Gaun Untuk Cinderella

1526 Words
"Leo, kamu sebenarnya mau belanja apa, sih?" Setengah berlari Cindra mengikuti langkah Leo yang sangat cepat. Tapi Leo tak menyahut. Ia malah berjalan masuk ke dalam sebuah toko pakaian pesta langganan Mami Renata. "Kamu pilih aja yang kamu suka," ujarnya. "Hah?" Cindra membulatkan kedua matanya. "Buat apa?" Tanyanya kebingungan. "Udah pilih aja! Ribet banget!" Tukas Leo lagi. "Enggak mau!" Cindra menatap Leo dengan mata melotot. Tak diperdulikannya sapaan pelayan toko yang menyambutnya dengan ramah. "Buat apa dulu?" Tanyanya gemas. Leo mendengus dengan kesal. "Buat temani aku ke birthday party teman Sabtu Malam." "Loh, kok kamu enggak tanya aku dulu?" Kedua mata Cindra semakin membulat. "Memangnya kenapa? Kamu mau pacaran sama si cowok jelek itu?" "Astaga, Leo! Bicara kamu keterlaluan!" Sergah Cindra. Kepalanya mendadak jadi pening. Sabtu malam ia dan Andra sudah merencanakan untuk nonton film di bioskop. Tapi bukan itu yang membuatnya kesal. Ia bisa saja membatalkan rencananya, Andra pasti mengerti. Asal Leo bicara baik-baik padanya. Toh, ini bukan pertama kalinya Leo meminta ia menemaninya ke sebuah pesta. Dan biasanya dia selalu meminta dengan baik-baik. Tidak memaksanya seperti ini. Menyebalkan sekali. "Aku tunggu sampai jam dua. Habis itu kita makan. Aku lapar," ujar Leo lagi. Tak diperdulikannya wajah Cindra yang memerah menahan amarah. Cindra melirik jam tangannya. Ia bahkan hanya memberinya waktu setengah jam untuk memilih satu gaun diantara diantara ratusan gaun-gaun indah itu. Dilihatnya Leo yang kini malah asik memainkan game di ponselnya. Inilah yang membuatnya semakin lama semakin ingin pergi meninggalkannya. Ia tak sanggup lagi menghadapi sikap Leo yang semakin lama semakin semena-mena. "Cari gaun seperti apa, Kak Cindra?" Sapa sang pelayan lagi. Ia memang sudah mengenalnya karena sering menemani Mami Renata berbelanja di tokonya. Cindra memaksakan bibirnya tersenyum. "Tolong pilihkan saja, Mbak. Untuk acara ulang tahun malam hari." Dan pelayan itu pun langsung meminta ia untuk mengikutinya. Dari sudut matanya, Leo melirik punggung Cindra yang menghilang di balik deretan gaun-gaun panjang yang terpajang di rak-rak tinggi. Lalu ia menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa dan melemparkan ponsel ke dalam tasnya. Beberapa saat kemudian ia termenung. Hingga kemudian dibuka kembali ponselnya. Dan ditatapnya dengan nanar wajah laki-laki yang muncul di layar ponsel itu. Wajahnya menegang. Hatinya semakin panas membara. Dan ia terus menatapnya hingga kemudian sebuah suara membuatnya tersadar. Ia pun menoleh. Cindra sudah berdiri di hadapannya dengan sebuah gaun yang melekat indah di tubuhnya yang mungil. "Yang ini kamu suka enggak?" Cindra memutar tubuhnya. Memperlihatkan gaun satin panjang berwarna merah muda yang membuatnya tampak seperti seorang peri cantik. Sesaat Leo tertegun. Tapi tak lama ia pun tersadar lalu mengangkat kedua bahunya dengan acuh. "Terserah!" Sahutnya sambil kembali membuka ponsel dan memainkan game-nya. Cindra mencebikan kedua bibirnya, lalu berlalu dari hadapan Leo dengan kesal. "Yang ini aja, Mbak," ujarnya pada pelayan yang menunggunya. Dari kejauhan Leo kembali melirik punggung Cindra yang menghilang di balik deretan rak-rak tinggi. Ia lalu tersenyum. ... "Leo! Bisa gak kamu enggak usah tarik-tarik tanganku terus? Aku bisa jalan sendiri!" Teriak Cindra kesal sambil berusaha menarik tangannya dari genggaman Leo. Tapi tak berhasil. Leo malah semakin mengeratkan genggamannya. "Kamu kelamaan jalannya. Aku keburu lapar!" Sahut Leo tak kalah kesal. Cindra pun akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti langkah Leo masuk ke dalam sebuah restoran langganan keluarga Atmaja. Seorang pelayan yang sudah mengenal Leo langsung menyambutnya dengan ramah dan mengantarkan mereka ke dalam VIP Room. Dan Cindra membiarkan Leo memesankan makanan untuknya. Tapi kenapa dia pesan menu 'Grilled Shrimp'? "Kamu pesan udang?" Cindra menatap Leo dengan gusar sesaat pelayan meninggalkan meja mereka. "Jangan bawel!" Sahut Leo. "Uuh! Bagaimana kalau alergi kamu kambuh, Leo?" Cindra tak bisa menyembunyikan wajah cemasnya. Leo mempunyai alergi makanan laut. Dan Mami Renata sudah mewanti-wantinya untuk selalu mengingatkan Leo jika mereka makan di luar rumah. Karena Mami tahu, jiwa pemberontak dalam diri Leo selalu membuatnya ingin melakukan hal-hal yang dilarangnya. "Paling aku bilangnya kamu yang pesanin buat aku," Leo mengangkat kedua alisnya dengan usil. "Iiih!" Cindra mencubit tangan Leo dengan gemas. Membuat Leo pun menjerit kencang hingga dua orang pelayan yang menunggu di depan ruangan itu pun ikut terkejut dan berlari masuk ke dalam dengan wajah yang tegang. Namun sesaat kemudian keduanya kembali keluar sambil tersenyum. Wajah Cindra memerah menahan malu. "Jangan lebay. Malu!" Bisiknya sambil melotot. Dan Leo pun tertawa senang. Sepiring nasi hangat dengan udang panggang lada hitam berukuran jumbo dan semangkuk salad sayur, serta seporsi besar steak ayam dengan kentang goreng dan sup jamur kini tersaji di hadapan mereka. Leo mendorong piring berisi nasi udang itu ke hadapan Cindra. Dan menarik piring Chicken Steak-nya ke hadapannya. Cindra menatapnya dengan bingung. "Jadi... kamu pesenin ini buat aku?" Tanyanya tak percaya. "Ya! Itu kan kesukaan kamu?" Sungut Leo. Cindra tersenyum malu. Ia mengira Leo memesankan steak ayam itu untuknya. Ia memang sangat menyukai udang panggang, tapi ia tak pernah memesannya saat mereka makan bersama. Demi menghormatinya. Karena Leo pun sebenarnya sangat suka makanan laut. "Makasih, ya!" ucap Cindra dengan tak enak hati. "Makanya jangan bawel!" Tukas Leo lagi. Cindra kembali tersipu malu. Leo memang kadang suka membuatnya tersipu dengan perhatian-perhatian kecilnya. Kalau ia bisa terus bersikap manis seperti itu, bisa-bisa ia jatuh cinta padanya. Cindra tersenyum geli membayangkannya. Ia tidak bisa membayangkan Leo akan menjadi seorang pangeran tampan baik hati yang selalu datang di mimpinya sejak ia masih kecil. Pangeran berambut hitam dengan mata indah yang berbinar dan senyum yang menawan. Yang membawanya pergi dengan kuda putih sambil memeluknya erat-erat. Menjaganya agar tak jatuh. Karena pangeran itu selalu takut dirinya akan terluka. Cindra tersenyum dalam hati. Tidak mungkin. Pasti dunia akan runtuh kalau Leo bisa berubah seperti itu. Dipandanginya Leo yang tengah memotong-motong steak ayamnya dengan tak sabar. Kalau lapar dia memang jadi tak sabaran. Tapi Leo memang bukan orang yang penyabar dalam hal apa pun. Dan dia juga sangat impulsif. Dia sering melakukan sesuatu dengan spontan. Kadang sikapnya sering membuatnya jengkel. Tapi terkadang dia juga sering membuatnya terkejut dengan hal-hal yang tidak disangkanya. Seperti yang dilakukannya saat ini. Dan kali ini kejutannya sangat manis. "Kalau naksir bilang aja!" Suara Leo tiba-tiba membuat Cindra terkesiap. Ia tak menyangka Leo tahu ia tengah memandanginya sejak tadi. "Kegeeran! Aku kasian liat kamu potong steak aja lama banget," dusta Cindra membuat Leo spontan meletakan pisau dan garpunya di atas piring lalu mendorongnya ke hadapan Cindra. "Potongin!" Ketus Leo. Cindra menarik nafasnya. Baru juga dipuji, ia sudah kembali menjengkelkan, batinnya. Setelah menghabiskan waktu tiga jam lamanya di dalam mall, akhirnya Cindra bisa bernafas lega. Sebentar lagi ia bisa beristirahat dengan tenang di dalam kamarnya. Tapi jalanan macet di depannya membuatnya frustasi. Dilihatnya kendaraan yang menyemut di setiap sisi mobil yang ditumpanginya. Lalu dipandanginya Leo yang tertidur dengan lelap sejak tadi. Kepalanya yang mendongak ke atas membuatnya mendengkur cukup keras. Cindra pun beringsut dari duduknya. Memiringkan kepala Leo dan mengganjalnya dengan bantal kecil. Sesaat kemudian dengkuran Leo pun berhenti. Karena tanpa ia sadari Leo membuka kedua matanya saat tanpa sengaja wajah mereka saling bersentuhan. Dan Leo pun tersenyum saat mencium aroma parfum Cindra yang khas. Namun matanya kembali terpejam saat Cindra menyelimuti tubuhnya dengan syal miliknya. Dan kini sambil memeluk bantal kecil di dadanya, Cindra mencoba memejamkan mata. Melihat Leo yang terlelap membuatnya ikut mengantuk. Dan akhirnya ia benar-benar terlelap. Cindra terbangun saat merasakan mobil yang ditumpanginya tak bergerak lagi. Dilihatnya ia sendirian di dalam mobil dengan jendela di samping kemudi yang setengah terbuka. Ternyata ia sudah sampai. Ah, kenapa Leo tidak membangunkannya? "Sudah bangun, Mbak?" Wajah Pak Toto, sang supir yang tiba-tiba muncul di jendela membuat Cindra terkejut. "Oh! Ya, maaf ketiduran, Pak," sahut Cindra sambil membuka pintu dan melompat turun. "Ndak apa-apa, Mbak. Tadinya mau saya bangunkan, tapi kata Mas Leo ndak usah. Saya malah disuruh tungguin di sini sampai bangun katanya." Cindra tersenyum malu. "Makasih, Pak!" Ucapnya lagi lalu berjalan menuju rumahnya. Sudah pukul tujuh. Pasti Mama masih sibuk sampai-sampai tidak sempat mencarinya. Kini Cindra sudah berada di dalam kamarnya. Menatapi layar ponsel sambil tersenyum-senyum. Ia memang sedang video call dengan Andra yang memintanya menceritakan kegiatannya seharian bersama Leo. Andra bingung melihat sikap Leo. Ia takut jika bertemu nanti Leo akan memintanya memutuskan hubungan dengannya. Tapi Cindra meyakinkannya, kalau dia tidak akan mempertemukannya dengan Leo. Paling tidak dalam waktu dekat sampai Leo bisa menerimanya. "Aku iri dengan Leo," ucap Andra. "Karena dia kaya?" Tanya Cindra. "Bukan! Karena dia lebih dekat denganmu," jawab Andra membuat Cindra tersipu. "Kamu cemburu?" "Enggak. Dia terlalu sempurna untuk dicemburui. Dibandingkan dengannya, aku enggak ada apa-apanya." Sesaat Cindra terdiam. Entah kenapa hatinya mendadak gelisah. Kenapa Andra jadi mendadak tidak percaya diri? Apakah karena melihat sikap Leo yang acuh tadi? Ia takut sekali Andra akan meninggalkannya seperti kekasih-kekasihnya yang dulu. Memutuskan hubungan karena Leo. Cindra membiarkan ponselnya mati saat Andra meminta ijin memutuskan sambungan video untuk memesan makan malam. Andra memang tinggal sendiri di kost dekat kampus. Sambil berbaring Cindra menatap langit-langit kamarnya. Usianya kini hampir menginjak dua puluh tahun. Tapi ia bahkan belum pernah menjalin hubungan cinta dengan seorang laki-laki lebih dari dua bulan. Hubungannya dengan Andra adalah yang terlama. Hampir tiga bulan. Ia takut sekali Andra tiba-tiba memutuskannya karena Leo. Tapi kali ini ia tidak akan tinggal diam. Kalau Leo sampai melakukannya lagi ia berjanji akan pergi meninggalkannya dan pindah ke kost dekat kampus biar dia tak bisa mengganggu hidupnya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD