bc

Cinderella Tanpa Pangeran

book_age16+
46
FOLLOW
1K
READ
HE
heir/heiress
drama
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jadinya jika seorang 'Cinderella' yang sudah hidup di dalam istana malah berusaha keras untuk keluar dari istana demi menjauhi sang pangeran yang mencintainya?

Inilah kisah tak biasa tentang Cinderella masa kini yang berjuang demi cinta sejati.

<>

Bertahun lamanya hidup dalam Istana Atmaja, semestinya hidup Cindra bahagia karena meskipun ia dan Sang Bunda hanyalah pekerja di rumah itu, tapi Keluarga Atmaja memperlakukan mereka dengan sangat baik. Tapi nyatanya, setiap hari ia harus menghadapi 'drama' Leonardo Atmaja, Putra mahkota dan pewaris tunggal perusahaan konglomerat Atmaja Corporation yang terkenal dan terpandang di negeri ini. Karena meskipun tampan, Leo bukanlah Pangeran 'charming' nan baik hati seperti dalam cerita dongeng. Tapi ia adalah Pangeran kesepian yang menjengkelkan, usil, manja dan kekanak-kanakan yang selalu mengganggu hidupnya. Bahkan dia seenaknya mengganti namanya, 'Cindra Estella' menjadi 'Cinderella'. Dan Cindra percaya, ia hanya akan bertemu dengan pangeran impiannya itu, jika ia bisa keluar dari Istana Atmaja. Tapi Leo selalu berhasil menggagalkannya dengan berbagai cara.Lalu apakah Cindra berhasil keluar dan menemukan pangeran impiannya itu?

.

Ikuti keseruan kisah cinta Leo dan Cindra yang penuh drama, kesedihan, kelucuan, kekonyolan sekaligus juga cinta segitiga, intrik dan romantisme yang bikin baper.

.

?

.

Dan saat akhirnya suara itu berhenti. Cindra masih terisak. Diusapnya air matanya. Ditariknya nafas berulang kali. Lalu dicobanya untuk beranjak bangun. Namun, saat ia menarik kakinya untuk melangkah, tiba-tiba tanpa ia sadari sepatu kanannya terlepas. Jatuh terhempas hingga ke lantai bawah dengan suara nyaring yang memecah kesunyian di tengah malam itu.

.

Cindra menahan nafas dengan hati berdebar. Ditunggunya beberapa saat untuk memastikan Leo dan Alisha tak mendengarnya. Ia akan malu sekali jika sampai mereka tahu.

.

Dan perlahan Cindra pun melangkah turun. Sambil membungkuk dicarinya sepatu itu. Tapi kenapa tak ada?

.

"Kamu mencari aku?"

.

Dan tiba-tiba saja Leo sudah berada di hadapannya. Dengan masih mengenakan jas hitam dan kemeja putih. Dan rambut yang masih tertata rapi. Sesaat Cindra terkesima. Ia baru menyadari jika ternyata Leo sangat tampan.

.

Ditatapnya wajah yang selalu dirindukannya itu. Lalu dicobanya untuk tersenyum.

.

"Aku..."

.

Dengan tertunduk malu dipandanginya kaki kanannya yang telanjang, tanpa sepatu.

.

"Kamu mencari Leo?" Suara Leo terdengar bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca. Ditunjukannya sepatu yang jatuh itu di tangannya.

.

Cindra pun mengangguk.

.

Leo lalu membungkuk di hadapannya. Mengangkat kaki kanannya dan mengenakan sepatu itu kembali.

.

"Terima kasih..." Ucap Cindra sambil berusaha menahan suaranya agar tak bergetar. Tapi ia tak berhasil. Saat Leo memeluknya ia pun tak kuasa lagi menahan tangisnya.

.

"Jangan kamu lepaskan lagi," bisik Leo.

.

"Maafkan aku," isak Cindra.

chap-preview
Free preview
Leo Si Pangeran Usil
Suara gedoran keras di pintu rumah yang berulang-ulang memaksa Cindra membuka kedua matanya. Tapi ia enggan untuk bangun. Dibiarkannya saja suara itu terus bergema semakin kencang hingga dinding kamarnya terasa ikut bergetar. Ia tak perduli. Ia sudah hafal siapa pelakunya. Satu-satunya orang di dunia ini yang tak rela jika ia bisa menikmati harinya sebentar saja tanpa dirinya. Ditunggunya lagi beberapa saat hingga akhirnya suara itu pun menghilang. Sambil tersenyum Cindra kembali memejamkan mata. Melanjutkan mimpi indahnya yang terputus bersama pangeran tampan berkuda putih. "Woi, Cinderella! Banguuuun!" Tapi kenapa suara itu dekat sekali? Cindra kembali membuka mata. Dan terbelalak mendapati wajah menyeringai sang pengganggu sudah berada di jendela kamarnya yang terbuka. Entah bagaimana ia bisa membukanya. "Astaga! Leo?!" Jeritnya. Buru-buru dirapatkan tubuhnya dengan selimut. Tapi kemudian dilemparkannya kembali saat menyadari ternyata ia masih berpakaian sama seperti tadi malam. Saat ia membantu Mama menyiapkan pesta Mami Renata, Ibunda cowok usil itu. "Makanya bangun pemalas! Udah siang!" Kini Leo berusaha membuka daun jendela lebar-lebar dan sengaja membiarkan udara dingin menyergap masuk ke dalam kamar. Cindra menatap jam di pergelangan tangannya. Masih pukul tujuh pagi. "Mau ngapain sih, Leo? Masih pagi!" Ditatapnya wajah Leo dengan kesal, lalu kembali menarik selimut untuk membungkus seluruh tubuhnya yang kedinginan. Udara pagi itu benar-benar sangat dingin setelah semalaman diguyur hujan lebat. "Berenang, yuk?" Leo membuka sedikit selimut yang menutupi wajah Cindra sambil mengedipkan mata usilnya. "Enggak! Aku baru tidur jam tiga, Leo! Dan hari ini aku kan, libur!" Sergah Cindra sambil menarik kedua kakinya hingga meringkuk. "Ya, aku tahu! Makanya aku mau ngajak berenang, habis itu sarapan bareng. Kita akan bersenang-senang hari ini." "Aku enggak mau berenang. Dan hari ini aku mau 'me time' seharian. Jangan ganggu!" "Ya, udah kalau begitu kamu enggak usah ikut berenang. Temanin aku aja!" Paksa Leo lagi. "Ya, Tuhan, Leo! Kamu kan, berenangnya di dalam rumah? Mami Papi kamu kan, ada?" "Tapi aku mau berenang di pool outdoor. Biar seger! Ayo cepetan!" "Dingin begini kamu mau berenang di luar?" Akhirnya Cindra benar-benar melempar selimutnya. Tiba-tiba saja rasa kantuknya sudah menguap. Ia tahu, cowok manja ini tidak akan berhenti mengganggunya hingga ia menuruti keinginannya. Dipaksanya tubuhnya bergerak lalu duduk bersandar di sandaran tempat tidurnya yang kecil. Dipandanginya Leo yang kini sudah duduk di ujung tempat tidur. "Tumben banget berenang di air dingin? Cuacanya juga dingin. Nanti hidung kamu mampet lagi!" Tukasnya. "Ini tuh enggak dingin pemalas. Makanya cepetan bangun!" Suara Leo kini terdengar kesal. Cindra menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memang tidak pernah punya privasi di rumah ini. Meski ia faham rumah yang ditempatinya bersama Mama adalah paviliun rumah keluarganya, tapi ia dan Mama sudah menempatinya selama sepuluh tahun lebih. Seharusnya Leo mengerti jika mereka berdua sudah bukan anak-anak lagi. Mereka sudah beranjak dewasa. Dan orang dewasa butuh privasi. Tapi ia juga tahu si usil ini selalu saja mencari-cari alasan untuk mengganggu hidupnya. Padahal biasanya dia selalu berenang di kolam air hangat di dalam istananya yang nyaman. Dan dia juga tahu Hari Minggu adalah hari liburnya. Dan ia berhak menikmati satu hari penuh untuk dirinya sendiri tanpa harus melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan Sang Pangeran manja ini. Tapi Leo memang tidak pernah suka melihatnya bersenang-senang tanpanya. Meski pun hanya sekedar tidur. Buat Leo hidupnya tidak boleh lebih menyenangkan dari hidupnya yang membosankan. Dan mengganggunya adalah satu-satunya cara menghilangkan kebosanannya selain bermain game online. Dengan malas akhirnya Cindra beranjak bangun, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Membasuh wajah dan mengganti pakaiannya dengan celana panjang dan baju hangat. Tapi kini dilihatnya Leo malah bergulingan di atas kasurnya. Seperti yang biasa dilakukannya sejak kecil. Leo merasa kamarnya adalah zona ternyamannya. Melebihi kenyamanan kamar pribadinya yang semewah kamar hotel bintang lima. Dia juga menjadikan kamarnya sebagai tempat pelarian saat bertengkar dengan kedua orang tuanya. Atau saat ingin menghindari tamu-tamu Mami Renata yang hampir setiap hari datang berkunjung. Dia benci keramaian. Tapi ada kalanya juga dia mendatangi kamarnya hanya karena sedang bosan di dalam istana megahnya. Kalau sudah begitu Leo benar-benar tidak mau pergi sampai rasa bosannya hilang. Atau sampai Papi menjemputnya paksa. Leo juga tidak punya banyak teman. Ia sangat berhati-hati dalam bergaul. Karena ia tak mudah percaya dengan orang lain. Dia selalu beranggapan mereka mendekatinya bukan karena dirinya, tapi karena ia adalah pewaris tunggal Atmaja Company. Perusahaan makanan terbesar, yang kedua orang tuanya juga masuk ke dalam daftar majalah ternama dunia sebagai salah satu dari sepuluh orang terkaya di negeri ini. "Kok, malah tidur? Ayo cepetan aku udah siap!" Teriak Cindra melihat Leo yang kini malah meringkuk memeluk guling dengan mata terpejam. "Kamar kamu lebih enak dari kamarku. Mau gak tukeran?" Tanya Leo dengan wajah serius. "Jangan aneh-aneh! Cepetan!" Cindra menarik paksa tangan Leo keluar dari dalam kamar menuju sebuah kolam renang besar yang terletak di halaman belakang Istana Atmaja. Lalu ia pun menjatuhkan tubuhnya di atas kursi malas di tepi kolam. Sambil menunggu Sang Pangeran berenang ia akan mencoba memejamkan matanya kembali. "Loh, katanya mau tidur sampai siang?" Sebuah suara memaksa Cindra kembali membuka mata. Mama sudah berada di sampingnya. Di tangannya ada beberapa batang Bunga Tulip segar yang baru dipetiknya. Cindra menjawab dengan lirikan mata ke arah Leo yang sudah bersiap-siap melompat ke dalam kolam. Mama pun tersenyum tanpa berkata. Ia sudah faham. Ditepuk-tepuknya bahu Cindra untuk membuatnya bersabar. Mama tahu Leo selalu mengganggu hidupnya. Alasan itu juga yang membuat Mama akhirnya menolak tawaran Mami Renata yang memintanya untuk kuliah di kampus yang sama dengan Leo. Mama bahkan menolak saat Mami ingin membiayai kuliahnya. Mama tidak mau berhutang budi lebih banyak lagi. Sudah cukup keluarga Atmaja membiayai sekolahnya sejak ia masih kecil. Mama takut tidak bisa membalasnya. Lagipula Mama sudah menabung selama bertahun-tahun agar dapat membiayainya masuk ke kampus pilihannya sendiri. "Leo, apa sarapan kamu mau dibawakan ke sini?" Mama menghampiri Leo yang sudah menceburkan dirinya ke dalam kolam. "Boleh, Tan. Leo mau sarapan di sini aja bareng Cinderella," sahut Leo dengan suara gemetar. Membuat Cindra menutup mulutnya menyembunyikan tawa. Dasar sok jagoan! Syukurin kedinginan, rutuknya senang dalam hati. "Ok, Tante akan minta pelayan bawakan ke sini," sahut Mama sambil tersenyum lalu berlalu pergi. Mama memang selalu tersenyum saat Leo memanggilnya dengan sebutan Cinderella. Hanya dialah satu-satunya orang yang seenaknya menyingkat nama indah pemberian Mama 'Cindra Estella' yang artinya 'bintang yang bersinar' menjadi Cinderella. Untung dia tidak memanggilnya Upik Abu. Mama adalah kepala urusan rumah tangga di rumah besar ini. Mami Renata menyebutnya sebagai House Manager. Mama lah yang mengatur seluruh kegiatan dan aktifitas dua puluh satu pegawai yang bekerja di Istana Atmaja. Mulai dari pelayan, house keepers, laundry attendants, chef, tukang kebun, tulip gardener, satpam, supir, montir mobil sampai teknisi listrik. Mama sudah bekerja selama tiga tahun di Istana Atmaja sebelum akhirnya menerima tawaran Mami Renata untuk tinggal di paviliun rumahnya setelah berpisah dari Papa. Dan sejak saat itu pekerjaan Mama yang tadinya hanya sebagai asisten Chef lama-kelamaan dipercaya sepenuhnya untuk menjadi asisten pribadi sekaligus sebagai House Manager hingga saat ini. Mami Renata adalah seorang wanita cantik yang baik hati. Dialah yang telah membantu kehidupan mereka selama lebih sepuluh tahun ini. Wanita yang sudah menganggap dirinya sebagai anaknya juga. Dia bahkan memintanya untuk memanggilnya Mami sama seperti Leo memanggilnya. Hampir seluruh hidup Mami Renata diatur oleh Mama. Mulai dari sarapan pagi, makan siang, makan malam, acara keagamaan, jamuan makan malam, arisan, pesta, belanja bulanan, bayar tagihan listrik dan lain sebagainya. Mama juga hafal semua kebiasaan dan kesukaan Mami Renata. Makanannya, warna kesukaannya, ukuran pakaian dan sepatunya, termasuk kebiasaannya untuk selalu melihat Bunga Tulip segar di atas meja makan, ruang tamu, dan di ruang kerjanya setiap hari. Seandainya Mami Renata tidak membantu mereka, entah seperti apa kehidupannya bersama Mama saat itu. Saat mereka harus menghadapi masa-masa terberat setelah Mama berpisah dari Papa. Bahkan, Papa membiarkan Mama keluar dari rumah tanpa menangisinya. Satu-satunya yang ia tangisi adalah saat ia memaksa ikut dengan Mama. Tapi ia sudah lama memaafkan Papa. "Hei! Ngelamun aja!" Sebuah suara kencang bersamaan dengan cipratan air dingin di wajahnya menyadarkan Cindra dari lamunan. Dari tepian kolam, Leo memandanginya sambil tertawa cengengesan. Tangannya sibuk menyipratkan air ke arahnya. Menyebalkan sekali. Di usianya yang sudah menginjak dua puluh tahun keusilannya masih saja selevel anak sekolah dasar. "Kalau kamu enggak berhenti, aku pergi!" Teriak Cindra kesal. Tapi Leo tak perduli. Ia malah semakin menjadi. Hingga membuat Cindra pun kehilangan kesabaran dan segera beranjak dari kursi untuk meninggalkannya. Tapi tiba-tiba terdengar suara Leo yang bersin-bersin sambil mengusap-usap ujung hidungnya dengan kesal. Dengan sigap Cindra mengambil handuk kering lalu menyelimuti tubuh Leo yang menggigil. Dikeluarkan juga sebuah inhaler dari saku celana yang selalu dibawanya ke mana-mana. "Aku kan, udah bilang airnya terlalu dingin untuk berenang. Hidungmu bisa mampet!" Omelnya seraya menempelkan pelega pernafasan itu ke hidung Leo. "Bilang aja kamu memang gak mau diganggu. Enak-enakan tidur. Aku sendirian," gerutu Leo sambil merebut inhaler itu dari tangan Cindra dan memasukannya ke dalam lubang hidungnya. Sesaat kemudian ia pun menjatuhkan tubuhnya di atas kursi lalu berbaring malas sambil memainkan inhaler-nya. Memasukannya bergantin ke hidung dan telinganya. Cindra kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak akan heran jika sebentar lagi si usil itu akan memasukan benda itu ke dalam mulutnya hingga tersedak. Cindra kembali menghempaskan tubuhnya di atas kursi. Dihembuskannya nafas kesalnya. Ia tahu, Leo sebenarnya memang tidak berniat untuk berenang. Dia hanya ingin menganggunya saja. Tapi ia enggan berdebat. Percuma. Bertengkar dengannya hanya akan membuatnya lebih lama lagi bersamanya. Dan itu artinya waktu liburnya akan semakin berkurang. Padahal ia sudah menyusun rencana untuk melakukan kegiatan seharian tanpa Leo. Termasuk berkencan dengan Andra siang nanti. Ia akan menyelinap keluar rumah tanpa sepengetahuan Leo. Sebenarnya ia tidak mesti diam-diam melakukannya. Toh ia berhak atas hari liburnya sendiri. Dan Mami Renata pun tahu itu. Ia pasti akan membelanya jika Leo mencoba menghalanginya pergi. Tapi sekarang ia sudah dewasa. Ia tidak suka mengadukan hal-hal kecil. Ia malu. Masa itu sudah berlalu. Masa kecil di mana hampir setiap hari Leo membuatnya menangis dan ia selalu mengadukannya. Membuat Leo selalu kena jewer Mami Renata. Bahkan Papi pernah mengurung Leo di dalam kamar selama satu minggu sebagai hukuman atas kenakalannya. Lagipula sekarang status Leo adalah bosnya juga. Lebih tepatnya Asisten Pribadi pangeran menyebalkan bernama Leonardo Marlon Atmaja. Putra tunggal Marlon dan Renata Atmaja. Sebenarnya ia pun terpaksa menerima tawaran Mami Renata untuk menjadi asisten Leo karena kasihan padanya. Saat itu Mami benar-benar sudah hilang kesabaran menghadapi Leo yang kembali membuat ulah dengan memecat asisten pribadinya yang kesebelas, tanpa alasan yang jelas. Sejak kecil Leo memang sudah mempunyai asisten pribadi yang mengatur seluruh jadwal dan rutinitas hariannya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Tapi sejak beranjak remaja ia mulai tidak suka hidupnya diatur. Dan memecat asistennya adalah salah satu bentuk pemberontakan terhadap aturan yang dibuat kedua orang tuanya itu. Tapi sejak ia menjadi asistennya, sifat pemberontak Leo mulai berkurang. Karena ia sudah mengancam akan meninggalkannya kalau dia tidak mau berubah. Tapi akhirnya ia malah kerepotan sendiri, karena Leo selalu saja mencari-cari alasan agar ia selalu menemaninya. Makanya ia selalu merasa bahagia berada di kampus. Apalagi sejak ia mulai berpacaran dengan Andra. Teman sekelasnya yang manis.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook