13. A31Q Code

1200 Words
Setibanya di sekolah, Alun langsung berjalan tergesa dengan langkah lebarnya. Raut dingin dan datar yang sangat berbeda dari kepribadiannya, membuat murid yang berlalu lalang di koridor enggan menyapa. Saat berpapasan dengan Zelo di pertengahan jalur pun, pandangan Alun tetap lurus seolah tak mau menatap kekasihnya. “Hei, Lun, kenapa?” Zelo mencekal pergelangan tangan gadisnya karena takut sang kekasih berbuat macam-macam. Alun menatap Zelo untuk sesaat sebelum akhirnya melepaskan cekalan tersebut. “Nanti aku jelasin, bye.” Gadis itu kembali meninggalkan Zelo yang kini sudah mematung. Setibanya gadis itu di depan ruangan pribadinya, Alun tanpa menunggu lama langsung menempelkan jari telunjuknya guna mengecek sidik jari. Welcome Racenemos, please waiting Suara dari mesin yang ada disana telah mendeteksi keberadaan Alun. Tak lama pintu terbuka membuat Alun segera masuk dan mengambil peralatannya. Alun kini duduk di kursi kebesaran dengan tangan yang sibuk mengotak-atik laptopnya. A31Q Dahi Alun bergelombang ketika Clickstone mengeluarkan sebuah kode yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. Tanpa berpikir panjang, gadis itu langsung mengeluarkan ponselnya guna menghubungi Grace yang memang paham perihal kode. Grace? Online Grace, gue mau nanya kode Kode apa? A31Q Lo ngapain nanya kode itu anjir? Balasan terakhir Grace membuat Alun terdiam untuk sesaat. Karena tak mau membuat rasa penasarannya meledak, akhirnya Alun memberikan balasan. Emang artinya apa? Penghianat! Pikiran Alun seketika berkelana dengan berbagai macam asumsi. Tak ingin hanya menerka-nerka, Alun memutuskan membobol sistem hingga akar dari Clickstone. A31Q Hasilnya sama! Karena muncul jawaban yang sama ketika pencarian, Alun akhirnya kembali memasukkan segala peralatannya ke dalam sebuah lemari yang hanya bisa terbuka melalui face detector miliknya saja. Sesudah itu Alun keluar dari ruang pribadi dengan wajah yang semakin dingin. Dari kejauhan, Riel yang baru saja tiba di sekolah langsung tersenyum lebar kala melihat keberadaan Alun. Dengan inisiatifnya, Riel berlari mendekati Alun kemudian merangkul bahu sahabatnya tersebut. “Hai Lun, kenapa kok murung?” tanya Riel. “Gak papa.” “Kebiasaan cewek, kalau ditanya mesti bilangnya gak papa. Padahal di dalam hatinya, ambyar bos.” Riel mencibir tingkah sahabatnya itu. Mendengar gerutuan sahabatnya Alun hanya bisa mengangkat kedua bahunya acuh dan bergegas pergi dari sana. *** “GBL GBL GILA BANGET LOH!!!! INI BARANG BARU YANG KATANYA LIMITED EDITION ITU KAN??” Jesslyn memekik dengan mata yang berbinar-binar. Celine yang mendengar suara berlebihan itu sudah bersiap mengeluarkan lakban dari dalam tasnya, membuat Jesslyn segera memasang sikap siaga. “Sekali lagi gue denger congor lo berisik, gue yang bakal jamin kalau sampai pulang sekolah lo gak bakal bisa nikmatin bakso Mang Ujang,” ancam Celine yang dibalas dengan anggukan kaku oleh Jesslyn. Perdebatan keduanya terhenti saat melihat Alun memasuki kelas dengan raut datarnya. Jesslyn yang menyadari keanehan dari sahabatnya pun bergegas menghampiri. “Lun, kenawhy?” desak Jesslyn keras membuat Grace mengalihkan pandangannya dari laptop. “Penghianat.” Jesslyn seketika terdiam mendengar balasan Alun. Bukan karena dia disinggung, tetapi Jesslyn benar-benar tidak tahu apa maksudnya. “Maksud lo apa, Lun?” bisik Celine agar tak didengar orang lain. “Grace ...” panggil Alun dingin. Grace yang paham segera menghampiri Alun seraya membawa laptopnya. Gadis itu menunjukkan sebuah kode yang sama seperti kode milik Alun, A31Q. Tak lama Agnes dengan langkah gontai memasuki kelas. Badannya terasa remuk karena semalam ia harus melakukan pemotretan hingga dini hari yang mengharuskan jam tidurnya berkurang drastis. “Kenapa, Nes?” kepo Jesslyn setelah melihat wajah tak semangat Agnes. “Aku capek ... ngantuk ...” keluh Agnes dengan mata memerah. “Kalian kenapa pada tegang banget?” Lanjut gadis itu ketika menyadari jika wajah para temannya sedang menegang. “Ada penghianat,” jawab Alun, berbisik. Mata Agnes membola karena kaget. Pengamanan sistem yang dimiliki oleh STONE sangat rapi, lantas mengapa tidak bisa mendeteksi hama? Ingin sekali Agnes mengutarakan, namun ia hanyalah anak baru disini. “Gak diadakan rapat, Lun?” lirih Agnes takut ada yang mendengar dan semuanya akan berantakan. “Ada, tapi nunggu Kakak gue dulu, biar dia yang milih waktunya,” jelas Alun seadanya. Hingga terdengar suara keributan dari luar kelas membuat perbincangan para gadis itu harus terhenti. “KAU BIDADARI ...” “JATUH DARI TOWER ...” Plak! “SIAPA YANG MUKUL GUE HAH?” “Gue.” Mendengar keributan itu, Stoneji segera keluar dari kelas guna mengecek siapa pelakunya. Saat mengetahui, mereka semua mendelik ingin sekali menyedot ubun-ubun si pembuat rusuh. “KALIAN BISA DIEM GAK?!” sentak Alun yang merasa muak. Perkara penghianat saja belum beres, kini sahabatnya justru ribut sendiri. Landra yang menyadari raut gelisah Adiknya segera menghampiri. “Kenapa, hm?” “Ada penghianat ...” Dan jawaban itu membuat Landra mengepalkan tangannya kuat-kuat. *** Dengan gaya yang terkesan sok cool itu, Riel celingukan tidak jelas. Di belakangnya, Landra menatap aneh sahabatnya itu. “Ngapain sih lo? Gue tau ya kalau lo itu aneh, tapi gak kayak gini juga!” Landra mencetus. Bukannya menjawab, Riel justru menunjukkan sesuatu di posisi parkiran motor. Mengikuti arah telunjuk sahabatnya, kedua mata Landra membulat kala melihat beberapa matic sudah di modif sedemikian rupa. “Punya siapa njir, bagus banget modifnya,” puji Landra. Kini keduanya melangkah menuju kantin dimana pada anggota STONE sudah menunggu disana. Selama perjalanan hingga tiba di salah satu meja, keduanya masih saja mengobrol hingga Alun jengah sendiri. “Ngobrolnya entaran aja, kita udah pesenin makanan,” celetuk Alun menunjukkan beberapa makanan yang masih dalam keadaan utuh. “Tumben banget pengertian,” sahut Riel tak tau diri. “Kalian kemana dulu sih, lama banget?” tanya Grace setelah menelan makanannya. “Di lapangan ada motor modif, bagus banget, punya siapa ya?” tanya Landra entah pada siapa. “Motor siapa?” sahut Agnes. “Gak usah kepo. Lo gak akan paham sama gituan!” tukas Landra menunjukkan ketidaksukaan terhadap Agnes. “Si bos sensi banget, padahal Agnes tanya baik-baik,” celetuk Fransiska, tangan kanan Jesslyn. Landra menatap tajam Fransiska yang dengan begitu berani membantahnya. Bukannya takut, Siska justru balik menatap Landra dengan nyalang. “Apa, hah?” tantang Siska yang agaknya mulai muak dengan sikap kekasih dari Jesslyn tersebut. “Sis ...” tegur Jesslyn. “Kamu juga kenapa sih, Lan? Agnes nanya karena dia tau itu motor punya kita para Stoneji.” Tuturnya menatap Landra teduh. “HAH? Siapa yang modif motornya?” seru Riel heboh. “Agnes loh yang modif, bagus kan?” jawab Grace diiringi kekehan kecil. Kenand yang penasaran langsung berujar, “motor kayak apa, sih?” “Mending kita lihat kesana, kita perlu penilaian kalian semua,” ajak Alun melangkah terlebih dahulu. “WOAH ... KEREN BANGET!!” kagum Leo dengan mata yang berbinar. Pemandangan di depannya saat ini sangatlah menakjubkan. “Keren, ya? Tapi sayangnya belum bisa dipake balapan karena CC terlalu rendah,” ujar Jesslyn begitu menyayangkan. Melisa menimpali. “Berarti kalau balapan kita tetep pake trail, ya?” “Hm, ceweknya lo Mel sama Saras,” sahut Landra setelah terdiam cukup lama. Pikirannya sedang cupet jadi tidak terlalu mau menimpali. “Gue, bos? Asik banget dah gue bisa atraksi di atas motor,” gurau Saras berkacak pinggang. Landra berdeham. “Keputusan Brandon emang buat ngirim lo berdua.” “Pokoknya kalian harus semangat,” ujar Alun dengan tangan mengepal di udara. Persahabatan mereka memang tidak dibedakan dari gender. Baik laki-laki ataupun perempuan semuanya akan dilindungi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD