Kapal perang raksasa, melaju dalam kecepatan konstan mengarungi lautan berbintang. Menjadi layaknya bintang bergerak dalam kesunyian saat pendar cahaya keemasan, benderang tiap kali satu obyek tertentu, kebetulan membentur tabir pelindung.
"Hmmmm… Seandainya tak ada tabir pelindung, apa jadinya!" gumam Tiankong. Duduk pada ujung dek kapal perang. Menghabiskan waktu untuk mengamati segala hal disekitar lautan berbintang yang sedang dilewati dalam jalur kapal perang milik Sage Agung Serigala Putih.
Sejujurnya, lautan berbintang, adalah hal paling menakjubkan pernah dilihat oleh Tiankong sepanjang hidupnya. Sebuah wilayah vakum, memisahkan antar realm.
Hidup di Land of Wild Wolves, Tiankong kini benar-benar merasa bagai serpihan debu tak penting saat melihat tiap titik kecil dikejauhan yang merupakan dunia-dunia atau realm lain. Memiliki kehidupan dan penduduk dari berbagai ras lain layaknya manusia tinggal di Land of Wild Wolves.
"Suatu saat, aku akan menjelajah seluruh dari 100 dunia di realm utama ini! Kemudian menuju 1000 dunia lain di realm kelas menengah! Dilanjutkan dengan 10.000 dunia di realm kelas rendah!" gumam Tiankong. Tiba-tiba memiliki pemikiran untuk menetapkan satu tujuan atau cita-cita baru dalam hidupnya. Penasaran dengan hal menarik apa menyambut pada tiap realm.
"Hanya sekedar menjelajah?"
Tiankong masih menatap penuh minat lautan berbintang, terjebak dalam pemikirannya sendiri sampai satu suara, terdengar dari belakang.
"Hmmm… Master, kau sungguh pengganggu!" gumam Tiankong. Tentu mengenal suara adalah milik Sage Agung Serigala Putih.
"Mengganggu waktu melamun tak penting yang hanya menghabiskan waktu?" balas Sage Agung Serigala Putih.
*Bletakkk…!!!
Melanjutkan tanpa alasan jelas, memukul keras kepala Tiankong.
"Hmmm…!"
Seolah sudah bosan mengeluh, Tiankong hanya menggosok kepalanya yang sakit sembari kini menoleh kearah Sage Agung Serigala Putih. Itu jelas sudah kesekian kalinya Sang Master memukul kepala Tiankong.
"Waktu istirahat selesai! Kembali ke ruang pelatihan!" ucap Sage Agung Serigala Putih.
"Hei…! Aku masih punya 15 menit lagi dari 1 jam waktu istirahat!" balas Tiankong. Kini akhirnya mengeluh.
"Ohhh… Itu terserah padaku! Karena aku adalah Masternya! Mulai detik ini, waktu istirahat akan dipangkas! Dari 1 jam menjadi 45 menit!" gumam Sage Agung Serigala Putih. Memasang raut wajah tak peduli.
"Konyol! Beri alasan yang logis!" dengus Tiankong.
*Bleetakkkk…!!!
Dengusan kesal yang justru bersambut pukulan lain, kembali mendarat dikepalanya.
"Alasan? Kau ingin alasan? Maka anggap saja aku tak suka melihat kau menghabiskan waktu dengan melamun tak jelas! Itu hanya membuat mataku gatal tiap kali melihatnya!" balas Sage Agung Serigala Putih. Kini memasang senyum tipis.
"Alasan yang sungguh dibuat-buat!" dengus Tiankong. Masih bertahan menutup ujung kepala, bersiap untuk menerima pukulan lain yang mungkin datang bersama keluhannya.
*Bammmm…!!!
Namun kali ini, menyambut keluhan Tiankong, bukan pukulan kepala, melainkan tendangan keras pada perut.
"Uhuuukkkk…!!!"
Tiankong, segera memuntahkan kembali makan siang baru selesai ia santap pada 10 menit pertama waktu istirahat.
Jatuh terjerembab dalam posisi terlentang karena konsentrasi menghimpun kekuatan tubuh fisik dalam batas maksimum untuk menahan bobot Pedang Penghukum Neraka terikat pada punggung, goyah.
"Dasar psikopat! Kau seperti menyimpan dendam tertentu padaku!" dengus Tiankong.
"Hahhhha…! Setidaknya kau berani terang-terangan menyebutku sebagai Psikopat!" balas Sage Agung Serigala Putih. Entah kenapa malah tertawa lantang. Teringat momen tertentu ketika ia dilatih oleh Masternya jauh di kehidupan lampau awal meniti jalan Knight.
*Bletakkk…!!!
Sage Agung Serigala Putih, menutup tawa lantang dengan memukul kepala Tiankong. Sebelum menggenggam gagang Pedang Penghukum Neraka untuk mengangkat tubuh Tiankong dengan satu tangan.
Seperti biasa, bobot berat pedang Penghukum Neraka yang harus dengan susah payah ditahan Tiankong mengerahkan seluruh kekuatan tubuh fisik, itu bagai ranting tak penting dihadapan Sage Agung Serigala Putih.
"Sasi…! Buka portal ruang pelatihan!" ucap Sage Agung Serigala Putih. Berbicara pada udara kosong.
"Baik Tuan…!"
Menyambut kalimat Sang Sage, adalah suara serak menyeramkan terdengar menggema entah dari mana.
*Wuungg…!!!
Sebuah portal ruang kecil, tiba-tiba tercipta pada dek kapal perang bersama balasan suara serak menyeramkan.
"Selesaikan satu kali sesi latihan bersama Sasi selama 48 jam!" ucap Sage Agung Serigala Putih.
"Hei…! Master! Bukankah satu kali sesi latihan adalah 12 jam?" balas Tiankong. Segera protes saat tahu sesi latihan, tiba-tiba bertambah 4 kali lipat.
"Kau terlalu banyak mengeluh! Bukankah sudah kukatakan sebelumnya, itu terserah padaku! Bagaimanapun juga, aku adalah Master disini!" balas Sage Agung Serigala Putih. Bukan lagi senyum tipis, kini memasang seringai lebar mengerikan bak seorang pejahat jalanan.
"Dasar sinting!" dengus Tiankong. Meskipun protes, sama sekali tak bisa bergerak. Berada dalam posisi konyol tubuh terbalik dengan kepala dibawah saat Sage Agung Serigala Putih, mengangkat dengan satu tangan gagang Pedang Penghukum Neraka.
"Berhenti mengeluh! Perjalanan mengarungi lautan berbintang, tinggal menyisakan sekitar 50 jam lagi sebelum kita sampai di lokasi tujuan! Demonic Land!" ucap Sage Agung Serigala Putih.
"Jadi, dari pada aku harus melihat kau sering melamun tak jelas memperhatikan sekitar, lebih baik habiskan waktu tersisa untuk sepenuhnya berlatih!" lanjut Sage Agung Serigala Putih.
"Dua jam terakhir waktu perjalanan, bisa kau pakai untuk istirahat!" tutup Sang Sage. Seraya mulai membuat gerak mengayun tangan sederhana.
"Ohhh… Cukup baik kau memberi waktu 2 jam istirahat?" balas Tiankong. Justru memasang wajah curiga.
"Hahhhaha… Anggap saja bonus! Karena menunggu di Demonic Land saat nanti kita sampai, adalah latihan yang sebenarnya!" ucap Sage Agung Serigala Putih.
Gerak ayunan tangan, berubah menjadi putaran cepat. Membuat tubuh Tiankong, bagai mainan tak penting yang berputar acak.
"Pelatihan Neraka! Hahahha…!"
*Woooshhhh…!!!
Menutup putaran, Sage Agung Serigala Putih, melempar tubuh Tiankong kedalam portal ruang.
"Pelatihan yang sebenarnya? Neraka? Memang apa yang lebih neraka dari berlatih bersama Goblin menyeramkan bernama Sasi di dalam ruang pelatihan?" ucap Tiankong, saat tubuhnya terhujam masuk kedalam Portal ruang.
"Hahahha…! Kawan lamaku, jelas akan bersemangat memberi pelatihan saat tahu kau adalah muridku!" balas Sage Agung Serigala Putih. Bersama dengan itu, portal ruang, seketika tertutup. Lenyap dalam ketiadaan.
*Tapp…!!!
Portal ruang telah melahap Tiankong untuk ikut lenyap saat satu sosok, muncul tepat dibelakang punggung Sage Agung Serigala Putih diatas dek kapal perang.
"Tuan, aku berencana menaikkan intensitas pelatihan untuk bocah itu, apakah diijinkan?" tanya sosok baru muncul, dimana memiliki tubuh mungil dengan warna kulit dominan hijau.
"Ohhh… Sasi, kau tampak menikmati malatihnya!" balas Sage Agung Serigala Putih.
"Dia, mengingatkanku pada seseorang!" balas sosok hijau dipanggil dengan nama Sasi oleh Sage Agung Serigala Putih. Raut wajah datar yang tiap saat dipasang oleh Sasi, seketika berubah memiliki riak getaran tertentu saat ia mengucap kalimat terakhir.
Sage Agung Serigala Putih sendiri, menyambut dengan hanya diam.
"Jadi, mengenai ijin dalam menaikkan intensitas pelatihan?" tanya Sasi sekali lagi. Mengembalikan topik pembicaraan diawal. Tampak sengaja merubah arah percakapan.
"Jika kau merasa perlu, maka lakukan saja!" balas Sage Agung Serigala Putih. Secara tak langsung, memberi ijin.
"Terimakasih! Memang perlu, karena bocah itu, berkembang baik dalam proses latihan! Kekuatan tubuh fisiknya, benar-benar diluar nalar akal sehat!" balas Sasi.
"Hmmm… Kuserahkan padamu!" gumam Sage Agung Serigala Putih. Menutup percakapan.
"Baik…!"
*Tapp..!!
Seperti kemunculan di awal, sosok makhluk aneh bertubuh mungil dengan kulit dominan hijau bernama Sasi, lenyap seketika. Seperti baru dilahap oleh udara kosong.
Bertahan diatas dek kapal perang megah, kini hanya Sage Agung Serigala Putih. Menatap lurus kedepan pada lintasan laju kapal perang.
"Garis takdir, akan kembali menggeliat! Apakah aku mampu merubah jalinan takdir yang terus berpusar tanpa henti bagai pusaran abadi? Semua ditentukan dari momen ini!" gumam Sage Agung Serigala Putih. Berbicara pada dirinya sendiri, sebelum tatapan matanya, berganti untuk tajam menatap kearah atas. Pada ujung tertentu lautan berbintang yang seperti tanpa ujung.
"Segel kelas semesta ya? Sungguh tantangan yang luar biasa!"
Menutup, Sang Sage kembali memasang seringai lebar mengerikan. Seolah sedang menantang sesuatu atau sosok tertentu.