Flashback “Pemintaan Heri”

1105 Words
"Gue pinjem uang kemana-mana tapi nggak dapat. Pikiran gue udah kacau balau. Apalagi Mama harus segera di operasi. Akhirnya gue mencari uang dengan jalan yang salah. Mungkin kalau gue lebih berusaha cari lo atau cari Papa maka gue nggak akan berakhir seperti sekarang." "Apa yang terjadi?" pertanyaan itu langsung muncul dalam benak Hiro. "Gue masuk ke organisasi jual beli narkoba. Uang yang ditawarkan lumayan besar dengan waktu yang singkat. Otak gue udah rusak sehingga berani masuk kesana. Gue nggak peduli kalau akhirnya bakalan mati atau masuk penjara asal uang untuk operasi Mama bisa gue dapatin. Lo jangan hidup kayak gue ya Ro." Fakta kedua membuat hati Hiro kian teriris. Ia kira kehidupan sang kakak sangat bahagia, tapi malah sebaliknya. Berulang kali Hiro mengatakan maaf. Jika ia mencari keberadaan Mama dan kakaknya setelah papa meninggal, maka semua tidak akan berakhir seperti ini. Kemarahan dalam waktu yang cukup lama membuat hati Hiro menjadi tertutup. Seharusnya ia mencari kebenaran terlebih dahulu daripada mengikuti perkiraannya sendiri yang sudah bercampur dengan perkataan orang lain. "Waktu gue ingin melakukan aksi, pihak rumah sakit bilang Mama udah nggak ada. Gue terlambat Ro, gue terlambat. Gue nggak bisa lihat Mama untuk terakhir kali. Gue marah, gue kecewa. Semua emosi bercampur tanpa gue bisa kendalikan. Kenapa Mama ninggalin gue gitu aja? Kenapa Mama nggak nunggu gue berusaha dulu? Sakit Ro, sakit." Hiro menggigit tangannya sendiri karena rasa sakit di d**a yang tidak bisa untuk dijabarkan dengan kata-kata lagi. "Tapi akhirnya gue sadar bahwa Mama nggak mau gue jatuh ke jalan yang salah. Gue nggak sempat melakukan aksi. Tapi kehidupan setelah Mama meninggal semakin buruk. Awalnya gue udah buat perjanjian dengan ketua organisasi narkoba tersebut untuk tidak mengganggu satu sama lain. Tapi sayangnya, 3 tahun kemudian mereka datang dan langsung ingin membunuh gue. Mereka bilang gue bekerja sama dengan polisi untuk membongkar kasus transaksi narkoba yang mereka lakukan. Gue nggak pernah mengatakan pada siapapun, apalagi kepada polisi. Gue nggak punya kekuatan untuk itu, walau gue tau mereka melakukan kejahatan besar. Gue cuma ingin hidup selayaknya walau tidak sesempurna saat ada Mama." "Oh ya, gue lupa cerita kalau dua tahun setelah Mama nggak ada gue bertemu dengan perempuan yang sangat baik. Namanya Yuna, dia seorang perawat di rumah sakit dimana Mama selama ini menjalani pengobatan. Gue juga heran kenapa dia bisa jatuh hati sama gue. Apa karena gue ganteng ya?" Hiro tertawa kecil mendengar sang kakak bangga dengan wajahnya sendiri. "Gue bisa bangkit dari keterpurukan setelah Mama meninggal, Yuna punya peran cukup besar dalam hal ini. Gue memutuskan untuk menghabiskan hari bersama dengannya. Beberapa bulan setelah menikah, Alan muncul di rahim istri gue. Rasanya benar-benar luar biasa. Gue bahagia karena akan menjadi ayah. Gue kira kebahagian itu akan berjalan cukup lama, tapi sayangnya tidak. Saat kehamilan istri gue masuk bulan kesembilan, ia mengalami pendarahan hebat. Dia terjatuh dari tangga sehingga Alan harus dikeluarkan walau belum waktu kelahirannya. Istri gue meninggal setelah Alan lahir karena pendarahan yang tidak kunjung berhenti. Jika tau akan begini, gue nggak akan menikah dengan Yuna. Dia nggak tau apa-apa tetapi setelah menikah dengan gue, organisasi narkoba menjadikan dia sebagai target. Gue merasa bersalah pada Mamanya Alan. Gue jahat, gue merusak hidup dia." Jika Heri berada di depannya sekarang, Hiro akan langsung memeluk dan mengatakan bahwa semua itu bukan kesalahannya. "Pengejaran masih berlangsung sampai sekarang, mungkin kalau video ini sampai ke lo maka gue udah nggak ada. Tapi gue selalu berdoa agar Alan bisa selamat. Jika Alan selamat, gue minta tolong sama lo. Tolong jangan anak gue. Tolong jaga cinta gue sama Yuna. Tolong Hiro, gue nggak punya siapa-siapa lagi kecuali lo. Mungkin permintaan ini terkesan tidak tau diri, tapi gue nggak punya pilihan. Gue mohon... Jaga anak gue dan Yuna." Hiro mengangguk. "Gue bakal jaga anak lo seperti anak gue sendiri," balasnya dengan penuh keyakinan. Jika selama beberapa hari ini ia masih belum sepenuh hati menjaga Alan karena rasa kecewa kepada Heri, tapi kali ini tidak lagi. Hiro akan menjaga Alan dengan sepenuh hati. "Gue bakal besarin dia dengan baik, jadi lo jangan khawatir Bang," lanjut Hiro lagi. Heri menghapus air mata yang berkali-kali mengalir. "Gue harap lo hidup dengan baik, lepaskan semua rasa benci yang selama ini membelenggu hati lo. Jangan benci Mama, jangan benci gue dan jangan benci Papa." "Maafin Hiro, Ma. Maaf karena selama ini Hiro menganggap Mama tidak sayang," lirih Hiro. Bagaimana mungkin Hiro bisa membenci sang Mama setelah mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. "Rasa benci tidak akan membuat hidup lebih baik. Papa memang salah, tapi dia baik sama lo dan gue. Gue yakin, Papa nggak pernah menceritakan hal buruk tentang Gue dan Mama. Walaupun Papa bagai monster buat Mama, dia tetap menjalankan peran ayah buat kita. Dia berusaha cari pengobatan terbaik untuk lo, dia memberikan kehidupan yang nyaman buat lo. Sebenarnya Papa beberapa kali minta Mama untuk kembali, tapi Mama menolak. Gue tau Papa akan tetap sama, dia akan tetap berulah karena itu sudah menjadi wataknya. Walaupun begitu, Papa tetap ngasih kabar tentang lo sama Mama dan gue. Gue tidak membenarkan apa yang Papa lakukan, tapi kita juga nggak tau apa yang dulu Papa alami. Jadi jangan benci siapapun, hiduplah dengan baik. Mama, gue dan Papa akan sangat bahagia jika lo bisa hidup dengan baik." "Gue nggak bisa, Papa yang membuat hidup kita berantakan." Walau apa yang dikatakan Heri benar, tapi Hiro belum mampu membuang perasaan benci tersebut. Andai saja sang Papa hidup dengan baik, pasti mereka tidak akan berakhir seperti sekarang. "Mungkin permintaan gue berat, tapi perlahan-lahan lo harus bisa membuang semua rasa benci itu. Gue yakin lo bisa melakukan itu, gue yakin Hiro. Jika lo rindu sama Mama, lo bisa lihat video yang udah gue kumpulin dari dulu. Hanya ini yang bisa gue lakuin buat lo. Gue nggak bisa lama-lama karena harus segera pergi dari kota ini. Sebelum itu, gue dan Mama minta maaf untuk semua beban trauma yang ditinggalkan. Gue dan Mama sangat menyayangi lo. Gue yakin Papa juga sayang sama lo. Tolong jaga anak gue, sayangi seperti anak lo sendiri. Kalau mau cari istri, gue harap dia juga akan sayang sama Alan. Maaf karena gue kasih lo tanggung jawab seperti ini. " "Untuk terakhir kali, hiduplah dengan bahagia Hiro..." Heri mengakhiri video dengan senyum lebar. Bahkan ada foto Mama dan Papa yang tampil di sana. Hiro hanya bisa menangis terisak-isak. Tangis yang tidak pernah ia tujukan kepada siapapun. Ia hanya bisa meminta maaf kepada Mama dan sang abang. Hiro mendekat ke tepi ranjang. Ia menatap Alan yang sedang tertidur. "Mari hidup bahagia, Alan. Mulai hari ini, kamu anak Papa," lirih Hiro. Ia memberikan kecupan kasih sayang di dahi sang anak. Air mata mengenai wajah Alan. Meskipun begitu, tidur Alan tidak terganggu sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD