Tring!
Bunyi suara dari ponsel milik Bebby mengalihkan pandangan Virgo. Sore ini dirinya sedang bermain skateboard bersama Bebby di taman. Mereka hanya berdua, karena biasanya setiap Indra, Rama dan Helen ikut pun yang ada mereka hanya menjadi penonton. Dilihatnya ponsel milik sahabatnya itu. Tanpa menunggu persetujuan, Virgo langsung membuka chat yang baru saja masuk. Dibacanya secara saksama dan teliti agar tidak ada yang terlewat.
“Dilarang membaca pesan orang lain.” canda Bebby sambil menarik ponselnya dari tangan Virgo dan duduk di sebelah lelaki tampan itu.
“Kalau nanti malam kita jalan bisa enggak?” Virgo buang muka ke arah lain agar tidak bertatap dengan Bebby.
Kepala Bebby menoleh ke arah Virgo, padahal dirinya belum sempat membaca chat entah dari siapa.
“Gue sudah membacanya dua kali.” lidah Virgo menjulur meledek Bebby.
“Ih... Lo ngeselin banget sih jadi orang.” seketika Bebby langsung mendorong tubuh lelaki tersebut hingga terjatuh.
Mereka terlihat bercanda berdua, menikmati sore sambil saling meledek satu sama lain. Virgo bahkan sampai terjatuh dari duduknya karena Bebby tidak berhenti mendorongnya.
“Hahaha... Sudah ah, ayo pulang keburu malam.” Bebby memegangi perutnya yang terasa nyeri karena dipakai tertawa terlalu lama bersama Virgo.
Sambil mengatur nafas, Virgo sambil membenahi penampilannya yang sudah tidak karu-karuan. Rambutnya acak-acakan, kaosnya sampai menyingkap dan tangannya penuh oleh pasir di sekitar.
“Bilang saja kalau mau siap-siap buat jalan.”
“Hehehe... Tahu saja lo, sudahlah ayo.”
Selesai membersihkan tangannya yang kotor, Virgo dan Bebby bergegas pulang dengan berjalan kaki. Mereka memang tidak memakai kendaraan pribadi karena malas mencari tempat parkir. Apalagi jika malam minggu begini, tempat parkir penuh di sekeliling taman sampai kadang ada yang parkir di depan-depan ruko.
“Hati-hati kalau jalan sama cowok, jangan mudah percaya sama mereka. Kebanyakan para kaum adam itu modus.”
“Kayak lo dong berarti? Lo kan begitu, modal dusta. Betah ya Tasya pacaran sama lo, setiap minggunya diselingkuhi dan selalu gonta-ganti.”
Meski langkah kaki Virgo lebih lebar dari Bebby, tapi jika dia sedang berjalan dengan Bebby maka Virgo akan otomatis memelankan laju jalannya.
“Itu karena Tasya cinta sama gue.”
“Kadang cinta sama bodoh itu beda tipis.”
“Cis... Lo kalau ngomong suka benar saja.” tangan kiri Virgo merangkul bahu Bebby dengan santainya.
“Yang kemarin sudah lo putuskan belum?” Bebby ingat akan selingkuhan Virgo seorang anak SMP.
“Oh iya lupa, nanti kalau sampai rumah lah gue putuskan dia.”
“Habis memutuskan itu cewek, lo jalan sama Tasya begitu ya?” lirik Bebby, dia sudah sangat hafal dengan apa yang akan dilakukan temannya ini.
“Iya dong, malam minggu gue tetap sama Tasya.”
Meski ada beberapa orang yang memandang ke arah mereka, kedua insan itu tetap saja tenang dan nyaman tanpa memedulikan orang sekitar.
“Cinta-cinta, sakit tahu enggak lo jadi cowok.”
***
Layaknya anak remaja pada umumnya, ini malam minggu pertama Bebby jalan dengan seorang lelaki. Dia adalah teman satu sekolah dan seangkatan dengan Bebby di SMP. Sudah dua bulan ini Bebby dekat dengan lelaki bernama Oyon.
Tempat yang dikunjungi tidak jauh, Oyon mengajak Bebby makan di kafe sisi jalan yang baru saja diresmikan dan dibuka sekitar satu bulan lalu. Beberapa kali Bebby nongkrong di kafe ini saat malam minggu bersama Helen. Tapi rasanya sekarang berbeda, rasanya lebih membuatnya senam jantung.
“Beb...”
“Iya, kenapa?”
“Enggak...” kepala Oyon menggeleng pelan.
Kedua-duanya sama-sama tersipu malu dan deg-degan sendiri. Apalagi saat Bebby merasakan tangannya digenggam oleh Oyon, ada gelenyar aneh menjalar ke seluruh tubuhnya. Sentuhan ini berbeda dengan sentuhan tangan Virgo. Padahal Bebby sering beberapa kali berpegangan tangan dengan sahabat karibnya itu tapi rasanya tidak seperti ini walau mereka sama-sama laki-laki.
“Gue rasa pendekatan kita selama ini sudah cukup, Beb. Lo mau enggak jalan sama gue?” tanya Oyon tanpa ragu.
"Jantung gue deg-degan parah astaga, tatapannya bisa-bisa bikin gue kaku seketika." Jerit Bebby dalam batin.
“Beb...” panggil Oyon lagi karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Bebby.
“Eh iya... Gue mau kok jadian sama lo.” meski sedikit malu, Bebby akhirnya mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginannya.
“Yang benar, Beb? Lo mau jadi cewek gue?”
“Iya hehehe...” tubuh Bebby terasa panas dingin, dia tidak bisa menahan groginya sekarang.
“Terima kasih ya bebeb, pokoknya gue janji tidak akan menyakiti atau menduakan lo.” rona merah di wajah Oyon juga tidak bisa membohongi Bebby jika lelaki itu benar-benar serius dengan perasaannya. Karena kalau lelaki tidak serius, pasti raut wajahnya juga biasa saja.
“Iya, gue percaya kok sama lo.” kekeh Bebby berusaha mengontrol jantung dan hatinya agar tidak bereaksi berlebihan seperti sekarang.
Suara romantis tercipta di kafe tempat mereka nongkrong sekarang. Dihiasi cahaya-cahaya lampu tumblr dan tanaman hias asli yang semakin mempercantik tatanan kafe. Di kafe itu juga ada musisi jalanan yang selalu bernyanyi selama kafe buka. Kebetulan sekarang musisi tersebut sedang menyanyikan lagu milik Sheila On7 berjudul Jadikan Aku Pacarmu, sangat-sangat cocok untuk konsep penembakan Oyon sekarang.
Kekehan tawa kembali menghiasi kedua telinga mereka. Keduanya sama-sama terkekeh mengingat momen dan status mereka saat ini. Dalam sekejap, status mereka sudah berganti menjadi sepasang kekasih.
“Mau lanjut jalan-jalan?” tawar Oyon sambil menengadahkan telapak tangan kirinya pada Bebby.
“Boleh.” anggukan malu-malu Bebby barusan menjadi sebuah jawaban jika dirinya menerima ajakan Oyon.
Tangan kanan Oyon mengambil bill berisi daftar makanan yang mereka pesan sekaligus harganya. Bebby juga ikut mengantre bersama Oyon. Gadis remaja itu membuka tasnya dan berniat mengambil uang.
“Biar gue saja yang bayar.” cegah Oyon sambil menutup kembali tas Bebby.
“Eh?”
“Sudah tidak apa-apa, gue yang traktir.”
"Ternyata begini rasanya kencan, gue enggak bisa menutupi rasa senang gue sendiri." Batin Bebby merasa tersanjung.
“Ayo.” ajak Oyon lagi setelah selesai membayar tagihan makan mereka.
Jantung Bebby terasa meletup-letup saat jemarinya digenggam oleh Oyon. Ini benar-benar pertama kalinya dia merasakan perasaan seperti ini. Cinta pertama dan pacar pertamanya bisa diraih oleh sekaligus. Padahal Bebby tadinya tidak yakin jika Oyon juga menyukainya.
Oyon begitu perhatian, dia terus memegangi Bebby dan menjaga Bebby saat mereka sedang menyeberang di jalan raya. Seperti yang Bebby bilang tadi, jika malam minggu begini tempat parkir akan ramai. Maka Oyon memutuskan meninggalkan motornya di tempat parkir kafe mereka makan tadi.
Sudah bukan hal asing atau hal baru bagi Bebby, taman ini adalah taman yang tadi sore dia datangi bersama Virgo. Di taman ini juga dirinya sering bermain skateboard. Memang meski sudah sangat lumrah atau umum untuk datang ke taman ini, Bebby tidak merasa bosan. Karena vibes saat di pagi, siang, sore bahkan malam hari terasa begitu berbeda. Jika malam begini dipenuhi oleh badut boneka hingga hantu-hantuan, musisi jalanan, pedagang kaki lima yang menjual beraneka ragam barang-barang, dan stand penjual makanan.
Meski acara menyeberang jalan sudah selesai sedari tadi, tapi Oyon tidak melepaskan genggaman tangan mereka. Bebby suka-suka saja akan perlakuan kekasih barunya itu.
"Begini ternyata rasanya punya pacar." Senyum Bebby sambil membatin.
“Selain menyanyi, hal apa lagi yang lo suka?” Oyon membuka obrolan.
“Basket...”
“Gue sering melihat lo bermain basket di sekolah.”
“Taekwondo...”
“Gue sempat melihat lo latihan beberapa kali.”
“Skateboard...”
“Yang belum gue tahu apa?”
Pertanyaan Oyon kali ini membuat Bebby sedikit berpikir, dia juga bingung apa lagi yang dia sukai selain hal-hal yang dia sebutkan di atas.
“Ah... Lo tahu kalau gue suka tentang hal-hal yang berbau mistis?” Bebby akhirnya ingat apa yang dia suka selain tiga hal yang dia sebutkan di atas.
“Mistis? Kuntilanak? Sundel bolong? Atau pocong?” Oyon mencoba menggoda.
“Hahaha... Gue tidak suka mereka semua.”
“Lalu apa? Pembunuhan? Mutilasi atau hubungan antara manusia dengan makhluk dari dunia lain?”
Pantat Bebby sudah mencium kursi yang juga diduduki oleh Oyon. Mereka kini sedang menonton musisi jalanan bernyanyi. Tidak hanya mereka berdua tentunya yang menonton, ada banyak penonton lainnya yang juga menikmati suara sang musisi tersebut.
“Gue tidak suka semua itu, apalagi tentang pembunuhan, mutilasi atau hubungan terlarang antara manusia dengan makhluk ghaib. Tapi gue suka saja tentang hal-hal yang berbau mistis. Seperti contohnya film horor, cerita horor atau acara reality show yang mengusung tema horor.”
Berulang kali kepala Oyon mengangguk, dia paham apa yang dimaksud Bebby. Dia tidak menyangka jika Bebby menyukai hal-hal yang berbau mistis. Oyon pikir, Bebby hanya menyukai olah raga saja.
“Kalau lo sendiri, apa yang lo suka?” tak adil rasanya jika dirinya ditanya lalu Oyon tidak ditanya balik. Bebby juga penasaran apa yang disuka oleh Oyon.
“Tidak banyak sih, cuma satu.”
“Satu saja? Apa?”
“Ini yang duduk di sebelah gue.” enteng sekali Oyon menjawabnya.
Lagi dan lagi, Bebby tersipu akan gombalan dari Oyon. Dia tidak menyangka jika Oyon akan menjawab demikian. Lelaki itu bisa saja membuat dunianya terasa berwarna seketika.
***
“Terima kasih ya, sudah mengajak jalan-jalan.” jemari Bebby tidak bisa berhenti meremas jaket denimnya sendiri.
“Sama-sama, jangan tidur malam-malam ya.” Oyon memberanikan diri mengacak-acak ubun-ubun Bebby.
“Lo juga hati-hati di jalan.” tak bisa ditutupi lagi, Bebby benar-benar seperti sedang melayang sekarang.
“Iya Beb, nanti gue kasih kabar kalau sudah sampai rumah.”
Tidak ada jawaban dari Bebby lagi, dia hanya mengangguk menanggapi Oyon. Motor matik yang dikendarai Oyon kembali menyala. Lelaki itu meninggalkan Bebby sendirian di depan gerbang kost serta rumah Danar.
“Ecie... Yang habis jadian, enggak jomblo lagi dong?” suara Virgo mampu mengagetkan Bebby.
“Lo datang dari mana sih? Mengagetkan saja tahu tidak.” Bebby pura-pura sok kesal saat melihat Virgo.
Rasanya sangat seru ketika menggoda Bebby seperti sekarang ini. Dirinya berjalan dan ikut ke kamar kost Bebby tanpa merasa takut disangka berbuat macam-macam sedikit pun.
“Jadi bagaimana rasanya pacaran, Beb?”
“Lo berisik banget deh jadi orang, sudah pulang sana.” Bebby melepas jaket denimnya hingga menyisakan kaos berlengan pendeknya yang berwarna putih.
“Mentang-mentang punya pacar jadi tidak butuh gue lagi sekarang.”
Kipas angin di kamar Bebby sudah mendinginkan area kamar sekarang. Meski gadis remaja itu sedang berkeringat tapi tidak tercium aroma tidak sedap. Virgo saja tetap betah berada di dekatnya.
“Gue capek, mau istirahat.”
“Lo pulang-pulang capek, Beb? Habis ngapain saja lo sama pacar baru lo itu?” sekarang Virgo malah sok-sokan panik bagai orang kurang waras, padahal dirinya hanya bercanda saja.
“Sembarangan saja lo kalau ngomong. Habis ngapain gue sama Oyon, orang cuma makan di kafe sama jalan-jalan di taman doang. Tidak ada hal lebih di antara kami berdua ya.”
Rasa ingin tertawa di hati Virgo berusaha dia tahan sebisanya. Lucu sekali menggoda temannya yang baru merasakan pacaran tersebut.
“Lo bilang cuma makan di kafe sama jalan-jalan di taman doang? Terus lo maunya lebih dari itu?”
“Ih... Lo ngeselin banget sih, bukan begitu juga maksudnya. Sudah ah sana lo pulang, gue mau tidur. Ribet ngomong sama cowok modelan lo begini tuh.”
Tidak ingin melihat Bebby tambah kesal meski sebenarnya sangat membuat Virgo senang. Lelaki itu akhirnya keluar dari kamar kost seperti apa yang dimau oleh Bebby dan kembali ke kamarnya. Virgo juga ingin lanjut video call dengan Tasya.
***
Next...