangen sama istri?" Daffa tertawa kecil. Lalu meminum sebotol coffee siap minum. Untuk menghalau rasa mual itu. "Kalo kangen jangan ditanya. Udah kangen banget saya," Co pilot itu tertawa. Lalu menepuk bahu Daffa. "Sabar capt. Besok pulang langsung sikat!" "Iya langsung saya sikat, gaakan saya kasih napas dia hahahah.." *** Reya mengambil ponselnya yang berdering dengan kencang diatas nakas. Ia melihat display namenya. Bibirnya langsung menampakkan sebuah senyuman lantas mengangkatnya ketika tau panggilan itu berasal dari suaminya. Daffa Reya via telpon "Halo assalamualaikum sayang!" "Iyaa waalaikumsalam.." "Kok gitu aja?" "Hah? Gitu aja gimanaa?" "Kamu cuma jawab salam aja, tapi ngga pake sayang-sayangan.." Freya tertawa kecil. Astagfirullah, Daffa, Daffa. "Iya-iya maaf ya yayaaah!" Diseberang sana Daffa mengerutkan dahinya. "Hah? Yayah apaa?" "Yayah itu ayah." "Kamu hamil?" "Enggak. Emang kenapaa?" "Abis kamu bilang Yayah aku jadi geer kalo kamu isi!" "Hahahaha, Aamiin sayang!" "Kamu udah makan?" Freya menarik selimutnya. Dingin sekali siang ini. "Mmm.... Belum. Kamu udah?" "Makan nasi udah, makan kamu yang belum!" "Ih masa aku dimakan sih?!" "Abis kamu enak sih makanya aku pengen makan." "Hhmmm.. nanti malam pulang jam berapaa?" "Sekitar jam 11 maleman. Kalo mau bobo, nggapapaa. Tapi kalo aku bangunin kamu bangun yaaa." "Kenapa gitu?" Freya mengulum senyum. Ia faham maksud Daffa. "Masa kamu ga ngerti?" "Emang apaa Yayah?!" "Ck, kamu ga kangen aku ya? seminggu loh aku kosong!" Freya tertawa. Diujung sana Daffa jadi gemas. Ia mengubah panggilannya menjadi panggilan video. Lalu tak lama setelahnya wajah pucat Reya yang dilihatnya. "Kamu sakit Re?" Freya menggeleng lalu menarik baju nya yang agak melorot. "Ngga tau. Aku pusing banget ini. Dari pagi sebenernya, cuma aku belum bilang bunda.." "Ya ampun. Udah berobat? Ke dokter? Mau aku telfonin dokter Arman?" "Ngga sayang ngga usah. Udah ngga papa kok. Paling kecapean semalem," Daffa mengerutkan alisnya di sebrang sana. "Semalem ngapain emang?" "Bikin kue sama bunda. Entah kenapa aku pengen buat kue semalem.." "Hah? Kok tiba-tiba gitu yang?" Freya menggeleng lalu menatap Daffa yang terlihat gagah dengan baju pilotnya. Ah Reya kangen Daffa. "Ngga taau!" Reya mengerucutkan bibirnya, lantas menatap Daffa dengan manja. "Yayah.." panggil Reya pelan. Daffa menatap Freya sambil tersenyum. "Kenapa sayang?" "Cepet pulang! Aku kangen.." Daffa tertawa. "Iya aku cepet pulang kok. Ree, sini deh." "Gimana?" "Deketin kameranya ke bibir kamu, cepetan!" Freya menurutinya. Perempuan itu mendekatkan kamera pada bibir seksinya. Daffa juga mendekatkan bibirnya, lalu membuat gestur seakan-akan ia melumat bibir istrinya. "I love u," Freya menahan tawa. Lalu mengecup layar ponselnya. "I love u too!" *** Seorang wanita menyisir rambut panjang anaknya yang berumur 3 tahun ini dengan sayang. Wanita itu mengambil pita lalu menguncirnya menjadi satu ikatan. Anak itu terlihat manis dengan rambut hitam bergelombang nya. "Dita udah cantik Ma?" Sang ibu melihatnya dari kaca. Lalu mengusap kepala Putri semata wayangnya. "Udah kok. Dita kan selalu cantik!" "Kayak Mama ya?" Ibunya lantas mengangguk. Dita kecil langsung berbalik dan memeluk ibunya dengan penuh sayang. "Mama mau pulang?" Pertanyaan sama yang selalu dilontarkan putrinya ketika ia berkunjung ke rumah lelaki itu. Ibunya berjongkok didepan Dita kecil sembari memegang bahu kecilnya. "Iyaa Mama mau pulang. Dita mau ikut ke rumah akung?" Dita menggeleng. Lalu mengusap pipi sang ibu. "Dita gaboleh ikut Mama kata Papa." Ibunya hanya bisa menarik napas. Dipisahkan dari anak sendiri memang tidaklah mudah. Apalagi, ah sudahlah. Ibunya menarik Dita kecil ke dalam pelukannya sekali lagi sebelum akhirnya turun dan benar-benar pergi dari rumah mantan suaminya. *** Freya menggeliat pelan kala ia merasakan bulu-bulu halus sedang menelusuri bahunya. Reya berjengit kaget kala ia melihat Daffa sudah ada di sampingnya dengan keadaan yang sudah half naked. Reya lantas langsung memeluk Daffa. Mengalungkan kedua lengannya di leher sang suami. "Aku kangen sayanggg!" Daffa membalas pelukan istrinya lalu membelai rambutnya. Ia juga merindukan istrinya. Sangat-sangat merindukannya. "Aku lebih kangen kamu." Freya duduk di atas paha Daffa. Kakinya ia lingkarkan di sekitaran pinggang lelaki itu. Reya mencium leher Daffa. Ah selalu seperti ini. "Yuk!" Ajak Daffa. Tangan lelaki itu meraba punggung Reya perlahan-lahan. Lantas melepas kaitan bra yang dipakai istrinya. "Bentaar duluuu aku masih pengen peluk kamuu." "Aku kangennnn. Kamu ngga kangen aku?" Freya menatap Daffa lalu menggigit bibir lelaki itu. "Aawww! Sayaang kok digigit sih?" "Abisnya kamu mah ah! Akunya kangen minta peluk dulu, kamu main minta sosor aja. Ah tau ah!" Freya turun dari pangkuan Daffa lalu memunggungi lelaki itu. Daffa yang melihatnya langsung ikut membaringkan tubuhnya di belakang Reya. Memeluk istrinya dari belakang. "Marah ya?" Daffa menyusupkan bibirnya pada bahu istrinya. Menciumnya dalam-dalam. Menikmati aroma minyak telon yang bercampur dengan keringat Reya. Ah Daffa jadi makin ga sabar! "Nggak! Ngga usah peluk-peluk ish!" Reya menyingkirkan tangan Daffa yang memeluk pinggangnya. Daffa bodoamat. Ia malah makin mengeratkan pelukannya di pinggang istrinya. "Maaf dong sayaang. Iya deh aku minta maaf ya, maaf aku langsung nyosor aja padahal kan kamu kangen sama akuuu!" Freya diam. Daffa tidak kehabisan akal. Ia mencoba mencium leher Reya. Bermaksud menggoda istrinya. Tapi Reya hanya diam. Daffa semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh belakang Reya. "Sayaang maaaf donggg!" Freya masih diam. Daffa memasukan kepalanya ke dalam kaus hitam polos Freya. Tidak peduli apakah baju itu akan melebar nantinya. Daffa mencium punggung polos istrinya. "Sayaanggggg!" Masih tidak aja jawaban. Daffa mengendurkan pelukannya. Berpura-pura ngambek. "Aku pulang malah dicuekin. Hhmmm, aku tidur di kamar Rayyan aja deh," Baru Daffa bergeser, Freya langsung membalikkan tubuhnya dan memeluk Daffa dengan erat. Menangis disana. Daffa jadi panik. "Sayang kok nangis?" "Kamu jahaat!" Freya memukul d**a Daffa. Daffa hanya diam sembari memeluk erat istrinya. Ia tidak mengerti kenapa Freya se-baperan ini. Apa Freya sedang mendapat jadwal tamu bulanannya? Ah sepertinya tidak. Karna biasanya Reya akan mendapat tamu bulananya ketika Daffa mendapat gajinya. "Kamu mau bobo sama ry. Kamu ngga sayang aku lagi.. hiks.." Daffa semakin panik. Ia berusaha menenangkan istrinya dan menjelaskan kepada istrinya bahwa yang tadi ia hanya bercanda. "Maaf sayang aku ga beneran kok. Itu cuma bercanda. Serius deh, yang." Freya masih sesegukan di d**a Daffa. Daffa mengusap kepala istrinya lalu menciumnya penuh dengan kasih sayang. "Maaf cintaa," Freya hanya mengangguk. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Daffa. "Jangan gitu lagi ya, janji?" Freya mengangkat jari kelingking nya untuk ditautkan dengan kelingking Daffa. "Janji sayang." Dan dengan itu Reya kembali memeluk Daffa dengan erat. Kok jadi baperan+ tambah manja ya istri gua?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD