Clary masih mematung di depan pintu utama rumahnya meskipun Zaky telah pamit untuk pulang. Pemuda yang baru beberapa saat lalu resmi jadi pacarnya itu, berpamitan setelah menghabisakan makan malam yang dibuatkan sang kekasih. Sejenak Clary menghela napas, kemudian menyentuh bibirnya. Ciuman Zaky masih terasa di bibirnya itu. Sangat lembut dan memabukkan, tetpai tanpa tuntutan nafsu sama sekali, terasa begitu hangat dan membuai. "Benarkah apa yang kulakukan?" gumamnya pelan, sebelum membalik badan dan masuk kembalu ke rumahnya. Clary melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam, ia pun berderap menuju kamarnya. Mengambil sebuah buku yang tergeletak di atas meja belajarnya. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang ketika teringat pada seseorang yang