Kantor Kepolisian Kota Seattle.
Noel memijit keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri karena ucapan Smith barusan. Ia tidak bisa membayangkan dirinya sendiri jatuh cinta pada Alexandra hanya karena Alexandra mengatakannya. Namun memikirkan Smith menyukai Alexandra, entah menyukai dalam arti yang sebenarnya atau hanya sebatas sebagai teman, sudah membuat Noel tidak nyaman.
"Ayolah, Noel." Smith berubah menjadi sedikit lebih santai sekarang dan mengedikkan bahunya. Sambil melipat kedua tangannya di d**a, ia berkata, "Semua yang dikatakan wanita itu tidak sepenuhnya salah, bukan? Sebagai kekasih, dia juga pasti ingin melakukan yang terbaik untuk kematian Louis. Jadi kurasa tidak ada salahnya jika dia ingin bergabung," bujuk Smith pada rekan barunya itu. "Bagaimana menurutmu, Rekan?"
Usia mereka yang hanya terpaut satu tahun menjadikan ruang komunikasi di antara mereka berjalan lebih mulus daripada rekanan polisi lain. Tapi Noel jelas menunjukkan ketidaksetujuannya atas pemikiran Smith barusan. Ia bersikukuh menolak meski Smith mengejeknya karena sudah bersikap kekanakan. Entah karena alasan apa, tapi semakin dipikirkan, Noel justru semakin kesal.
"Kau gila, hm?" Noel mencibir dan menatap rekannya tersebut dengan jengkel. "Dia bahkan melarangku untuk jatuh cinta padanya. Kau pikir pekerjaan kita ini seperti acara-acara drama yang kau tonton di televisi? Ck! Jatuh cinta apanya? Aku tidak mungkin jatuh cinta pada wanita angkuh dan narsis seperti Alexandra itu. Kau harusnya tahu bahwa dialah yang bersikap kekanakan, bukan aku. Menyebalkan sekali kau ini, Smith. Sebaiknya kau segera menentukan kau ada di pihak siapa sekarang, aku atau Alexandra? Kau ini teman atau lawan?" Noel yang mencecarnya dengan beberapa pertanyaan hanya dalam waktu singkat justru membuatnya sempat terdiam sesaat karena heran.
Smith lalu tertawa pendek dan menggeleng tak habis pikir. "Jangan terlalu membencinya. Barangkali perasaanmu suatu hari nanti berubah padanya tahu," godanya diiringi kedipan mata jahil. "Ingat, cinta dan benci itu jaraknya benar-benar tipis, Noel. Kau kadang tidak akan menyadarinya. Jadi, berhati-hatilah dengan ucapanmu itu, Tuan Yang Tidak Akan Jatuh Cinta Pada Alexandra."
Noel mencebik. "Jangan membahasnya lagi. Omong-omong, bisakah aku melihat hasil foto yang kau ambil di TKP tadi malam? Kau sudah mengirim salinannya pada chief bukan?"
"Tentu."
Smith lalu kembali ke mejanya dan mengambil hasil foto yang telah ia cetak beberapa saat lalu sebelum akhirnya kembali ke ruangan Noel. Pria berambut cokelat itu lantas meletakkannya di atas meja dan menyusunya dengan rapih agar sang rekan dapat memeriksanya dengan mudah. "Silakan diperiksa."
"Terima kasih."
"Dilihat dari kondisi samping mobil korban yang tidak mengalami kerusakan parah, tampaknya mobil tidak mengalami selip ataupun hilang kendali sebelum menabrak pembatas jalan, cuaca malam itu memang dingin dan sedikit berkabut, tapi aku dapat memastikan bahwa jalur di dalam terowongan tidak dalam keadaan licin," tukas Noel. "Aku juga melihat kaki korban berada di pedal rem, tapi tidak ada tanda-tanda bekas ban yang berusaha berhenti di jalan. Ia hanya seperti berjalan lurus dan begitu saja menabrak pembatas jalan.
Mungkin dia mencoba menghentikan mobilnya meski tahu remnya sudah dalam keadaan blong."
Smith mengangguk cepat. "Aku setuju denganmu." Ia lalu menyilang kedua tangannya di d**a. "Jika yang dikatakan Dr. William benar, mungkin korban tiba-tiba saja mengalami gagal jantung karena reaksi obat tidur berdosis tinggu dan tidak sempat menyelamatkan dirinya sendiri dari kecelakaan mobil itu."
"Ya, menurut riset yang kulakukan, efek samping dari obat tidur berdosis tinggi yang digunakan Louis memang bisa melemahkan otot dan langsung menewaskan satu orang dewasa hanya dengan mengonsumsi lebih dari dua nanogram saja," tandas Noel. "Namun pertanyaannya adalah, bagaimana dia bisa mengonsumsi obat tidur berbahaya seperti itu di saat dia tahu ia akan mengemudi di malam hari?"
"Mengerikan!" Smith bergidik. "Tapi bagaimana kita menjelaskan bagian depan mobil yang penyok? Walaupun mobil berada dalam kecepatan tinggi, apakah mungkin, jika mobil tidak terbakar sepenuhnya dan justru hancur seperti menabrak rombongan gajah?"
Noel kembali melihat susunan foto-foto di atas mejanya dan menggumam panjang. "Pelaku benar-benar berniat menjadikan insiden ini tampak seperti kecelakaan rupanya. Ia pasti berusaha mati-matian melakukan sabotase pada korbannya yang tangguh. Tapi ia lupa dengan luka pukul yang pasti membekas di wajah korban." Smith mengangguk setuju. "Namun aku masih penasaran dengan satu hal. Bagaimana berita kecelakaan ini menyebar dengan cepat di internet bahkan polisi saja baru tiba di lokasi beberapa menit sebelumnya? Jika pelakunya benar-benar ingin lari, dia seharusnya tidak perlu memikirkan apa yang terjadi pada korban selanjutnya dan terus menjauh. Ini merupakan sesuatu yang aneh, bukan?"
"Kau memang benar," timpal Smith setuju. "Dari pengalamanku, sepertinya pelaku ingin memublikasi berita kematian Louis untuk tujuan tertentu. Entah karena motifnya atau hanya sebatas metode untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pelaku."
Kening Noel berkerut dalam. "Publikasi?"
"Pola yang dilakukannya sama dengan pelaku pembunuhan yang pernah kutangani beberapa tahun silam di kota ini," lanjut Smith. "Setelah pelaku tertangkap, kami mengintrogasinya dan menanyakan beberapa hal. Ia berkata bahwa tujuannya melakukan semua itu adalah untuk menebar ketakutan, ancaman, teror atau menggagalkan sebuah momen besar yang dibuat oleh musuhnya.
Pelaku sangat membenci orang yang mengalahkannya dalam judi dan memendam dendam sampai merencanakan sebuah pembunuhan berantai yang keji dan terstuktur."
"Tapi pada akhirnya kejahatan selalu meninggalkan jejak, bukan?"
Smith menganggukkan kepalanya. "Betul sekali. Dia akhirnya tertangkap setelah tes analisis sidik jari dan DNA," tukasnya. "Namun motif dan polanya jelas, dia bertujuan memberikan sensasi takut dan cemas kepada calon korbannya sebelum benar-benar membunuhnya."
"Tadi kau bilang, salah satu alasannya melakukan pembunuhan itu adalah untuk menggagalkan momen besar?" Noel mengusap dagunya perlahan, sebelum kembali menatap lawan bicaranya intens. "Apakah calon korbannya adalah orang yang berpengaruh juga di kota ini?"
"Calon korban berikutnya adalah seorang pengacara yang akan melangsungkan pernikahan putrinya," kata Smith. "Dia sangat menyukai gadis itu dan tidak ingin gadis itu menikah dengan orang lain hanya karena ayahnya tidak setuju dengan hubungan mereka."
"Aku sedang memikirkan sebuah kemungkinan, tapi apakah mungkin?"
Smith yang penasaran pun langsung mencondongkan wajahnya ke Noel dengan antusias. Ia menatap sang rekan lurus-lurus. "Ada apa, Detektif? Apa yang sedang kau pikirkan sekarang? Barangkali kita menemukan sesuatu."
"Mengenai momen besar itu, bukankah kau bilang Louis dan Alexandra akan melangsungkan pernikahan besok?" tanya Noel memastikan.
Smith membulatkan matanya kaget. "Ya, ya kau benar. Mereka akan mengadakan sebuah upacara pernikahan yang besar di altar terbesar di kota Seattle."
"Jangan-jangan ... pelaku memang sengaja membunuh lalu mengambil gambar sebelum benar-benar pergi meninggalkan lokasi hanya untuk mendapatkan gambar terbaik atas insiden kecelakaan itu? Berita kematian Louis memang sengaja dipublikasi dan disebarluaskan dengan tujuan untuk menggagalkan rencana pernikahan korban dengan Alexandra. Apakah itu mungkin?" []