“Sekarang kita harus gimana, Na? Semuanya sudah rusak. Mana jadwal pernikahan Nona Alin juga sudah semakin dekat.” Bella terisak di sela ucapannya. Fiona ikut sedih melihat mamanya yang menangis tidak berhenti. Ia sendiri juga bingung dan berusaha memutar otak agar bisa menyelesaikan masalah ini dengan tuntas
Fiona tampak kebingungan. Namun, wanita cantik itu menemukan jawabannya. Meski tampak seperti sedang melarikan diri, tetapi ini adalah cara yang bagus untuk sementara ini. Ia lalu berkata, "Biar Nana ketemu aja sama Bu Lisa dan putrinya untuk membahas acara pernikahan mereka. Untuk sekarang, kita selesaikan dulu masalahnya mulai dari proyek terdekat, untuk proyek-proyek yang akan datang bisa kita pikirkan bersama-sama."
“Terus kamu mau ngapain ketemu mereka, Na?” Bella bertanya heran.
“Ma,” Fiona seketika menjeda ucapannya. Ia mengangkat kedua belah tangannya lalu memegang lembut kedua bahu sang mama. “Mama tenang saja, ya. Biar ini menjadi urusan Nana," ucap Fiona tanpa memberitahu sang mama apa yang sudah direncanakannya.
“Kim, tolong kamu jagain Mama, ya,” imbuh Fiona lagi pada Kimchi sebelum berlalu pergi setelah meraih tas serta ponselnya.
***
Mobil merah mengkilap milik Fiona terparkir di halaman rumah Lisa. Ia sudah menghubungi Nyonya Lisa dan Nona Alin untuk membahas pernikahan Alin. Fiona lantas keluar dari mobilnya, tetapi langkahnya jadi urung setelah ia melihat seorang pria yang melangkah cepat menghadangnya.
“Kamu?!" Mata Fiona membelalak melihat keberadaan Dave yang tepat berada di hadapannya dan berjarak sangat dekat dengannya.
“Kenapa?" Dave memiringkan kepalanya. "Apa kamu lupa kalau di sini juga rumah saya, hmm?” Dave mengernyit menatap Fiona yang mulai salah tingkah.
“Auk ah! Permisi! Aku ada urusan dengan Nyonya Lisa dan Nona Alin, bukan dengan kamu," cetus Fiona seketika menggeser badannya untuk melewati Dave dan segera bertemu dengan Nyonya Lisa serta Nona Alin yang mungkin sedang menunggunya di ruang tamu. Namun, sekali lagi Fiona harus menghentikan langkahnya, karena Dave menarik pergelangan tangan wanita itu.
Fiona jadi mundur beberapa langkah dan kembali berada di dekat Dave. Dalam jarak sedekat ini, Fiona bisa mencium kembali aroma parfum yang sama dengan saat ia bertemu dengan Dave pertama kali. Fiona menggeleng, berusaha untuk tetap fokus.
“Memangnya apa yang mau kamu lakukan?” Dave bertanya serius.
Fiona menghela napas panjang. “Aku mau membatalkan kerja sama dan mengembalikan uang DP yang sudah Nyonya Lisa transfer ke akun Ana’s Dream Wedding," bicara Fiona cepat, mencoba menahan rasa sesak di dadanya.
“Kamu tidak perlu melakukan itu," tegas Dave.
Fiona melemparkan seringai dan berusaha menahan bulir bening yang sudah menakung di kelopak matanya agar tidak gugur.
“Kalau saya tidak melakukan ini, lalu apa yang bisa saya lakukan? Kamu sendiri juga lihat kondisi gudang dan kantor aku itu kemarin kayak gimana, kan? Semua kebutuhan untuk pesta Nona Alin juga sudah hancur.”
Fiona menjeda ucapannya dan kembali menyambung kembali setelah menarik napas dalam. “Untuk mendapatkan semua itu butuh dana yang nggak sedikit, jadi mending—”
“Mending sekarang kamu balik lagi ke kantor sana, bantuin Mama kamu karena kondisinya sudah mulai kondusif. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan apapun, termasuk keuangan atau rencana pembatalan bodoh mu itu," ucap Dave memotong pembicaraan Fiona.
Fiona mengernyit dan menatap Dave keheranan. Ia tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh pria tampan di hadapannya itu.
“Maksud kamu apa? Kenapa aku tidak boleh mengkhawatirkan nya?"
“Ingat, Fiona, aku melakukan itu semua tidak gratis.” Bukannya menjawab pertanyaan Fiona, pria itu malah semakin membuat Fiona bertambah kebingungan.
***
“Apa semua informasi dari orang-orang suruhan Papa ini bisa kita percaya?” Wahyu menatap lekat wajah sang papa, Budi Prayoga.
“Sejak kapan orang-orang Papa tidak becus melakukan pekerjaannya, Wahyu?!” geram Budi tidak terima jika putranya itu malah meragukannya.
Wahyu melemparkan seringai jahatnya, meledek sang papa. “Buktinya wanita itu bisa kembali ke Indonesia tanpa kita sadari, kan?” telak Wahyu membuat sang Papa terdiam dan tidak bisa berkutik.
“Lupakan itu semua, Wahyu! Sekarang fokus kita adalah untuk melenyapkan wanita itu sebelum semua yang kita miliki saat ini hilang begitu saja.” Budi kembali melanjutkan ucapannya, “Satu hal lagi, jangan sampai ada yang membocorkan identitas wanita itu.” tegas Budi.
Pria yang sudah lanjut usia itu, tidak mahu usahanya selama lebih dua puluh lima tahun ini. Berujung dengan sia-sia.
Tiba-tiba,
“Aku punya rencana cadangan, jika rencana yang papa sedang susun sekarang ini malah gagal lagi.” cetus Wahyu sambil menatap serius wajah sang papa.
“Katakan apa rencanamu Wahyu!” tanya Budi tidak sabaran.
“Akan aku katakan semuanya jika sudah saatnya nanti. Tapi..”seketika, Wahyu menjeda ucapannya.
“Tapi apa Wahyu, kamu jangan bikin semuanya malah tambah berantakan!” amaran keras Budi berikan pada putra semata wayangnya itu.
“Harus melibatkan Lifia pa.” jawab Wahyu cepat.
Budi terdiam sejenak, dan pada akhirnya melemparkan seringai jahatnya. Sepertinya pria lansia itu sudah tahu, rencana apa yang sedang bermain di benak putranya. Dasar dua-duanya otak licik.
Sementara itu.
“Apa-apaan ini? Kok bisa.” Fiona menatap tidak percaya.
Wanita itu tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat di depan matanya saat ini. Kondisi kantornya yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Gudangnya juga sudah terisi kembali dengan bunga-bunga hidup. Dalam arti kata lainnya. Semuanya sudah tersedia lengkap, seolah tidak pernah terjadinya kerusakan sebelumnya pada kantor dan gudang.
“Amazing!” Fiona berseru tanpa sadar. mengagumi pemandangan di depan matanya.
“Ingat semuanya tidak gratis calon istri.” ucap satu suara, tepat di belakang Fiona, membuat wanita itu lantas membalikkan tubuhnya menghadap sumber suara.
Entah semenjak kapan Dave sudah berdiri di sana juga Fiona tidak sadar. apa yang Fiona tahu, pria itu tadi ia tinggalkan begitu saja setelah mendapatkan teleponan dari sang mama yang mengatakan semuanya sudah baik-baik sahaja.
“Jadi ini?” Fiona hanya bisa membiarkan pertanyaannya menggantung. Karena semua kalimat yang sudah is susun tadinya seakan tercekat di kerongkong, saat melihat senyuman evil yang terbit dari bibir Dave.
“Menikahlah denganku!” ucap Dave tiba-tiba.
Seketika, “Apa kamu bilang!?” bola mata Fiona membelalak sempurna.
"Nana, kamu pinter sekali sayang. pake acara rahasia-rahasia segala lagi. mau bikin surprise gitu hmm?" muncul Bella dari salah satu ruangan, menginterupsi percakapan keduanya. melemparkan senyuman ramah, lantas mengatur langkah menghampiri Fiona dan Dave.
"Maksud mama apa coba?" Fiona bertanya sambil menatap bingung.
"Pake acara nanya segala lagi." usik Bella "Mama sih setuju-setuju saja sayang, yang penting kamu bahagia sama pilihan kamu." imbuh wanita paruh baya itu lagi.
"Kamu!" Fiona menggeram kesal menatap Dave.
"Apa sayang?"