48. Awkward

1355 Words
“Oh … crap!” Goo Hae Young memutar bola mata. Mengembuskan napas panjang sambil melayangkan kedua tangan ke udara. Sementara dua remaja yang berada di atas lantai tersebut, tampak begitu terkejut. Salah satu dari mereka melompat. Park Yiseo tak mau berlama-lama di atas tubuh Choi Yong Do. Mata sipit Yiseo kini terbelalak. Dia memegang bibirnya dengan kedua tangan. Choi Yong Do melakukan hal serupa. Mata cokelatnya kini melebar. Sementara menahan degup jantung yang mulai menyentak dengan tempo yang meningkat di setiap detik. “Kids,” panggil Hae Young dan kedua remaja itu mendongak. “seriously, you guys in the problem right now.” Mendengar hal tersebut, membuat Park Yiseo dan Choi Yong Do bangkit dari atas lantai. Goo Hae Young kembali mengernyit. Melihat gerakan kedua remaja di depannya. Mengebaskan da’da, lantas menarik ujung baju. Segala pergerakan mereka benar-benar sama persis. Seperti telah diberi komando dan ini sudah terjadi beberapa kali. Seingat Goo Hae Young. “Hei …,” gumam Hae Young. Sambil memeluk da’da dan mengerutkan kening, wanita itu mulai mengambil langkah. Gerakan Goo Hae Young membuat dua remaja di depannya refleks mengambil langkah mundur. Mata Goo Hae Young yang menyipit dan memberikan tatapan menyelidik, secara alamiah membuat jantung Park Yiseo dan Choi Yong Do makin berdetak meningkat. “Ada yang aneh dengan kalian berdua,” ucap Goo Hae Young. Suaranya terdengar begitu pelan. Nyaris berbisik. Mulut Choi Yong Do terbuka. Dengan ragu-ragu dia menggerakkan bola mata ke samping dan akhirnya menoleh. Bersamaan dengan itu, Park Yiseo juga menoleh ke arah Yong Do. “Nah!” Choi Yong Do dan Park Yiseo kembali dibuat tersentak. Wajah mereka kompak berputar ke arah Hae Young. Namun, keduanya juga tidak ingin menghentikan langkah. Mereka terus berjalan menjauhi Goo Hae Young yang kini menunjuk wajah mereka. “Mom, seriously you scare us,” kata Choi Yong Do. Akhirnya Goo Hae Young menghentikan langkahnya. Sontak, wanita itu bergeming. Bagai baru tersadar oleh sesuatu. Ia pun mengerutkan kening. “Oh!” Goo Hae Young mengerjap untuk mengembalikan fokus. Terdengar embusan napas yang menggema panjang dan lagi-lagi terjadi bersamaan. Dilakukan oleh Park Yiseo dan Choi Yong Do. Hal tersebut membuat Goo Hae Young kembali menatap dua remaja di sampingnya. Dan … untuk kesekian kalinya dia terheran. “Mom, bisakah kau tidak menatap kami seperti penjahat?” Choi Yong Do kembali berucap. “Tidak. Ibu hanya heran. Mengapa kalian selalu melakukan hal-hal kecil bersama.” Kali ini giliran Park Yiseo dan Choi Yong Do yang mengernyit, kebingungan. Keduanya melempar tatapan dan Choi Yong Do mengedikkan setengah bahunya. Pria itu kembali menatap sang ibu. “Ibu bicara apa?” tanya Yong Do. Goo Hae Young sendiri sulit mencari kalimat yang pas untuk mendukung asumsinya. Namun, dia sadar kalau itu bukan sekadar asumsi. “Mom.” Panggilan dari Choi Yong Do kembali membuyarkan lamunan Goo Hae Young. Wanita itu kembali mengerjap. Terdengar embusan napas kasar menggema. Seperti mendorong kesadaran lebih. “Sorry,” kata Hae Young. “lupakan.” Lanjutnya. Wanita itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Namun, untuk sekian dari kesekian kalinya, Goo Hae Young dibuat kaget saat mendengar putranya dan Park Yiseo mendesah panjang bersama. Tak bisa berucap, Goo Hae Young lebih memilih untuk terkekeh. “Serius, kalian-lah yang menakuti aku.” Goo Hae Young menggeleng. Dia berbalik. Mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan menyibukan diri. Wanita itu sampai lupa kalau dia sedang ingin memasak. “Oh, my! Spaghetti scallops,” gumam Hae Young Sekilas, Park Yiseo dan Choi Yong Do saling menatap. Entah apa yang membuat sesuatu di dalam diri mereka berkedut saat mereka saling menatap dan akhirnya keduanya memutuskan untuk memalingkan wajah. Choi Yong Do merasakan sesuatu yang membuat pipinya panas. Sehingga pria itu bergerak lebih dulu. Menghampiri kulkas. Demi apa! Saat ini Choi Yong Do merasa jika kepalanya mungkin akan meledak sebentar lagi. Bukan karena emosi, tetapi oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Satu hal yang pasti. Choi Yong Do yakin kalau kulkas bisa membuat pipinya dingin. Juga otaknya. Sementara Park Yiseo menjadi begitu kikuk, tetapi dia memilih untuk mendekati Goo Hae Young. Gadis itu tersenyum, tapi senyumnya terlihat mengerikan. Oh, astaga! Pernahkah kau melihat Park Yiseo tersenyum? Mungkin sebagian orang akan lebih memilih melihat wajah dingin, tak berekspresi dengan tatapan penuh teror karena di sisi lain dia akan terlihat menantang. Namun, kali ini Park Yiseo tersenyum dengan perasaan tidak jelas yang kini membuat da’danya berdebar-debar. Entah sudah berapa kali Park Yiseo kehilangan kontrolnya sebagai seorang … ya, sebutlah dia predator karena seseorang selalu mengatakan pada Yiseo kalau sebisa mungkin dia harus menganggap dirinya sebagai predator. Pertanyaannya … apakah kau pernah melihat predator tersenyum? Jika ya, bisakah kau bayangkan bagaimana rupa mereka? Fix. Park Yiseo benar-benar kehilangan jati diri predator itu. Namun, ada sedikit harga diri yang berusaha keras mendorong confidence pada diri Yiseo. Gadis itu makin mendekat ke arah Goo Hae Young. “Apa yang bisa kulakukan?” tanya Yiseo. Goo Hae Young memutar pandangannya pada Yiseo. Wanita itu memberikan senyum terbaiknya. “Tidak ada, Sweetheart,” ucap Hae Young. Dia mengedikkan kepala menunjuk kursi di meja makan. “Akan lebih baik kau duduk. Aku takut jika kau bergerak dan akan terjadi insiden lagi, hem?” Goo Hae Young menutup ucapannya dengan senyuman. Namun, Park Yiseo menangkap guratan kekesalan di sana. Ya … sebenarnya terlalu kentara, tetapi wanita di depannya punya kontrol yang bagus. Mungkin dia sedang menahan amarahnya. Good, Goo Hae Young. You are a good mother. Proud of you. Goo Hae Young memutar bola mata jengah. Dengan senyum kikuk dan tatapan skeptis, Park Yiseo mencoba untuk menggerakkan kepalanya dan mengangguk. “Ba-baiklah,” kata Yiseo. Sambil mengulum bibirnya, Park Yiseo menggerakkan tangan. Menjangkau kursi di dekat meja makan. Gadis itu meremas ujung kursi sebelum membanting bokongnya di sana. Suasana berubah sangat canggung. Tidak ada yang saling bicara. Park Yiseo meluruskan tatapannya dan dia mengerutkan dahi saat melihat kelakuan Choi Yong Do. ‘What the hell he doing over there,’ batin Yiseo. Hal yang sama juga dipikirkan oleh Goo Hae Young saat dia memutar tubuh. “Honey, kau sedang apa di sana?” Bola mata Choi Yong Do terbelalak saat mendengar suara ibunya. Perlahan-lahan dia memutar wajah. “A- aku?” Goo Hae Young mengernyit. Menatap wajah putranya yang mulai berubah pucat. “Ya. Kau. Sedang apa kau di sana?” Sudut bibir Yong Do mulai berkedut. Sejurus kemudian dia tersenyum dan wajahnya terlihat sangat konyol. Namun, dengan cepat otak cerdasnya memberikan ide. Dia kembali berbalik. “Ice cream,” kata Young Do. Tangannya mengeluarkan satu cup ice cream. Goo Hae Young mendesah panjang. Dia menghampiri putranya. Wanita itu memberikan tatapan sinis kepada Choi Yong Do yang membuat pria itu mengernyit karena bingung. Sambil mematri tatapan pada putranya, Goo Hae Young memanjangkan tangan. Rupanya wanita itu ingin mengambil scallops dari dalam kulkas. Choi Yong Do sampai harus menahan napasnya. “Gosh!” gumam Yong Do. Goo Hae Young mencondongkan wajah dan membuat Choi Yong Do menarik kepalanya ke belakang. “Kau tidak ambilkan untuk pacarmu?” bisik Hae Young. Seketika membuat mata Yong Do melebar. Pria itu sempat melihat senyum jahil di wajah sang ibu sebelum dia berbalik. “Sweetheart, kau mau es krim sambil menunggu sarapan masak?” Ada sesuatu dalam ucapan Goo Hae Young yang membuat perasaan gugup Park Yiseo sedikit berkurang. “Boleh,” jawab gadis itu. “Well.” Goo Hae Young kembali memutar tubuh. Ia memberikan gestur kepada sang putra. “Yong Do ….” Choi Yong Do menghela napas panjang. Dia berbalik dan kembali mengambil satu cup ice cream. Entah apa yang membuat pria itu tidak sanggup menyangkal ucapan ibunya. Malah, ada sesuatu yang membuat hatinya serasa diremas dengan perasaan menyenangkan. ‘Girlfriend?’ Choi Yong Do mengulang ucapan sang ibu di dalam hatinya. Dan di saat dia memutar tubuh, tiba-tiba saja jantungnya seperti berhenti berdetak selama beberapa detik, lalu kembali dengan tekanan dua kali lebih cepat. “Oh, crap! It’s a lot of problems,” gumam Yong Do.   ______________ To be continue~ Guys, berkali-kali aku memohon supaya kalian bisa follow akun ini dan juga tab love bagi pembaca baru tentunya. Dan juga aku berharap kalian mengunjungi iiinstagram aku @inezhseflina untuk mengetahui n****+ apa saja yang sudah aku publikasikan. ;)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD