Empat Lima

1506 Words
Sebelum berangkat ke kantornya, Yudha menyempatkan diri mampir ke rumah Sita. Ia khawatir dengan keadaan sang adik pasca dia menelpon malam itu yang tidak dia angkat itu. Sesampainya di rumah Sita, Yudha segera turun dari mobil dan bergegas menghampiri Sita. "Assalamualaikum." ucapnya dengan penuh semangat. "Waalaikumsalam." sambut Sita yang kebetulan ada di depan sedang membuka butiknya. "Mas Yudha? Tumben mampir?" tanyanya terkejut. "Ta, maaf ya. Mas baru datang, kemarin sibuk banget soalnya. Mendadak harus ke luar kota sama Pak Wali." ucapnya masih berdiri. "Kamu baik-baik aja kan? Kemarin malam Mas udah tidur jadi nggak angkat telfonnya. Ada apa sebenarnya?" cecar Yudha yang terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan adiknya. Sita terlihat menghela nafasnya. Menatap sang Kakak dengan raut gamang. "Masuk yuk, Mas. Kita bicara di dalam aja." ucapnya, kemudian membalikkan tubuhnya. Keduanya masuk ke dalam. Sita mulai menata hatinya untuk mulai bercerita pada sang Kakak. Sita menatap sang Kakak. "Kemarin malam, Rafly datang, Mas." ucapnya langsung. Yudha yang mendengar kabar tersebut, tentu saja kaget bukan kepalang. "Apa? Rafly? Manusia kurang ajar itu?" semprot Yudha. Wajah Yudha mendadak memerah, menunjukkan emosinya kian memuncak, hampir tidak terkendali. Sita mengangguk. "Ya" timpal Sita singkat. "Dari mana dia tahu rumah ini, Ta? Terus kok bisa dia sampai sini?" cecar Yudha. Tiba-tiba saja kepalanya terasa panas, seperti mendidih mendengar nama seorang yang selama ini ia anggap sebagai pengecut. "Mas, aku sudah berkeyakinan kalau dia pasti datang. Aku juga yakin dia akan mencari tahu identitas Keinara karena tahu dia anakku. Dia punya uang banyak. Apapun bisa dia lakukan hanya dengan menggelontorkan sebagian kecil uangnya. Kemarin juga dia tanya soal Keinara. dia itu anak siapa. Apakah anak dia atau bukan." terang Sita. "Terus, kamu jawab apa?" "Ya, aku jawab aja, Kei bukan anaknya. Kei anakku dengan laki-laki lain. Aku juga bilang kalau Ayahnya Kei sudah lama meninggal. Tapi kayanya dia nggak percaya begitu aja. Dia tetap bersi keras menanyakan Kei itu anak siapa. Dia juga bilang kalau, dia yakin Kei itu anaknya dia. Aku yakin, cepat atau lambat dia pasti kembali lagi, Mas." tutur Sita dengan nadanya yang bergetar. Sita terlihat menyatukan kedua telapak tangannya, mengangkatnya menempelkannya di tengah bibirnya. Dari raut wajahnya terbaca dengan jelas, jika dia sangat khawatir, Sita kalut. Yudha membuang nafasnya. "Ya jelas dia akan datang lagi, sebelum tahu pasti identitas Keinara." sahut Yudha. "Tapi buat apa dia kembali, Mas? Sudah hampir dua puluh tahu berlalu, kenapa baru kembali sekarang. Kenapa tidak dari dulu? Aku dan Keinara baik-baik saja tanpa dia, Mas. Mas juga lihat kan? Kita berdua bahagia dengan kehidupan kami selama ini. Dulu dia ninggalin aku begitu aja. Terus sekarang sok-sokan mau jadi pahlawan kesiangan dengan datang lagi, dan bilang sama Kei kalau dia adalah Ayah kandungnya? Heiii! Dimana letak hatinya?" Sontak emosi Sita meledak tak terbendung. Yudha mengelus bahu sang adik. "Ta, tenang! Kamu ingat, Mas akan melakukan apapun untuk menghalangi niat Rafly. Mas juga nggak rela kalau dia dengan seenak hatinya masuk ke kehidupan Keinara, setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini." tutur Yudha. "Kalau dia datang lagi, kabari Mas saat itu juga ya! Mas pasti akan segera datang." Sita menatap sang Kakak, lalu memeluknya erat. "Sita takut, Mas. Hiks hiks hiks." ucapnya dalam pelukan sang kakak. "Ada Mas, Ta. Mas akan selalu berusaha melindungi kamu dan juga Keinara." Janji Yudha pada sang adik. Sita terlihat semakin tenang. Dia yakin, sang Kakak pasti akan terus berada di d sampingnya dengan keadaan apapun yang terjadi. Terbukti, selama ini mang Yudha lah yang selalu ada untuk Sita dan Keinara. Kampus Pukul 08.00 Keinara sedang duduk di bangku taman selagi menunggu jam kuliah masuk. Tiba-tiba dari arah depan muncul Zaky yang sudah melemparkan senyum manisnya untuk Keinara. Sontak membuat Keinara segera bangkit dan berjalan setengah berlari demi menghindari Zaky. Zaky kaget dengan perginya Keinara secara tiba-tiba. Zaky berusaha mengejar kekasihnya tersebut. "Beb! Beb! Tunggu!" serunya pada Keinara yang berjalan dengan jurus seribu langkahnya. Namun sayang, sambutan Keinara sepertinya tidak sesuai dengan harapan Zaky. Keinara terus berjalan, ia menghiraukan Zaky, berpura-pura tidak mendengarkan panggilannya. Zaky terus mengejar Keinara, terpaksa dia menghentikan jurus seribu langkah Keinara dengan menahan lengannya. Keinara terpaksa berhenti. "Beb, kamu kenapa sih? Perasaan kemarin kita masih baik-baik aja deh. Kenapa kamu jadi kaya memghindar dari aku kaya gini?" tanya Zaky. Keinara menata hatinya, menyiapkan kata-kata untuk menjelaskan alasannya dengan baik supaya Zaky tidak salah paham. Keinara berbalik badan, memandang beberapa detik ke arah mata Zaky, kemudian ia menunduk. Tak kuasa hatinya meronta harus berlama-lama memandang seseorang yang sangat ia sayangi itu. "Aku cuma nggak mau nyakitin Bunda, Ky! Aku nggak mau lagi bohong di belakang Bunda! Aku ingin jadi anak yang berbakti pada Bunda. Itu aja." terang Keinara dengan rasa setengah hati. "Maksud kamu apa si Beb? Apa aku nggak salah dengar? Kenapa tiba-tiba kamu berubah pikiran?" Zaky terperanjat. Dia belum bisa mencerna dengan baik apa yang di sampaikan oleh Keinara. "Bahagia Bunda adalah bahagiaku, Ky. Jadi aku mohon, lebih baik kita sudahi semua ini. Aku lelah." lanjut Keinara, masih dalam keadaan menunduk. Wajah Zaky berubah. "Apa? Kamu mau kita putus? Begitu, Kei?" Keinara menganggukan kepalanya. "Hehhh, lelucon macam apa sih ini? Udah deh kamu nggak usah bercanda! Nggak lucu bercandanya sampai kaya gini! Beb!" seru Zaky, menepis ingin Keinara. Keinara menarik nafas, menarik lengannya. Kemudian menegakkan kepalanya, mencoba menguatkan hatinya untuk bisa menatap Zaky. "Aku nggak bercanda, Ky! Aku serius! Kita selesai!" ucapnya lagi, kali ini ucapan Keinara terdengar lebih yakin. Wajah Zaky semakin terlihat padam, seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Keinara barusan. "Kita temanan aja, Ky. Dan aku berharap, hubungan pertemanan kita masih baik-baik saja. Kita masih bisa menjaga sikap kita di depan anak-anak yang lain. Ya?" desak Keinara. Zaky kembali meraih kedua pundak Keinara, menatapnya penuh harap. "Setelah apa yang sudah kita perjuangin sejauh ini? Selama ini? Apa harus selesai begitu aja? Kamu nggak mau berjuang lagi, Kei? Apa kamu lelah? Kalau kamu lelah, aku siap jadi penopang bebanmu, Kei. Aku bantu kamu membawa separuh atau bahkan seluruh beban itu. Aku bersedia, asalkan kita kembali lagi seperti dulu. Kita pasti bisa! Kemarin aja Bunda sempat ngasih izin, itu nggak menutup kemungkinan kalau suatu hari hati Bunda juga bakalan kebuka untuk kita. Ayolah, Kei, jangan menyerah gitu aja! Kita berjuang sama-sama! OK?" Zaky masih berusaha untuk meyakinkan Keinara. Ingin saat itu rasanya Keinara mengalirkan air matanya, memeluk Zaky seerat-eratnya. Sejujurnya hatinya sakit harus mengucapkan kata-kata yang sama sekali bertentangan dengan suara hatiya. Tapi demi sang Bunda, dia rela menyakiti hatinya sendiri. Keinara menggelengkan kepalanya. "Aku sudah yakin, Ky." Lalu menganggukkan kepalanya. "Aku sudah bulat dengan keputusan ini, Ky. Kita masih bisa jadi teman baik. Suatu saat kalau kita memang berjodoh, pasti kita akan kembali lagi kok! Tuhan pasti mempertemukan kita kembali. Aku percaya itu." ucap Keinara. Alasan yang klasik memang. Tapi apa boleh buat, hanya itu yang bisa Keinara lakukan, berusaha berbicara lantang di depan Zaky. Sementara Zaky hanya bisa pasrah, usahanya sama sekali tidak membuat Keinara luluh. Keinara bersi keras mengakhiri semuanya. Keinara melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas, sementara Zaky masih terlihat mematung, menatap kepergian sang mantan kekasih yang kukuh memilih pergi dari hidupnya. *** Hari ini adalah hari terakhir Rafly ada di Jogja. Pukul dua belas nanti dia akan terbang kembali ke Balikpapan. Namun masih saja ada yang mengganjal di relung hatinya. Ada rasa tidak tenang yang ia tinggalkan di kota ini. Rafly tidak ingin membawa sejuta tanya ketika ia memutuskan untuk kembali nanti. "Sepertinya aku harus kembali lagi menemui Sita. Aku akan coba lagi, meminta maaf pada dia. Karena hanya maaf itu yang ingin aku dapatkan saat ini. Sebuah maaf dan juga kebenaran mengenai jati diri Keinara yang sesungguhnya." lirihnya di tepi kolam renang. Pagi ini Rafly memutuskan untuk berenang, demi mendinginkan suasana jiwa dan raganya yang hampir meledak karena kepanasan. Rafly keluar dari kolam renang, berjalan kembali menuju ke kamarnya. Ia membersihkan tubuhnya beberapa menit di kamar mandi, setelah itu dia memesan sebuah taksi untuk segera menuju ke rumah Sita kembali. Tentu saja ada rasa khawatir dalam benaknya. Khawatir kedatangannya akan di tolak mentah-mentah oleh Sita kembali. Namun, hatinya merasa belum tenang jika belum bisa memastikan mengenai siapa Keinara. Apakah anak itu benar bukan anaknya, atau justru sebaliknya, Keinara memang anak kandungnya. Sesampainya di depan rumah Sita, Rafly mendapati susana butik yang lumayan ramai dengan pengunjung. Dari luar, Rafly juga mendapati Sita tengah sibuk melayani pengunjungnya. Rasanya kalau Rafly masuk sekarang, takut akan menganggu keadaan di dalam sana. Yudha memutuskan untuk menunggu hingga pelanggan sepi terlebih dahulu. Lebih dari satu jam menunggu di dalam mobil, akhirnya pelanggan mulai pergi satu persatu, hingga akhirnya butik benar-benar sudah tidak menyisakan pengunjung lagi. "Bissmillah!" lirih Rafly, lalu memantapkan hatinya kembali, melangkahkan kakinya kembali menemui Sita. "Selamat siang." ucap Rafly yang sudah berdiri di tengah pintu masuk. Sita yang tengah duduk di meja kasir dan fokus terhadap layar laptop, sontak menegakkan kepalanya. "Selamat si," Bibirnya tiba-tiba mengunci. Matanya melihat lagi sosok yang membuatnya muak selama ini. Rafly datang kembali. "Sita." ujar Rafly dengan wajah ragu. Rafly masih mematung di tengah pintu masuk butik. Sementara raut kemarahan jelas terlukis di wajah Sita. "Laki-laki itu datang lagi! Apa yang harus aku lakukan?" batinnya gamang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD