“Reygan ...,” panggil Wulan lagi dengan suara parau yang merintih-rintih. Dia merasa baru kali ini ada pria yang sedekat ini dengannya. Meski ingin menolak karena tak biasa, tapi apa mau dikata, dia sudah sah menjadi istri dari pemuda yang sedang menatap di atasnya. Embus napas Reygan terdengar menggebu-gebu dan mengenai ujung hidung gadis tersebut. Debaran jantung mereka telah menderu sejak tadi bagai deburan ombak yang menghantam batu karang. Pria itu hanya bisa membelai surai perempuan yang sedang ia kungkung di bawahnya tanpa melakukan apa-apa. Dia menatap dengan intens bagaimana bentuk wajah ayu yang sempurna ini sedang menutup mata dan merasa malu karena adanya Reygan yang mengamatinya. Sedikit sudut bibirnya terangkat, melihat Wulan semakin menggigit bibir bawah ditambah den