“Apa semuanya sudah disiapkan?” Pria dengan kemeja batik itu mengambil salah satu tas yang ada dalam kamar dan membawanya keluar. Hari itu cukup terang, cahaya matahari yang masuk menerobos jendela rumah membuat suasana cukup cerah. Tapi tidak dengan para penghuni dalam rumah tersebut, karena dua orang perempuan berbeda generasi tersebut masih senantiasa berair mata dan sibuk untuk menyusut tetesan-tetesan di pipi mereka. “Sudah, aku ... sudah me ... masukkan baju-baju yang kaubawa dari sana ke dalam tas,” jawab Wulan sembari menahan tangis alias sesenggukan. Gadis itu menunjuk pada tas-tas kecil yang berjajar di dekat pintu, juga satu tas terakhir yang ada di dekat Reygan. Pria itu terkekeh. “Kau ini, maksudku ... semua perlengkapan milikmu. Apa semuanya sudah masuk ke dalam tas-ta