7 - Terlalu Berlebihan

1221 Words
(48 jam pelatihan, 2 jam tersisa sebelum sampai pada lokasi tujuan, sebuah dunia disebut Demonic Land) *Wungg…!! Sage Agung Serigala Putih, tampak sedang duduk di dek kapal perang, membaca sebuah kertas usang yang entah apa tertulis pada permukaannya ketika portal ruang kecil, terbuka tak jauh dihadapannya. *Woooshh…!!! *Bammmm…!!! Sang Sage, bahkan tak memberi perhatian, melirik portal ruang pun tidak saat satu sosok, melompat keluar untuk kemudian melakukan pendaratan keras pada dek kapal perang. "Hmmm… Tak bisakah kau keluar dengan cara wajar?" Baru setelah sosok tersebut mendarat, dimana tentu saja adalah Tiankong, Sage Agung Serigala Putih bergumam. Namun tetap tak memperhatikan. Sibuk mengamati kertas usang. "Hei…! Aku baru menyelesaikan pelatihan menyebalkan yang kau tugaskan pada Goblin itu!" balas Tiankong. Berdiri tegak dengan memanggul Pedang Penghukum Neraka pada pundak kanan. Menggenggam gagang hanya dengan satu tangan. Tiankong, seolah sengaja memasang pose tersebut untuk menyombongkan kenaikan tingkat garis Meridian yang berhasil ia capai selama pelatihan. Kini benar-benar tak lagi terbebani oleh bobot Pedang Penghukum Neraka. *Woooshhhh…!!! *Bammmm…!! Memainkan Pedang dengan satu tangan, Tiankong merubah pose untuk menghujam ujung bilah pedang pada lantai dek kapal perang. Aksi yang menimbulkan satu suara benturan keras. "Hei…! Master…!" Segala aksi sombong Tiankong dilakukan untuk coba menarik perhatian Sage Agung Serigala Putih, nyatanya tak mendapat respon apapun. Sang Master bertahan dengan kertas usangnya. Hal yang tentu saja membuat Tuan Muda Pertama Klan Xiao tersebut, menjadi kesal. "Master…!" "Apa…!" dengus Sage Agung Serigala Putih pada akhirnya. Dari nada suara, tampak terganggu dengan segala aksi ribut Tiankong. "Kubilang, aku sudah menyelesaikan pelatihan!" balas Tiankong. Mengulang kalimat awal. "Jadi kenapa kalau kau telah menyelesaikan pelatihan?" gumam Sage Agung Serigala Putih. Tetap, tanpa menoleh kearah Tiankong. Balasan yang segera bersambut kerutan kesal menumpuk pada kening Tiankong. "Setidaknya katakan sesuatu! Beri komentar!" balas Tiankong. Kali ini, Sage Agung Serigala Putih mengarahkan pandangan pada muridnya. Hal yang segera membuat raut sombong sempat lenyap diwajah Tiankong, kini kembali terbit. Tuan Muda Pertama Klan Xiao, memasang senyum lebar khas-nya yang penuh kesombongan. Menunggu untuk kalimat selanjutnya keluar dari mulut Sang Master saat telah mendapat perhatian. "Ohhh… Kau berharap pujian? Ingin aku memuji capaian dalam latihan sederhana bersama Sasi?" ucap Sage Agung Serigala Putih. Justru mengucap jenis rangkaian kalimat sama sekali tak diduga oleh Tiankong. "Baiklah…!" gumam Sage Agung Serigala Putih. Tiba-tiba tampak memasang raut wajah dibuat-buat seolah sedang sangat serius. "Muridku yang paling berbakat! Luar biasa! Kau berhasil menyelesaikan pelatihan! Itu sungguh pencapaian yang diluar nalar akal sehat!" ucap Sage Agung Serigala Putih. "Menghabiskan 48 jam penuh, sungguh luar biasa berhasil mendaratkan satu pukulan pada empat Boneka Bernyawa yang sekedar mengeluarkan 5% kekuatan! Juga tak kuijinkan untuk memakai aliran Mana sama sekali!" "Selamat…! Aku bangga memiliki murid sepertimu!" Sage Agung Serigala Putih. Bertahan dengan raut wajah serius saat mengucap kalimat-kalimatnya. "Kau…!" Menyambut, Tiankong yang tentu sadar segala diucapkan oleh Sang Master adalah kalimat sarkas untuk mengejek, segera menjadi kesal. Tak tahu bagaimana lagi harus menanggapi. Hanya bisa sekedar memasang raut wajah konyol. "Sudah kupuji! Sekarang pergi! Berhenti ribut-ribut!" ucap Sage Agung Serigala Putih. Kembali sibuk dengan kertas usang. "Dua jam tersisa, itu terserah mau kau pakai untuk apa! Menghabiskan waktu dengan duduk pada ujung dek kapal perang mengamati lautan berbintang dengan konyol, juga tak masalah!" lanjut Sage Agung Serigala Putih. "Intinya, pergi! Jangan ganggu! Ada hal penting cukup rumit coba kupecahkan disini!" tutup Sang Sage. Mengibas tangan untuk mengusir Tiankong. "Sialan! Kau lebih buruk dari Goblin menyebalkan itu!" Menempatkan Pedang Penghukum Neraka pada ikatan sarung dipunggung, Tiankong yang memasang wajah kesal, berbalik pergi. Hendak menuju ujung dek kapal perang. Lokasi favoritnya. "Ohhh… Aku lupa satu hal!" Namun, baru beberapa langkah diambil oleh Tiankong, suara Sage Agung Serigala Putih, kembali terdengar. "Hmmm…?" Menoleh, hal selanjutnya menyambut visi Tiankong, adalah untai aliran Mana, terlempar keluar dari ujung jari telunjuk Sage Agung Serigala Putih yang kini sedang menunjuk kearahnya. *Woooshhhh…! Aliran Mana berwarna emas, melaju cepat untuk akhirnya menyentuh gagang Pedang Penghukum Neraka sedang dipanggul Tiankong pada punggung. Sebelum kemudian, menjalar menuju tatto segel bergambar gelang dengan lima kepala naga pada lengan. Empat dari lima ukiran kepala naga, tampak berwarna putih polos dengan mata terpejam. Sementara satu yang telah terbuka matanya, memiliki warna biru. Naga biru, adalah batasan pertama dari segel 5 Naga sempat dipasang oleh Sage Agung Serigala Putih pada Tiankong. Terkait dengan Pedang Penghukum Neraka. Sebuah segel khusus berguna untuk mengatur bobot dari Pedang Penghukum Neraka. Sekaligus juga digunakan oleh Sage Agung Serigala Putih, sebagai sarana latihan menempa tubuh fisik bagi Tiankong. "Karena kau mampu mengangkat Pedang Penghukum Neraka pada tahap ini, maka sepertinya aku perlu membuka batas selanjutnya!" Bersama kalimat disampaikan oleh Sage Agung Serigala Putih, untai cahaya emas pada segel 5 Naga, berputar untuk hanya terfokus pada gambar tatto segel kepala naga berada tepat disebelah kepala naga biru yang telah terbuka matanya. "Roaarrr…!!!" Tak lama berselang, sebuah raungan keras, tiba-tiba terdengar begitu nyaring. Kepala Naga kedua tatto segel, membuka mata. Bersama dengan itu pula, warna ukiran kepala naga yang awalnya putih polos, berganti menjadi hijau. *Woooshhhh…!!! Terbukanya mata, serta pergantian warna, memicu bobot dari Pedang Penghukum Neraka, bertambah secara signifikan. Seketika menyebabkan Tiankong kehilangan keseimbangan, tak mampu lagi menahan Pedang Penghukum Neraka yang terpasang pada punggung. *Boooommmm…!!! Tubuh Tiankong, jatuh terhujam dalam posisi terlentang pada lantai dek kapal perang. "Kepala Naga Hijau, adalah batasan kedua! Tugasmu sekarang selain tetap menaikkan level garis Meridian, juga coba untuk mencapai kestabilan!" Ucap Sage Agung Serigala Putih. "Terus tingkatkan kekuatan tubuh fisik sampai kau mampu mengangkat dan menggunakan secara normal Pedang Penghukum Neraka pada batasan Naga Hijau!" "Dan ketika sudah sampai pada tahapan tertentu, kau harus mampu menstabilkan Garis Meridian sehingga kekuatan tubuh fisik, tak meledak sembarangan, kontrol untuk itu tetap bertahan meningkat namun stabil, mencegah terjadinya kerusakan pada garis Meridian!" "Ketika sudah mampu mencapai hal tersebut, Kepala Naga selanjutnya akan terbuka!" Sage Agung Serigala Putih, menutup rangkaian kalimat panjang dengan sekali lagi memasang wajah tak peduli. Sekedar melirik singkat kearah Tiankong yang kini terjerembab pada lantai, sebelum kembali fokus dengan kertas usang. "MASTER…..!!!!!!" Sementara pada sisi lain, Tiankong memberi reaksi atas aksi baru dilakukan oleh Sang Master, dengan berteriak lantang penuh amarah. Bagaimana tidak, itu baru beberapa menit ia merasa sedikit lega karena beban berat Pedang Penghukum Neraka selama ini harus ia tanggung tak lagi menjadi masalah, Sage Agung Serigala Putih, dengan kejam melepas segel 5 naga tahap kedua yang menurut Tiankong, belum saatnya untuk terbuka. Seperti sempat dijelaskan oleh Sang Master saat pertama kali memasang segel, tiap kepala Naga akan membuka mata untuk tahap selanjutnya secara alami ketika Tiankong telah mencapai batas tertentu kekuatan tubuh fisik. Tiankong sendiri, mampu merasakan ini belum saatnya batasan kedua terbuka karena meski memang batasan pertama Naga Biru telah berada di puncaknya, namun tetap, itu perlu dorongan kenaikkan kekuatan tubuh fisik sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar terpecah untuk membuka batas kedua. Baru dilakukan oleh Sage Agung Serigala Putih, adalah memberi dorongan akhir secara paksa dari luar. Membuka segel kedua dengan dorong eksternal yang tentu bukan hal alami. Aksi yang menyebabkan Tiankong, harus kehilangan waktu-waktu santai memiliki tenaga cukup mengangkat Pedang Penghukum Neraka, tak lagi terbebani oleh bobot Pedang tersebut, sebelum bobotnya bertambah ketika naik tingkat pada tahapan kedua seperti saat ini. "Dasar kau pak tua psikopat maniak gila!" Dalam kekesalan, Tiankong akhirnya hanya bisa melampiaskan dengan makian. Sama sekali tak mampu untuk kini hanya sekedar mengangkat tubuh dari posisi terlentang. Benar-benar terpasung oleh bobot baru tahap kedua segel 5 Naga Pedang Penghukum Neraka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD