Gwen dan Naila berada di sebuah mall besar Jakarta. Kedua gadis itu menikmati hari weekendnya bersama. Mereka tidak menghabiskan uang, juga tidak berbelanja keperluan mereka. Hanya mencuci mata saja, karena Gwen merasa bosan dirumah.
"Gwen, kita mau kemana sih? Gabut banget!" gerutu Naila di samping Gwen yang tengah berjalan santai di mall.
"Udah jalan aja, gak usah banyak ngeluh. Entar kalau capek gue traktir makan!" ucap Gwen membuat binar di mata Naila seketika terbit.
"Lagian loe kenapa? Gak jadi pengasuh ponakan jodoh loe lagi!" Gwen mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Nail.
"Bukan jodoh gue!" erang Gwen menatap tajam Naila.
"Iya deh iya. Bukan jodoh loe, tapi cowok yang di jodohin sama loe. Kenapa loe gak mau sama dia sih? Gila bener, tampangnya, ehmmm. Menggetarkan hati dan jiwa gue!" Gwen memandang sahabatnya yang bertingkah sedang membayangkan Akash bersamanya.
"Ya udah sono, nikah sama loe aja!" Naila menatap Gwen dengan wajah berbinar cerah.
"Ya gue mau lah. Mana produser kaya lagi, sayang sama anak kecil. Duh, suamiable banget itu!" Gwen memutar bola matanya jengah mendengar Naila memuja muja Akash.
"Denger ya, meskipun dia tampan, sayang anak-anak. Tapi tuh cowok mesuum, gue gak suka. Awal bertemu, jujur gue demen. Pas gue ngobrol sama dia, gue mulai naik darah, karena sikap mesuum dan sombongnya. Jadi ogahh!" Naila menatap Gwen dengan tatapan lesu, Gwen memang cantik, tapi Gwen sangat sulit didekati para pria apalagi sampai detik ini. Gwen bahkan belum pernah berpacaran, bukan tidak ada yang mau, tentu sangat banyak. Tapi entah apa yang di cari dengan gadis satu ini.
"Ck, kenapa sih loe susah bener jadi cewek Gwen? Siapa tahu setelah menikah sama loe, dia berubah. Jadi sayang dan buciners!" Gwen menatap Naila yang malah nyengir di hadapan Gwen.
"Gak usah yang aneh aneh deh. Ayok, cari minuman aja! Gue haus." Gwen menggeret tangan Naila untuk masuk ke salah satu foodcurt yang terdapat di lantai itu.
Akash menghabiskan waktunya bersama Isshy, putrinya. Mereka akan mencari buku untuk Isshy. Akash membawa putrinya masuk kedalam sebuah mall dan mencari toko buku dan alat tulis lainnya. Mereka hanya berdua saja, Akash memang sebisa mungkin meluangkan waktunya untuk menemani Isshy. Putrinya selalu kesepian setiap ia menghabiskan waktunya untuk bekerja jika di akhir pekan. Maklumlah, tidak ada yang dekat dengan Isshy selain Surti dan Diman. Hanya Denis sesekali yang mengajak Isshy bermain bersama saat memiliki waktu senggang. Mereka memasuki toko buku dan mencari buku mewarnai. Dan buku cerita anak lainnya, meskipun Isshy masih sekolah TK. Tapi ia sudah mahir membaca, Karena tahun depan ia masuk kesekolah dasar. Saat Isshy dan Akash masih asyik memilih buku yang akan di beli. Gwen juga masuk kedalam toko buku yang sedang Akash dan Isshy masuki. Meskipun Gwen selalu malas sekolah, tapi ia gemar membaca sebuah n****+. Jadi, ia berencana mencari n****+ yang bisa mengisi waktu luangnya.
Kalila dan Sabrina terlihat keluar dari mobil yang berhenti di sebuah Mall Jakarta.
"Beneran mau mampir dulu?" tanya Kalila pada Sabrina. Ia sedang menjemput Sabrina dan kedua putranya dari kediamannya atas ijin Ayaz. Kalila akan memboyong Sabrina kerumah orang tuanya yang juga termasuk orang tua Sabrina (Baca Story Sabrina).
"Iya mbak, Abqar minta beli mainan,buku dan apa saja deh mbak. Aku gak mau pusing mbak, tiap hari merengek, Papanya gak pernah ada waktu kalau di ajakin jalan-jalan!" Sabrina menatap Kalila dengan tatapan memohon.
"Dasar Ayaz, mau seberapa banyak sih duitnya. Kerja mulu!" gerutu Kalila sambil menggelengkan kepalanya, ia berjalan memutari mobilnya mengambil putra sulung Sabrina yang berada di dekat wanita berhijab itu. Sabrina sendiri tengah menggendong putra keduanya yang masih balita. "Tenang aja jagoan, masih ada mommy yang bisa anterin kamu, kalau Papa kamu gila kerja!" ucap Kalila sambil menggeret Abqar yang tampak antusias di ajak berbelanja.
"Jangan di ajarin dong mbak!" ucap sabrina dari arah belakang, Kalila hanya terkekeh. Mereka memasuki mall itu dan berjalan mencari bagian mainan anak-anak. Cukup lama mereka disana dan berpindah tempat, mencari apa yang terlihat menarik hingga masuk kesebuah toko buku. Kalila dan Abqar memimpin jalan di bagian depan. Sabrina hanya mengekori saja.
Dilain sisi Akash dan putrinya sudah hampir selesai dengan buku yang sudah banyak mereka pilih. Sesuai yang Isshy mau.
"Sudah?" tanya Akash pada putrinya yang sudah terlihat bingung untuk memilih.
"Sudah Daddy! Ayo, Isshy lapar!" ucap gadis kecil itu membuat senyum Akash mengembang sempurna.
"Oke tuan putri. Kita mau makan apa hari ini?" tanya Akash sambil mencubit lembut pipi putrinya.
"Es krim, ayam goreng!" Akash tertawa lalu membawa putrinya mendekati kasir. Isshy berdiri di dekat sang ayah yang sedang membawa keranjang belanjaan. Isshy dan Naila masih menatap sederet buku yang akan mereka beli. Sambil menikmati sebuah ice cup di tangannya. Ia berpindah sisi dan bisa melihat Akash bersama Isshy yang tengah mengantre di kasir. Gwen seketika berjalan mendekati mereka, entah apa yang membawa gadis itu bisa mendekati Akash. Mungkin karena Isshy, gadis itu sangat cantik dan terlihat menggemaskan.
"Isshy!" panggil Gwen cukup keras, Akash menoleh karena panggilan itu, ia menatap Gwen yang berjalan mendekatinya dan seketika menarik sudut bibirnya tersenyum. Akash tersenyum karena Gwen mendekati putrinya. Dan semua itu juga di saksikan oleh seseorang yang juga mendengar panggilan Isshy yang Gwen ucapkan. Kalila memandang kearah kasir, melihat anak kecil dan seorang wanita saling mendekat.
"Mommy," pekik gadis kecil itu saat menatap kearah Gwen. "Daddy, ada mommy Gwen!" teriak Isshy bahagia. Akash hanya bisa geleng kepala sambil memijit dahinya. Ia berjalan mendekati dua orang itu setelah menyelesaikan pembayarannya.
"Isshy!" lirih Kalila terkejut, karena pria yang Kalila ketahui adalah produser yang mirip dengan wajah Tomi itu mendekati dua orang yang ia pandang tadi. Kalila terpaku pada tempatnya melihat ketiganya tampak akrab, dan dekat, seperti sebuah keluarga kecil. Mengapa tiba-tiba dadaa Kalila terasa sesak. Mengapa gadis kecil itu bernama Isshy? Siapa pria itu, mengapa di panggil Daddy? Dan wanita itu, di panggil Mommy. Kalila merasakan lututnya tidak sanggup menopang tubuhnya. Ia terduduk membuat Sabrina yang tengah memilih buku bersama putranya mendekatinya dengan wajah panik.
"Mbak, ada apa?" tanya Sabrina bingung, melihat Kalila terdiam sambil terduduk, wajahnya terlihat pucat. Akash ikut menoleh menatap kearah mereka. Karena toko itu tidak cukup besar, sehingga ucapan Sabrina terdengar orang-orang yang berada disana. Orang yang berada disana mulai mendekati Kalila. Sementara tatapan Akash jatuh pada Kalila yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Akash terpaku, hatinya ikut merasakan sakit dari tatapan yang Kalila tujukan padanya. Mengapa ia bisa bertemu Kalila saat bersama Isshy. Wanita itu terlihat menyedihkan, mungkinkah ia sudah berubah? Batin Akash berperang. Tarikan halus dari tangannya membuat Akash menoleh kebawah. Putrinya Isshy sedang menarik tangannya.
"Daddy, ayo. Kita makan bersama Mommy Gwen!" ajak Isshy dengan rengekan manja. Gwen ikut menatap ayah satu anak itu, gadis itu mengikuti tatapan Akash, tertuju pada wanita yang tengah terduduk di lantai toko buku tersebut.
"Mbak, Lila. Ada apa? Mbak, kenapa Mbak?" Sabrina mengikuti pandangan Kalila, yang menatap lurus kedepan. Sabrina cukup terkejut, Lila tengah menatap pria yang berdiri tak jauh dari mereka, bersama seorang anak kecil dan wanita dewasa.
"Tomi!" lirih Sabrina menatap kearah Akash. Meskipun Sabrina tidak pernah bertemu jelas dengan sosok Tomi yang akan menikahi sepupunya tersebut. Tapi Sabrina cukup hafal dengan wajah Tomi, saat sesekali mereka bertemu di kediaman orang tua Kalila dan terakhir kali di rumah sakit saat Kalila tengah melakukan operasi untuk putri mereka. Akash langsung memalingkan wajahnya melihat Sabrina menatapnya terkejut.
"A ... Ayo, kita pergi, mau makan dimana?" Akash berjalan menggeret Gwen dan Isshy dengan langkah cepat. Gwen mengerti, dia sudah dewasa dan ada yang tidak beres dengan Akash dan wanita tadi. Wajah Akash juga terlihat pucat saat menatap kearah wanita itu.
"Gak usah dorong gue, gue kesini bareng temen!" gerutu Gwen saat berada di luar toko tersebut. Ia menghentikan langkahnya berbalik melihat toko itu, karena Naila masih tertinggal disana.
"Tuh kan, temen gue gak keliatan!" ucap Gwen sambil menatap Akash marah. Pria itu tampak tidak perduli, Gwen kembali masuk kedalam toko tersebut memanggil Naila. Ia melihat wanita tadi sudah duduk di sebuah kursi dan terlihat shock berat.
"Nai, ayo. Loe mau nginep di toko buku ini?" Naila mendelik kearah Gwen dan meninggalkan buku yang ia pegang.
"Kan loe yang ngajakin gue kemari, aneh banget sih loe!" gerutu sahabat Gwen dengan bersungut sungut.
"Udah cepetan ayo, gue ketemu cowok keren dan tajir, loe mau makan enak gak?" Naila langsung mendekati Gwen dan membawa gadis itu keluar toko dengan langkah cepat.
"Ya mau lah, kok gak bilang dari tadi sih?" Gwen memutar bola matanya malas.
"Giliran gratis aja, loe langsung gercep!" Gwen membawa Naila keluar untuk menemui Akash. Pria itu sudah tak berada disana. Gwen tertipu, ia melihat kesemua arah tidak melihat Akash disana. Ia mengepalkan tangannya, mengapa ia seperti merasa di bodohi dan di bohongi. Pasti ada sesuatu antara wanita itu dan Akash. Sampai- sampai pria itu bahkan pergi dan meninggalkan dirinya.
"Mana cowok kerennya? Bohong lu kan?" tunjuk Naila di wajah Gwen. Gwen langsung menepis tangan Naila dan berjalan meninggalkan Naila.
"Loh, Gwen. Kok pergi, hah.. dasar modus loe!" Naila mengejar Gwen yang berjalan menjauhi toko buku tersebut. Mengapa Gwen merasa tidak suka Akash meninggalkannya. Ada apa ia dan wanita itu, tatapan wanita itu menunjukkan sebuah kesedihan yang teramat dalam. Tapi apa? Mengapa Akash juga bersikap aneh seperti wanita itu. Gwen terus berjalan sambil memikirkan Akash dan perempuan yang terlihat terluka, seolah tatapannya meminta tolong pada Akash tapi Akash malah meninggalkannya.
***
Sabrina membuka botol minuman di tangannya. Ia bisa melihat tangan Kalila bergetar meraih minuman yang Sabrina berikan. Sabrina duduk si samping Kalila dan menggenggam tangan Kalila yang masih bergetar.
"Mbak!" Sabrina mencoba memanggil Kalila yang masih melamun dan terdiam. Kalila tidak merespon, Sabrina menepuk pelan punggung tangan Kalila.
"Mbak, Mbak Lila baik-baik aja kan?" tanya Sabrina dengan nada lembut membuat Kalila menoleh kearah adiknya. Kalila berkaca kaca, ia menatap Sabrina lalu memeluk Sabrina dengan erat. "Ada apa Mbak, tenanglah!" Sabrina mengusap punggung Kalila yang bergetar.
"Di ... Dia, seperti Tomi!" ucap Kalila dengan terbata-bata dan terisak.
"Mungkin kita salah Mbak, sepertinya bukan. Karena Sabrina lihat ia tampak tidak mengenal kita!" Kalila melepaskan pelukannya lalu menunduk, memejamkan matanya. Ia menghapus air matanya dengan tisu yang Sabrina berikan.
"Mbak ingin bertemu putri Mbak Bri, Mbak tidak bisa menikah sebelum bertemu mereka. Mbak merasa semangkin bersalah. Mungkin dia sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik. Mbak merindukannya!" ucap Kalila semangkin terisak. Sabrina menghela nafasnya, ia merasa sedih melihat Kalila belum benar-benar bangkit dari rasa terpuruknya. Kalila selama ini hanya menunjukkan sebuah kebohongan. Kebohongan pada semua orang jika ia sudah berdamai dengan masa lalu. Tapi kenyataannya ia bahkan belum sanggup berdiri sendiri, tanpa bantuan orang lain. Mungkinkah ia harus meminta Ayaz untuk mencari dimana keberadaan Tomi. Tapi, Sabrina tahu ayahnya sudah mencari keberadaan Tomi sejak lama, tapi sang ayah masih belum menemukan Tomi juga. Bagaimana bisa suaminya menemukan Tomi dengan cepat.
"Kita pulang sekarang ya Mbak!" ajak Sabrina, Kalila mengangguk lalu bangkit di bantu oleh Sabrina. Mereka keluar dari mall tersebut dan kembali pada tujuan awal. Berkunjung kekediaman orang tua Kalila.
Akash melajukan mobilnya dengan sangat lamban. Pikirannya masih terbayang Kalila menatapnya dengan tatapan memohon. Mungkinkah wanita itu tengah menunggunya atau berubah ingin kembali padanya. Akash mengusap wajahnya kasar, mengapa Kalila terlihat menyedihkan. Mungkinkah ia menjalani hidup dengan sulit, bukankah ini keputusannya meninggalkan putrinya yang ia benci. Dan tidak mau Akash mempertanggung jawabkan semuanya.
"Daddy!" panggil Isshy membuat Akash menoleh. Gadisnya sudah tumbuh besar, haruskah Akash mempertemukan Isshy dengan ibunya. Pikirannya malah berkecamuk, bagaimana orang tuanya nanti. Mungkinkah mereka akan menerima Kalila, jika ia memutuskan kembali bersama wanita itu? Tapi, mungkinkah Kalila mau? Atau Kalila sudah memiliki suami dan anak. Ini lima tahun Akash, bukan waktu yang sebentar.
"Daddy, awasss!" teriak Isshy membuat fokus Akash tersadar dan membelokkan mobil yang sudah keluar jalur. Akash mengerem mendadak mobilnya, membuat mereka berhenti di pinggir jalan. Isshy menutup wajahnya sambil menangis takut.
"Isshy, sayang. Maafkan Daddy!" Akash melepas seafbelt putrinya lalu memeluk tubuh putrinya erat.
"Maafkan Daddy sayang, Daddy melamun!" Akash mengusap wajah putrinya yang menangis. "Apa ada yang sakit?" Tanya Akash khawatir.
"Tidak ada, tapi Daddy kenapa melamun. Isshy lapar Daddy, kenapa kita tidak jadi makan bersama Mommy Gwen?" Akash menatap wajah putrinya yang sudah berkaca kaca ingin menangis. Akash merasa bebannya semangkin berat. Mengapa ia malah memikirkan hidupnya sendiri. Bahkan ia tidak memikirkan putrinya yang tengah dalam keadaan lapar dan Isshy bersamanya saat ini. Hampir saja ia membunuh putrinya sendiri karena teledor. Akash menghembuskan nafasnya kasar. Ia mengusap kepala putrinya dengan lembut.
"Isshy mau makan bersama Mommy?" Isshy mengangguk cepat. Akash tersenyum, lalu merogoh sakunya. Mengambil ponsel dan menelpon nomor ponsel Gwen. Gadis itu mungkin masih berada di luar. Karena perasaan kalut terhadap Kalila, Akash bahkan meninggalkan Gwen disana tanpa berpamitan.
__________________________________