49. Crazy Rich Asian

2140 Words
Melbourne - Australia 07.58 am ________ Suasana pagi yang berbeda di Claver Rose Luxury. Atmosfer perselisihan antara penghuni di unit 08 dan 09 menghilang. Terganti dengan keceriaan. Yah … walau tak seceria itu. Yang jelas, dua remaja yang tadinya saling tuduh, bertengkar, tak saling menyapa, acuh, cuek dan saling tidak peduli kini mulai saling menyapa. Akhir pekan kemarin benar-benar mengukir sejarah untuk dua remaja Asia yang tinggal di Australia ini. Dan sekarang hubungan mereka terlihat layaknya teman. Oh … how cutes they are. “Ha- hai.” Walau masih ada kecanggungan. Si kikuk Yong Do tak bisa menyapa lebih baik. Ekspresi yang ditunjukkannya membuat gadis berambut panjang yang telah diwarnai cokelat itu mendecih halus. Dia melipat tangan di depan d**a. “Dari jam berapa kau menunggu?” tanya Yiseo. Oh, astaga! Nada bicaranya itu. Celetuk. Seperti preman yang mau memalak. Sikapnya membuat Choi Yong Do semakin kikuk. Mulut Yong Do terbuka. “A- ak- ak. Aku baru,” ucapnya. Tampak bibir Park Yiseo manyun. Dari tatapan matanya, terlihat jelas jika gadis itu sedang mengolok Choi Yong Do di dalam hati. “Hemm … apa CCTV di sana rusak ya?” gumam Yiseo. Seketika mata Yong Do membesar. Jantungnya berhenti berdetak selama beberapa detik dan wajahnya mulai membesar seperti balon. “Oh God!” Yong Do bergumam tanpa sadar. Sepertinya dia lupa jika hallway tempatnya berdiri dilengkapi CCTV dan setiap penghuni punya akses untuk melihatnya. Park Yiseo terkekeh melihat ekspresi Choi Yong Do. Gadis itu mendekati Yong Do yang kini sedang menunduk karena malu. “Sudahlah … tidak perlu malu. Astaga!” Park Yiseo sengaja menyikut tulang rusuk Yong Do, membuat pria itu menggumam kasar. Dan tentu saja Park Yiseo semakin menikmatinya. “Ayo!” ucap gadis itu. Sambil melipat tangan di depan da’da, Park Yiseo mulai melangkah. Meninggalkan Choi Yong Do yang masih mematung di tempat. Gadis itu menoleh saat tiba di depan lift. “Kau mau sekolah atau tidak?!” Suara itu membuat Choi Yong Do mendongakan kepalanya. Sambil memegang perut yang sempat terasa nyeri, Choi Yong Do menganggukkan kepalanya. “Hem,” gumam pria itu. “Kalau begitu ayo,” kata Yiseo. Sekali lagi Choi Yong Do bergumam. “Hem.” Pria muda itu memanjangkan langkah menghampiri Park Yiseo yang kini sudah berada di dalam lift. Gadis itu menguap. Sementara Choi Yong Do berusaha menahan degup jantungnya yang kini mulai berdetak meningkat. Kaki Yiseo bergerak ke samping. Tanpa meminta izin, gadis itu langsung menyandarkan kepalanya pada bahu Yong Do. “Kau belajar semalam?” tanya Yiseo. Sekarang matanya tertutup. “Hem,” gumam Yong Do. Lelaki muda Choi itu memalingkan wajahnya ke samping. ‘Astaga! Kenapa dia harus seperti ini. Dan parfumnya … oh, crap!’ Entah apa yang membuat Choi Yong Do harus mengulum bibirnya kuat-kuat. Dan bahkan kedua tangannya kini mengepal pada kedua sisi tubuhnya. “Ujian pertama, hem? Kau gugup?” Park Yiseo kembali bertanya. “Hem.” Dan gumaman Yong Do masih sama seperti sebelumnya. “Bagaimana ujian saat homeschooling?” Untuk beberapa saat Choi Yong Do terdiam. Diamnya pria itu membuat Park Yiseo menarik wajah dari pangkal pundak Yong Do. “Oh, sorry …,” gumam Yiseo. “aku tidak bermaksud menyinggungmu. Sungguh,” kata Yiseo. Choi Yong Do memutar wajah. Ada senyum singkat di wajah pria itu sebelum dia berkata, “Tak apa. Aku tidak merasa tersinggung.” “Sungguh?” tanya Yiseo. Untuk beberapa detik wajahnya terlihat antusias. “Hem,” gumam Yong Do. Dengan begitu Park Yiseo kembali memasang wajah datar. “Oke,” kata Yiseo. Gadis itu melingkari lengan Yong Do dengan gerakan santai. Sejurus kemudian, lift berhenti bergerak. Tampak dua orang staf apartemen berdiri di depan lift. “Maaf, lift karyawan sedang dalam perbaikan. Bolehkan kami menumpang?” tanya salah satu dari dua orang pria tersebut. “Ti-“ “Boleh.” Park Yiseo mendengkus. Dia memutar wajahnya pada Choi. Pria itu tak berani memutar wajah. Cukup pipinya yang merasakan tatapan tajam gadis di sampingnya. “Permisi,” kata si staff apartemen. Choi Yong Do bergerak ke samping. Memberikan ruang pada si staff apartemen. Dua orang yang masuk itu membawa trolley janitor yang otomatis memakan ruang. Park Yiseo menarik kedua tangannya dari lengan Yong Do, lantas melilitnya di depan d**a dengan gerakan kasar. Sekasar embusan napasnya. Sementara, di samping Park Yiseo ada Choi Yong Do yang seperti mendapat kelegaan. Jantung yang tadinya berdetak meningkat kini mulai memberikan tekanan normal. ‘Kamu benar-benar sedang jatuh cinta, Yong Do.’ Terdengar dengusan dari pria itu. Dia mengepalkan kedua tangan bersamaan dengan mengencangkan rahangnya. ‘Get out of my head, you i***t!’ ‘I’m not an i***t. But you are a bad liar. Unbelievably pathetic!’ “Ck!” Tanpa sadar Choi Yong Do berdecak kesal. Terjebak pergulatan dengan batin membuat Choi Yong Do kadangkala mendengkus tanpa sebab. Sehingga orang-orang di sekitarnya akan memandang Yong Do sambil mengerutkan kening. “You okay?” tanya salah satu staff. Choi Yong Do melebarkan matanya. “Y- ya,” kata pria itu. Dia mengernyit dan menarik kepalanya sedikit ke belakang. “sure.” Lanjut Yong Do. Park Yiseo menggelengkan kepala sambil mendengkus. Gadis itu memindahkan tatapan pada pemandangan di luar. Tak berselang lama, lift kembali berhenti dan setelah bunyi dentingan, dua orang staf apartemen pun mendorong trolley mereka ke luar. “Hahh … menyebalkan!” gerutu Yiseo. Baru lift akan tertutup, dua orang penghuni apartemen kembali masuk ke dalam apartemen. Park Yiseo mengernyit. “Heran! Apa di apartemen ini hanya punya satu lift?” Gadis itu menggerutu dengan bahasa Korea yang jelas hanya dimengerti oleh Choi Yong Do. Terpaksa Choi Yong Do memutar tubuh menghadap Yiseo. Entah apa yang membuatnya tersenyum. Satu tangannya tersimpan di dalam saku, sementara tangan kanannya bergerak meraih kepala Yiseo. Choi Yong Do juga tidak menyangka jika dirinya akan sangat berani mengusap kepala Yiseo. Bahkan, tatapan sinis dari Yiseo malah semakin membuat Choi Yong Do tersenyum. “Ck!” Park Yiseo berdecak kesal dan kembali membuang muka. Gadis itu mengabaikan degup jantung yang tiba-tiba berdetak cepat. Menutupinya dengan memasang ekspresi masam. Choi Yong Do memutar tubuh ke depan dan betapa terkejutnya dia saat melihat wanita dan pria di depannya kini sedang b******u. “Oh God!” Choi Yong Do langsung memalingkan wajahnya. Mendengar gumaman dari Choi Yong Do membuat Park Yiseo memutar bola mata ke sudut. Seketika mata sipitnya membesar. “Are you kidding me?!” pekik Yiseo. Choi Yong Do melebarkan mata. Menatap gadis di sampingnya. “Oh no … jangan sekarang, Yiseo!” desis Yong Do. Berharap dia bisa mencegah apa yang akan dilakukan oleh Park Yiseo. Namun, semua itu terlambat saat gadis Asia itu mengambil langkah. Dengan wajah kesal dan mata nyalang yang ia arahkan tepat pada dua orang yang sedang making out itu. “Hey!” Tiga orang dalam lift ini tersentak mendengar suara melengking dari gadis bertubuh ramping itu. Tampak Park Yiseo menaruh kedua tangannya di pinggang. “What’s wrong with you,” gumam si pria. Ekspresi dan ucapan dari pria di depannya membuat Park Yiseo terkekeh sinis. “Seharusnya aku yang bertanya,” kata gadis Asia itu. Didorong oleh rasa kesalnya, Park Yiseo semakin mengambil langkah. Mendekati dua orang di depannya. “What the hell with both of you!” Park Yiseo menekan setiap kalimat yang dia ucapkan. Pria dan wanita di depannya saling menatap dengan dahi terlipat. Sementara Park Yiseo mendengkus. “Demi apa! Kalian tidak puas hook up di rumah?!” tanya Park Yiseo. Kalimatnya terlalu frontal membuat dua orang dewasa di depannya terkekeh bersama. Salah satu dari mereka yaitu si wanita, menarik tangannya dari atas pundak sang pria. Kemudian dia memutar tubuh. Berjalan menghampiri Park Yiseo yang hanya berjarak dua langkah dari tempatnya berdiri. “Sweetheart,” panggil wanita itu sambil menjulurkan tangan hendak meraih rambut Yiseo. Dan tentu saja gadis itu menepis tangan sang wanita dengan gampang. Wanita itu kembali dibuat terkekeh. Sambil menyeringai, dia menggerakkan bola mata. Menatap pria di sampingnya lewat sudut mata. “Sweetheart, sepertinya kau orang asing. But let me tell you, –this is– Australia,” ucap wanita itu sambil merentangkan kedua tangannya. “Memangnya kalau kau hidup di Australia, apakah kau berhak making out di depan anak remaja?” Park Yiseo tak ingin kalah mengintimidasi. Namun. Wanita di depannya malah merengut. “Obviously yes,” jawabnya. Lengkap dengan tatapan angkuh. Park Yiseo mendecih sinis. “Well, tidak heran,” kata Yiseo. Tepat saat itu juga bunyi denting kembali terdengar menandakan jika bilik kecil yang mereka tumpangi telah sampai ke lobi. Namun, setelah pintu terbuka pun Park Yiseo masih menatap wanita di depannya dengan pandangan penuh teror. “Itulah mengapa kalian selalu terlihat murahan. Jalang!” Ucapan itu membuat si wanita terbelalak. Mulutnya terbuka, tetapi tubuhnya membeku. Seakan-akan tak punya kekuatan untuk melawan gadis kecil di depannya. Park Yiseo memutar wajah. “Ayo, Yong Do,” kata Yiseo. Nadanya terdengar datar. Begitu tenang, tetapi aura yang dimiliki gadis itu serasa meneror dua orang dewasa yang berdiri termangu-mangu di tempat. Di sisi lain, Choi Yong Do merasa tidak enak hati. Dia bahkan menatap wanita dan pria itu dan menundukkan kepala. Seperti memohon maaf. Namun begitu, Park Yiseo malah menarik tangan Yong Do. “Untuk apa kau menghormati orang seperti mereka. Buang-buang waktu,” ucap Yiseo. Kali ini dia memakai bahasa Inggris supaya dua orang di belakang juga mendengar perkataannya. Dua orang dewasa itu masih berdiri di tempat dan salah satu dari mereka terkekeh keras. “Oh my God!” Wanita itu menggeram tak percaya. Ia sampai mengusap dahinya. “Bagaimana bisa seorang jalang kecil mengintimidasi aku,” ucapnya. Dia memutar pandangan kepada kekasihnya. “Brad?!” pekik wanita itu. Sang lelaki hanya menggelengkan kepala sambil mengedikkan kedua bahu. Melihat respon dari sang kekasih yang tampak biasa saja membuat wanita itu kembali menggeram. “Erggghhhh ….” Dia meracau kesal sambil mengentak-entakkan kakinya. Akhirnya sang kekasih merespon. Dia mendengkus. “Ayolah, Demi. Mereka hanya anak kecil,” kata pria itu. Dia meraih tubuh kekasihnya dari samping lalu memberikan kecupan di bibir. Berharap bisa menenangkan wanita tersebut. Namun, wanita itu makin terlihat kesal. “Bagaimana bisa seorang jalang kecil bi-“ Ucapannya terhenti saat melihat pemandangan di depannya. “Ayo,” kata Yiseo sambil mendelikkan kepala menunjuk mobilnya. “Kau duluan saja. Aku menunggu bus sekolah,” kata Yong Do. Sekilas wajah Yiseo tampak memberengut. Dia memutar tubuh menghadap pengawal pribadinya. “Jang Mi,” panggil Yiseo. Jang Mi membungkuk. “Ya, Nona Park.” Pria itu berucap tanpa melihat sang majikan. Tubuhnya tetap membungkuk. “Hari ini kau tidak perlu mengantarkan aku.” “Baik,” kata Jang Mi. Sejurus kemudian dia menegakkan badan. “Ap- ap.” Mulut Jang Mi berubah gagap. Dia memandang Park Yiseo dan Choi Yong Do bergantian. “Ap-ap-“ Park Yiseo mendesah kasar. Gadis itu tak ingin repot-repot menjelaskannya pada Jang Mi. Dia kembali memutar tubuh dan meraih tangan Yong Do. “Di mana kita akan menunggu bus sekolah?” Bola mata Choi Yong Do semakin melebar. “Ap- ap-“ Pria itu juga menggagap. Dia malah memandang Jang Mi. Kali ini Park Yiseo berdecak kesal lalu memutar bola mata jengah. “Oh, please. Don’t look so surprised,” kata Yiseo. “Maaf, Nona Park, tetapi tugasku adalah memastikan keselamatan Anda dan aku tidak bisa terus menerus membuat alasan kepada tuan Park. Kumohon mengertilah posisiku,” ucap Jang Mi. Park Yiseo kembali melilitkan kedua tangan di depan da’da. Dia menatap Jang Mi sambil berdecak kesal. “Kamu selalu dramatis, Jang Mi. Lagi pula aku naik bus sekolah dan aku pergi bersama teman sekelasku. Reaksimu seolah-olah aku pergi bersama mafia,” ujar Yiseo. “Bukan begitu, Nona Park. A-“ “Ahh … sudahlah!” Park Yiseo melayangkan satu tangan ke udara. “Terlalu banyak drama malah akan membuatku terlambat. Ayo!” Gadis Park itu langsung menarik tangan Choi Yong Do dan membawanya pergi dari sana. Sementara ada dua orang dewasa yang sedari tadi memantau tiga warga Asia tersebut. “Oh, crap! Ternyata mereka kaya raya,” gumam si wanita. Entah dia sadar atau tidak, sekarang wajahnya terlihat pucat. Sementara kekasih si wanita itu juga terlihat sangat tak percaya. Namun, sejurus kemudian dia memutar tubuhnya pada kekasihnya. “Wait, wait. Apa mereka yang tinggal di Penthouse?” tanya pria itu. Wanita yang merupakan kekasihnya itu mengernyit. Dia memutar wajahnya. Menghadap sang kekasih. “Probably,” kata wanita itu. Terlihat kekasih dari wanita itu mendengkus. “They are crazy rich,” kata sang pria. Seketika membuat wanita itu menyeringai. “Wow … how amazing would that be,” kata wanita itu. Kekasihnya merespon dengan seringaian yang sama. “Tangkapan besar, hah?” gumam si lelaki dan wanitanya terus menyeringai. “Ayo,” ucap wanita itu sambil mendelikkan kepala menunjuk pintu keluar. “Australia memang berbeda. Semoga kita dapat tangkapan besar di sini.” “Hem. Masukkan dua remaja itu di daftar target,” kata si pria. “Tentu saja,” sambut wanitanya. ______________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD