10.Isshy

2080 Words
Mobil Akash berhenti di depan taman kanak kanak. Gwen menatap kearah luar melihat TK tersebut. Ia menatap Akash yang masih duduk di sampingnya. "Ini tempatnya?" Akash mengangguk lalu membuka pintu mobilnya mengajak Gwen keluar dari mobil tersebut. Gwen mengikuti langkah Akash keluar dari mobilnya. Gadis itu mendekati Akash yang masih berdiri di gerbang taman kanak kanak itu. "Dengar, namanya Isshy, dia tidak memiliki orang tua. Jadi ia terbiasa memanggilku Daddy!" Gwen mengangguk mengerti. Sementara Akash merasakan sesak di hatinya. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri, tidak mengakui putrinya karena ancaman dari orang tuanya yang akan memisahkan dirinya dengan Isshy. Akash mengusap wajahnya kasar, mencoba menghilangkan rasa sesak di dadaanya. Ia memandang Gwen, gadis yang akan di jodohkan dengannya. Gwen cantik, kulitnya putih, rambutnya tidak panjang dan tidak pendek juga. Wajahnya oval, bulu mata lentik, dan bibir kecil, serta hidung yang mancung. Gwen mendekati kata sempurna. Tap Akash tidak begitu tertarik pada gadis di sampingnya. Terlalu muda untuknya yang sudah menginjak usia 35 tahun. "Kaya pernah denger deh nama Isshy!" Gwen mengucapkan lirih di samping Akash. Pria itu menoleh dengan dahi berkerut. "Maksudnya? Kamu ngomong apa tadi?" tanya Akash dengan kerutan di dahi mendengar Gwen samar samar berbicara. "Oh, bukan apa apa. Terus gimana nih, apa kita harus berdiri disini aja?" Akash mengerjabkan matanya. Mengapa ia lupa mau mengajak Gwen menemui putrinya. "Oh iya, ayo!" tuntun Akash mendekati kelas Isshy. Saat mendekati kelas itu terdengar suara anak anak bernyanyi bersama. Mereka mendekati kelas tersebut dan berdiri di pintu kelas. Isshy langsung memandang kearah pintu dan tersenyum bahagia melihat Daddy nya berada disana. Gwen menunjukkan dirinya berdiri di samping Akash, membuat senyum Isshy luntur. Ia menatap Gwen dengan tatapan tak biasa, Akash bisa melihat raut bertanya putrinya lalu masuk kedalam kelas bersama Gwen, tentu dengan ijin sang guru. Kedatangan Akash membuat mereka menghentikan acara menyanyi bersama. Terlihat para ibu sudah duduk di sebelah putri mereka masing masing. Hanya Isshy yang tidak di temani oleh seorang ibu. Hati Akash berdenyut nyeri, pantas saja putrinya selalu menangis setiap meminta sosok ibu pada dirinya. Akash sudah berjanji akan membawakan sosok ibu padanya sehingga Isshy menolak Surti untuk menemaninya. Guru yang berada disana tersenyum mempersilahkan Akash dan Gwen mendekati Isshy. "Hai sayang, Daddy menepati janji kan?" Isshy masih menatap gadis yang berdiri di dekat Akash. Gwen tersenyum kearah Isshy yang masih menatapnya tanpa berkedip dan tersenyum. "Hai sayang, kenalin, aku Gwen!" Gwen mengulurkan tangannya di hadapan Isshy. Gadis kecil itu menatap uluran tangan Gwen dengan dahi berkerut. Ia menatap ayahnya lalu melirik Gwen kembali. Isshy tidak menyambut uluran tangan itu. Ia malah masuk kedalam pelukan Gwen, memeluk wanita itu dengan erat. "Mommy!" ucap Isshy spontan membuat Akash menggaruk kepalanya dan tersenyum canggung kearah Gwen. Gwen melirik Akash dan menatap sekeliling kelas yang terdapat banyak orang. Mereka menjadi tontonan semua orang disana. Gwen membalas pelukan Isshy, Isshy benar benar seperti anak itik yang menetas langsung menyebut siapapun sebagai ibunya. "Iya sayang Mommy disini!" jawab Gwen dengan kaku sambil mengusap kepala Isshy dengan sayang. Pelukan itu terlepas lalu Isshy menarik tangan Gwen untuk duduk di sampingnya. Akash mengangguk menyuruh Gwen menuruti putrinya. "Aku masih ada pekerjaan. Setelah kelas Isshy selesai, kalian akan aku jemput, tolong temani Isshy, maaf sudah merepotkanmu!" bisik Akash di telinga Gwen. Gwen mengangguk menyetujui apa yang Akash pinta. Pria itu keluar dari kelas putrinya, berniat kembali ke kantornya. Isshy tak pernah lepas tersenyum, gadis kecil itu bahagia telah memiliki mommy. "Baik, anak anak kita mulai kelasnya!" ucap salah satu guru yang berdiri di depan kelas. Gwen mengikuti instruksi dari guru tersebut bernyanyi mengikuti perintah sang guru. Isshy tampak bahagia, ia selalu melirik Gwen di sampingnya dengan tatapan berbinar. Acara menari dan bernyanyi itu selesai, kini Gwen dan Isshy sedang duduk di area taman kanak kanak. Mereka duduk di bangku, menunggu Akash menjemput mereka. Gwen sudah menghubungi pria itu dan memberitahu jika mereka sudah selesai. "Mommy!" Gwen menunduk melihat kearah Isshy yang duduk disampingnya. "Hem!" "Selama ini, Mommy kemana? Kenapa Mommy pergi tinggalin Isshy?" Gwen terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia harus menjawab apa, ia teringat ucapan Akash, jika gadis ini dari kecil tidak memiliki orang tua. Gwen tersenyum menenangkan, ia mengusap lembut kepala Isshy. "Mommy masih ada keperluan sayang, dan sekarang keperluannya sudah selesai!" Isshy tersenyum lebar, ia langsung memeluk tubuh Gwen, karena bahagia. "Isshy senang Mommy, Mommy sekarang ada disini, Isshy gak bakalan kesepian lagi kalau mau tidur, sudah ada Mommy yang akan nemenin Isshy, bacain Isshy dongeng sebelum tidur, memeluk Isshy sampai Isshy terlelap!" Gwen melotot, mengapa gadis kecil ini malah menganggapnya benar-benar sebagai ibunya. Ia tidak bisa terima hal ini, mana mungkin Gwen bisa menemaninya hingga malam hari. Gwen berpikir keras memberikan alasan yang tepat untuk Isshy agar tidak berpikir terlalu jauh. "Kalau Mommy tidak bisa menemani Isshy gimana?" senyum yang terukir jelas di wajah Isshy seketika berubah menjadi mendung. Gadis kecil itu menatap Gwen dengan tatapan sedih. "Mommy mau kemana?" tanya Isshy dengan raut sedih. Gwen kembali menghela nafasnya, ia harus bicara apa, suara langkah seseorang mendekati mereka membuat Gwen menghembuskan nafasnya lega. Isshy menatap pria bersetelan jas rapi menunduk memberi salam. "Maaf Nona, saya telah di utus Tuan Akash untuk menjemput kalian berdua!" Gwen tersenyum lebar ia beranjak dari tempat itu lalu menarik Isshy untuk berdiri. "Kita mau kemana Pak?" tanya Isshy kepada sopir pribadi Akash. "Menemui Daddy!" jawab pria tersebut masih setia berdiri di sana menunggu Isshy dan Gwen berjalan. "Ayo, sayang!" ajak Gwen membuat anak kecil itu akhirnya bangkit berjalan sambil berpegangan tangan menuju mobil. Mereka mengendarai mobil mengarah pada pusat kota. Isshy tak pernah lepas memegang tangan Gwen, gadis itu hanya membiarkan semua yang Isshy lakukan. Ia memperhatikan jalan yang Gwen sendiri juga tidak tahu, kemana arah jalannya mereka menuju. Mobil memasuki kawasan mall yang berada si pusat kota Jakarta. Gwen mengerutkan dahinya menatap mall tersebut. Mengapa ia berada di mall, batin Gwen bertanya. "Akash disini Pak?" tanya Gwen kepada supir pribadi Akash. "Iya Non, tadi masih bertemu klien saat Nona menghubungi Tuan!" Gwen mengerutkan dahinya bingung. Mengapa bertemu klien di sebuah mall. Mereka memasuki parkiran besment mall. Gwen dan Isshy keluar dari mobil mengikuti langkah supir Akash. Mereka masuk kedalam mall tersebut, hingga disambut Akash dengan senyum bahagia di sebuah tempat foodcurt yang menyediakan tempat bermain anak anak. Akash merentangkan tangannya membuat Isshy mendekati sang ayah lalu memeluknya erat. "Wahh, anak Daddy sudah sampai!" Akash menggendong Isshy lalu membawanya masuk ke tempat foodcurt dan mendudukkan putrinya di kursi berdampingan dengannya. Gwen hanya bisa menatap heran kearah Akash. Mengapa pria itu bisa selembut dan seceria itu saat bersama Isshy. Berbeda sekali saat bersamanya, sungguh menyebalkan. Tapi, Gwen merasa tidak asing dengan nama Isshy. Dimana ia mengenal seseorang bernama Isshy, mungkinkah ia pernah bertemu dengan Isshy sebelumnya. Gwen menghentikan pikirannya, ia mendekati Akash dan Isshy yang sudah duduk berdua sambil bercanda. "Terimakasih!" ucap Akash saat Gwen duduk di hadapannya. Gwen hanya tersenyum lalu memandang Isshy. "Tidak apa-apa, Isshy anak yang manis, tidak merepotkan!" ucap Gwen jujur, ia juga merasa senang bermain dengan Isshy. "Kita makan siang dulu, setelah itu akan saya antar pulang!" ucap Akash tak menyadari Isshy menyimak pembicaraan itu. "Daddy," Akash menunduk melihat kearah putrinya. "Ya, sayang!" Isshy menatap ayahnya dengan tatapan memohon. "Kenapa Mommy harus diantar pulang, Mommykan tinggal bersama kita!" pertanyaan Isshy membuat Akash tak bisa menjawab. Ia melirik Gwen meminta pertolongan gadis itu. Tapi Gwen malah melengos menatap sekumpulan orang yang berlalu lalang. "Ehmmm, Mommy masih ada perkerjaan sayang!" Isshy menunjukkan raut sedihnya ia menatap Gwen dengan tatapan sedih. "Kenapa Mommy selalu pergi, Mommynya temen-temen Isshy, gak pernah pergi, mereka bilang Mommynya selalu menyiapkan sarapan pagi di rumahnya, tidur bersama Daddy nya, mengucir rambut mereka. Menemani mereka saat mengerjakan PR, kenapa Mommy Isshy, tidak!" Akash menatap putrinya semangkin bingung. Hatinya sesak, ia tidak menyadari jika putrinya mulai tumbuh besar dan akan terus memberontak. Gwen menghela nafasnya kasar melirik Akash, lalu tersenyum kearah Isshy. "Isshy sayang, gak semua Mommy seperti itu, mungkin Mommynya Isshy sedang bekerja, jadi tidak bisa berada di rumah setiap hari!" Isshy menatap Gwen dengan matanya yang bulat. Gadis itu seperti sedang mencerna ucapan Gwen. "Mommy sedang bekerja?" tanya Isshy polos. Gwen tersenyum canggung, Isshy terus bertanya kepadanya. Gadis kecil itu melirik ayahnya lalu menarik jas Akash. "Daddy, kenapa Daddy biarkan Mommy bekerja, Daddy kan banyak uang dan kaya. Ayolah Daddy, suruh Mommy berhenti bekerja!" Akash dan Gwen menunduk menghela nafasnya. Bingung memberikan penjelasan apa. "Sudah, jangan di bahas lagi, kita makan dulu ya, Isshy mau makan apa sayang?" Isshy tampak sedikit tak rela tapi ia tetap mengatakan keinginannya makan dengan ayam goreng. Gwen juga memesan makanan dan segelas moccacino. Isshy berlari bermain di tempat bermain yang sudah disediakan oleh pihak resto setelah menghabiskan makanannya. Gwen dan Akash terdiam satu sama lain tidak ada yang berbicara. "Maafkan Isshy!" Akash mencoba membuka pembicaraan. Gwen yang sibuk dengan ponselnya mengangkat wajahnya menatap Akash. "Tidak apa apa, sepertinya ia tidak pernah mengenal sosok ibu, apa ibunya pergi saat ia masih bayi?" Akash mengerjabkan matanya, jika awalnya berbohong, seterusnya akan selalu ada kebohongan. Akash menghela nafasnya kasar. "Ya, dia tidak pernah bertemu dengan sosok seorang ibu!" "Kasihan sekali, pantas saja, ia selalu menatapku dengan raut bahagia, dan penuh harapan, tapi gue merasa bersalah jika terus membohonginya. Lagian, gue juga gak bisa sepenuhnya selalu ada saat loe butuhin buat jadi Mommynya dia!" Akash menghela nafasnya lalu menyandarkan punggungnya di kursi, ia menatap Isshy yang sedang sibuk bermain bola. "Ya, saya tahu itu, tapi kamu adalah calon istriku!" Gwen melotot, ia menatap Akash dengan tatapan tak terima. "Enak aja, gue belum bilang sama orang tua gue kalau gue mau di nikahin sama loe, lagian ya, kenapa sih mesti loe yang pusing ngurusin anak sepupu loe. Kan masih ada nenek atau kakeknya, kenapa harus loe yang pusing. Heran gue!" Akash mengerjabkan matanya mendengar ucapan Gwen. Gadis itu membuatnya semangkin tidak bisa bicara. "Tidak ada yang perduli dengannya!" ucap Akash lirih, mengapa hatinya sesak membayangkan hal itu. Ya, memang tidak ada yang perduli dengan putrinya, selain dua orang pengasuhnya, Surti dan Diman. "Ck, kenapa sih loe harus bilang gitu, gini gini gue itu punya hati nurani, kasihan banget sih gak ada yang perduli. Oke, begini aja, gue gak bisa sih setiap harinya ngurusin Isshy, tapi kalau gue gak ada kelas, gue bakalan temenin dia deh. Tapi bukan berati gue nerima perjodohan ini ya, keputusan gue sudah bulat. Kalau gue gak mau nikah sama loe!" Akash menatap wanita cantik di hadapannya yang sedikit bar bar. Ia juga tidak mau menikah dengan Gwen, gadis yang menurutnya masih labil. Apalagi untuk di jadikan ibu untuk anaknya. Akash mengangguk setuju ucapan Gwen. "Oke, terimakasih untuk mempertimbangkan hal ini. Kalau soal perjodohan itu, saya tetap menerimanya jika para orang tua tetap menjodohkan kita." Gwen memutar bola matanya jengah, mendengar ucapan Akash. "Inget ya, loe masih utang sama gue. Gue punya permintaan yang harus loe kabulin!" Akash menghela nafasnya. Dasar gadis labil, mengapa orang tuanya bisa menjodohkannya dengan gadis seperti Gwen. "Saya gak akan ingkar janji!" ucap Akash santai. Ia memandang putrinya, lalu mengedarkan pandangannya dan tertuju pada satu sosok yang tengah berjalan dengan seorang pria. Akash terus mengikuti kemana langkah sepasang manusia itu. Hingga masuk kedalam foodcurt yang sama dengannya dan Gwen. Disana, Kalila dan seorang pria tengah menarik kursi, duduk tak jauh darinya. Dari arah luar terlihat keluarga kecil yang Tomi percaya adalah Ayaz dan istrinya Sabrina bersama dua anaknya. Mengapa perasaan Tomi tidak bisa ia kontrol, ia terus menatap Kalila disana, yang terlihat asyik menggoda balita yang ada di pangkuan Sabrina. Ada yang berbeda dengan Kalila, wanita itu sudah berhijab, tidak seperti dulu lagi. Gwen mengikuti arah pandang Akash. Pria itu menatap sekumpulan pasangan muda yang tengah berbahagia. Kalila tertawa, ia menoleh, pandangannya bertemu. Akash tidak menyiayiakan itu. Sementara Kalila membeku, menatap kearah Akash, pria yang juga menatap kearahnya. "Tomi!" lirih Kalila, menatap pria bersetelan jas rapi, yang juga tengah menatapnya. "Sayang, kamu mau pesan sesuatu?" Ardan bertanya membuat tatapan Kalila terhenti. Gwen menutup pandangan Akash, membuat Akash yang sedang menatap kearah Kalila menjadi berganti wajah Gwen di hadapannya. "Siapa sih? Kok liatnya segitunya?" Akash menatap Gwen, pria itu tersenyum getir. Hampir enam tahun, ia menjauhi Kalila, tapi wanita itu tetap menggetarkan hatinya. Mungkinkah sosok itu masih bertahta disana. Akash menghela nafasnya panjang. Lalu melirik putrinya yang berjalan mendekati mereka. "Sudah mainnya?" Isshy mengangguk lelah. "Kita pulang sekarang!" ajak Akash kepada putrinya, mereka beranjak dari tempat itu. Diikuti Gwen yang berjalan di belakangnya, mereka keluar dari tempat makan tersebut, diikuti tatapan bertanya Kalila. Mungkinkah itu Tomi, atau produser Akash. Atau Akash dan Tomi itu satu orang yang sama, batinnya bertanya tanya. _______________________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD