40. Worries

1759 Words
“Y- Yiseo … Yiseo-ah … Yiseo-ssi ….” Entakan jantung Choi Yong Do semakin memberikan pukulan kuat. Bersamaan dengan itu, rasa gelisahnya makin menyeruak. Menguasai seantero pikirannya. Sedari tadi ia berusaha mencari visual gadis Asia bernama Park Yiseo, akan tetapi tidak ada satu petunjuk yang bisa membuatnya menemukan gadis itu. “Hey!” Choi Yong Do mencegat jalan seorang gadis. Dengan mata terbelalak dan wajah panik, ia menatap gadis itu. “Kau lihat Yiseo?” tanya Yong Do. Napasnya berembus cepat dan kasar. Sehingga siapapun yang melihatnya mampu menangkap getaran khawatir yang terlalu besar itu. Gadis di depan Choi Yong Do hanya mengernyit. Tampak bingung. “Siapa Yiseo?” “Dia salah satu gadis yang datang di sini. Wajahnya putih. Mata bulat dan rambut panjang. Dia ke sini bersama Nicholas,” ucap Yong Do. Namun, gadis di depannya malah makin mengerutkan dahi. “Aku tidak melihatnya. “Ck!” Choi Yong Do melepaskan kedua tangannya dari pangkal lengan sang gadis. Pria itu kembali menegakkan badan dan melepaskan desahan kasar dari mulut. “Di mana kau, Yiseo-ssi,” gumam Yong Do dengan bahasa Korea yang lancar. Choi Yong Do memutar tubuh. Semakin menajamkan pandangannya. Berusaha mengenali satu per satu manusia yang berada dalam ruangan ini. Sambil dalam hati ia melafalkan nama Yiseo dan memohon agar ia bisa segera menemukan Park Yiseo. Bola mata Choi Yong Do terhenti ketika seorang pria dengan pakaian serba hitam keluar dari lorong. Sekali lagi Choi Yong Do mendesah kasar. Kakinya kembali bergerak. Melesat menghampiri pria berambut blonde itu. “Di mana Yiseo?!” tanya Choi Yong Do, tanpa basa-basi. Pria berambut blonde dengan bola manik mata berwarna biru itu mengernyit. Menatap pria Asia di depannya. “What the hell is this?” Choi Yong Do mendengkus. “Nick, beritahu aku di mana Park Yiseo.” Untuk beberapa saat Nicholas Hamilton terdiam. Namun, perlahan-lahan terlihat sudut bibirnya mulai berkedut kemudian naik dan membentuk senyum sinis. Pria itu mendekat dengan langkah pelan dan pandangan mengintimidasi. Entakan kaki Nicholas terdengar jelas di telinga Choi Yong Do. Namun, lelaki Asia itu sama sekali tidak takut pada Nicholas. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada Park Yiseo. Dia hanya ingin segera menemukan Yiseo. “Hei ….” Suara Nick terdengar pelan. Pria itu meraih kedua sisi kerah kemeja Choi Yong Do dan sengaja mengentaknya dengan kasar. “Sudah lama aku ingin bicara padamu, tetapi kupikir kau bisu.” Nick menutup ucapannya dengan seringaian. “Nick, waktunya tidak tepat. Aku harus segera menemukan Park Yiseo. Jadi kumohon, beritahu aku di mana Park Yiseo sekarang.” Nicholas tergelak. Ia menelengkan wajahnya ke samping lalu kembali dengan nada tajam dan mengintimidasi. “Kenapa harus kukatakan keberadaannya, hah? Siapa kau!” Seketika mata Nicholas melebar. Memberikan tatapan nyalang kepada Choi Yong Do. Tampak da’da Yong Do mengembang saat ia menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan cepat. Pria Asia itu memalingkan wajahnya untuk sekelebat dan kembali mendesah. “Nick, ini bukan saatnya un-“ BUK Ucapan Choi Yong Do terhenti saat Nicholas melayangkan kepalan tangan yang langsung mendarat di pipi kiri Yong Do. Seketika pria Asia itu membelalakkan matanya. Dengan cepat ia memutar wajah. “APA-APAAN KAU!” pekik Yong Do. Belum sempat Choi Yong Do menegakkan badannya, Nicholas kembali melayangkan pukulan. Sekali lagi. Kepalan tangan lelaki itu mendarat di pipi Yong Do. “Sial!” desis Yong Do. Dia kembali memutar wajahnya dan tepat saat itu juga Nicholas melayangkan pukulan, tetapi kali ini berhasil ditangkis oleh Yong Do. Nicholas tidak mau berhenti, dia menggeram dan menggerakan tangan kirinya, tetapi sebelum Nicholas berhasil melayangkan pukulan, seseorang tiba-tiba mengangkat tangannya menghalangi pukulan Nick. Kompak, Nicholas memutar pandangan. Sepasang manik hitam menjadi pemandangan pertama Nicholas. Tak ingin tinggal diam, Choi Yong Do ikut memutar wajahnya. Seketika mata pria itu terbelalak. “Yi- Yiseo.” Nama itu keluar dengan getaran yang menyertai gelombang suaranya. Sadar atau tidak, alam bawah sadar Choi Yong Do barusan mendesah lega. Seketika rasa nyeri di pipinya hilang. Menyadari jika gadis Park yang sedari tadi dicarinya kini berada di sampingnya, membuat Choi Yong Do merasa lega. Tampak gadis Asia itu menghela napas, lantas mengembuskannya dengan cepat. “Apa-apaan ini, Nick.” Sekali lagi terdengar embusan napas panjang ketika gadis itu menggerakan wajahnya. Memandang pria bermata cokelat dengan rambut hitam wavy di depan Nicholas. “Dan kau, apa yang kau lakukan di sini.” Tak ada satu pun dari dua lelaki itu yang mampu menjawab pertanyaan Park Yiseo. Bagaimana mungkin Choi Yong Do mengatakan jika dia berada di tempat ini karena firasatnya. Bagaimana cara lelaki itu mengatakan kalau dia sangat khawatir pada Yiseo dan bagaimana cara Choi Yong Do mengatakan jika malam ini, Lucy dan teman-temannya akan menjahati Yiseo. Bagaimana? “Apa yang terjadi di sini?” Seketika tiga remaja itu bergeming saat mendengar suara bariton berat seorang pria. Nicholas mengempaskan tangan Yong Do yang sejak tadi mencengkram tangannya. Sementara Park Yiseo menggerakkan bola matanya ke sudut mata. Memandang si pria yang berdiri di belakang Yong Do. Kaos oblong hitam dengan gambar singa. Ripped jeans dan juga sepatu boots. Rambut gondrong yang dicepol. Anting-anting memenuhi hampir seluruh telinganya. Mulutnya terbuka dan lidahnya bergerak-gerak mengunyah sesuatu. Ia memandang Yiseo dengan tatapan datar, tetapi tidak dengan auranya. Park Yiseo bisa menyimpulkan kalau pria yang sedang berdiri di sampingnya ini memiliki kekuasaan di tempat ini dan mungkin saja dia seorang anggota geng. Seketika gadis itu mendesah dan menundukkan kepalanya. “Jack,” panggil Nick. “Well, lama tidak bertemu dan kau membuat kejutan demi kejutan untukku, Nick.” Terdengar Nicholas mendengkus. Pria Hamilton itu menelengkan wajahnya ke samping. Tak begitu lama sampai ia memberikan tatapan tajam pada Yong Do. “Kau ingin jadi pusat perhatian, Nick?” tanya lelaki berpenampilan rough tersebut. Untuk beberapa saat Nicholas terdiam. Selama itu pula ia masih memberikan tatapan sinis kepada Choi Yong Do. Namun, apakah pria Asia itu juga menatapnya? Tidak. Choi Yong Do sibuk menatap Park Yiseo dan dalam hati ia mulai bergumam lega. “Nick?” Panggilan tersebut membuat Nicholas bergeming dan ia kembali membawa atensi penuhnya kepada Jack. “Sorry, Jack.” Nicholas berucap agak gagap dan kemudian dia menundukkan kepalanya. Lelaki bernama Jack itu tidak berucap lagi. Dia memindahkan atensinya. Menatap satu per satu remaja yang berdiri di depan Nicholas. “Hem … sepertinya kita kedatangan tamu di frat ini,” ucap Jack. Sambil terus mengunyah permen karet, pria itu mendekat. Park Yiseo dan Choi Yong Do tersentak saat merasakan entakan yang kuat di pundak mereka. Kompak, keduanya menatap Jack yang kini berdiri di antara mereka. Namun, tak lama kemudian Choi Yong Do dan Park Yiseo saling menatap. “Hem … sepertinya kalian bukan berasal dari sini. But, no problem. Tempat ini menerima seluruh manusia dari segala jenis, ras dan kasta. Hahaha. Ignore my joke,” kata Jack. Pembawaan pria itu berubah, tetapi entah mengapa Park Yiseo tak bisa menyebut jika yang barusan diucapkan Jack adalah sebuah kalimat penyambutan. “Okay,” kata Jack sambil menarik kedua alisnya ke atas. “I hope you guys enjoy the party. Well, kumohon. Akurlah satu sama lain. Aku tidak ingin ada pertengkaran di rumah persaudaraan. Aku juga tidak ingin ada yang saling tonjok di sini. Aku tidak ingin ada yang terluka, hem?” Jack kembali menepuk-nepuk pangkal bahu Yiseo dan Yong Do sambil menatap mereka satu per satu. Namun, keduanya tak ingin menyahut ucapan Jack. Baik Yong Do dan Yiseo. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Sekali lagi Jack bergeming dan untuk terakhir kalinya dia mengentakan telapak tangan pada bahu dua remaja di sampingnya. Seketika pria itu menarik tubuh Yong Do dan Yiseo sehingga tubuh mereka menabrak tubuh kekar Jack. Lelaki bertubuh atletis itu menarik kepala Yiseo dan Yong Do untuk lebih mendekat. Refleks, dua remaja itu saling memberikan tatapan. “Pergilah ke bar dan minumlah sesuatu untuk mencairkan suasana,” bisik Jack. Ia kembali memandang Yiseo dan Yong Do. “Hem?” gumam Jack dan kali ini Choi Yong Do mengangguk. “Good boy,” ucap Jack sambil mengacak-acak rambut Yong Do. “You?” Jack mengarahkan tatapannya pada Yiseo. Dengan malas gadis itu bergumam. “Hem.” “Good.” Jack menutup ucapannya dengan senyum yang mengembang cepat menguasai seantero wajah. Pria itu menegakkan badannya dan melepas tangannya dari badan dua remaja di sampingnya. Lantas Jack memindahkan atensinya pada Nicholas dan pria itu mendengkus. “Nick, kau tidak bisa seperti ini. Aku melihat dari jauh kau yang memukul pria muda ini. Aku tidak harus mengingatkan bagaimana peraturan di tempat ini,” kata Jack. Nicholas hanya bisa mendesah kasar sambil menundukkan kepalanya. “Nick kau mendengarkan aku?” tanya Jack. Nadanya sedikit terdengar menekan. “Yeah. I’m sorry,” ucap Nick. “Good. Just have a good time.” Jack berucap untuk terakhir kalinya dan lelaki itu langsung melangkah. Ia berhenti di samping Nick. Menepuk pundak pria itu dan membuat Nick menatapnya. Nicholas bisa melihat seringaian di wajah Jack. Bersamaan dengan itu, Jack menepuk pundak Nick sebanyak dua kali dan di akhirnya dengan ketukan jari telunjuk. Seakan-akan memberikan gesture yang akhirnya membuat Nicholas mengangguk dan wajahnya berubah sendu. Sejurus kemudian Jack melangkah. Meninggalkan tiga remaja itu. Perlahan-lahan, Nicholas mulai mengangkat wajahnya. Ditatapnya dua remaja Asia di depannya yang kini saling memandang. Terlihat Rahang Nicholas mulai mengencang, diikuti kedua tangan yang mulai mengepal di kedua sisi tubuhnya. ‘Awas saja kau, pecundang Asia!’ batin Nick. Pria itu mendengkus lalu meraih tangan Yiseo. Menarik gadis itu dari sana dan membawanya pergi. Namun, sebelum beranjak dari tempat tersebut, Park Yiseo sama sekali tak bisa memindahkan tatapannya dari Choi Yong Do. ‘Hey, apa namamu Yiseo?’ ‘Hem, ada apa?’ ‘Ada seorang pria yang mencarimu.’ ‘Oh, sial. Itu pasti Nick.’ ‘Tidak. Itu bukan Nick. Dia berwajah putih pucat dengan rambut hitam dan mata cokelat.’ ‘Siapa?’ ‘Aku tidak tahu. Aku tidak pernah melihat pria itu sebelumnya, tapi dia kelihatan sangat khawatir.’ Park Yiseo mendesah panjang sewaktu mengingat ucapan seorang gadis yang ia temui di toilet. ‘Untuk apa dia menghawatirkan aku? Dan untuk apa dia di sini?’ Ada sesuatu dalam tatapan Choi Yong Do yang membuat Park Yiseo seperti tidak enak hati. Mulai timbul pergulatan di hatinya. Bersamaan dengan penyesalan. Untuk pertama kali dalam hidup Park Yiseo dia merasa tidak enak hati. Ingin sekali Park Yiseo memutar tubuh dan kembali menghampiri si pria Asia lalu menanyakan kenapa dia mencari Yiseo. Namun, ada satu sisi dalam dirinya yang berdiri teguh. Satu sisi yang disebut … gengsi. ‘Tidak. Tidak penting. Aku tidak seharusnya memikirkan dia.’ Dan Park Yiseo hanya bisa bergumam di dalam hati, tetapi ia tak bisa bohong kalau dia begitu ingin bicara dengan Choi Yong Do. _________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD