9. Oleh-Oleh

669 Words
“Bisa kamu bawanya kan, Beb?” Darmi sedikit kasihan dengan barang bawaan Bebby. “Aku kuat kok, Bu. Bisa bawa segitu mah.” kekehnya agar Darmi tidak terlalu khawatir. “Jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai.” “Iya, Bapak. Nanti aku pasti langsung telepon kalau sudah sampai kost.” “Ojo lali, kui diwehke ning Ibu kost kanggo oleh-oleh soko Bapak karo Ibu. (Jangan lupa, itu dikasihkan ke Ibu kost buat oleh-oleh dari Bapak sama Ibu).” Guntur kembali mengingatkan Bebby. “Nggih Pak, ora bakal lali. Wes tenang wae, aku jeh nom kok. (Iya Pak, enggak akan lupa. Tenang saja, aku masih muda kok).” cengir Bebby khas remaja. “Yo wes, ati-ati. Kalau sudah sampai jangan lupa kasih kabar. (Ya sudah, hati-hati).” berat melepas putri satu-satunya kembali ke kota. Walau ini bukan yang pertama, tapi rasa sedihnya masih sama. Usai berpamitan dengan kedua orang tua dan beberapa saudara yang kebetulan ada di depan rumah, Bebby sekarang sudah naik truck bersama adik sepupunya yang menjadi sopir. Bebby berangkat bareng dengan beberapa warga desa yang akan menjual jagung hasil panen mereka. Kepulangan Bebby kali ini bukan untuk meminta izin lanjut sekolah di kota lagi. Tapi memang untuk menengok kedua orang tuanya di kampung sekaligus memberi kabar jika dirinya diterima. Lagi pula Bebby juga sudah diterima di sekolah tempat Virgo menimba ilmu. "Aku janji Pak, akan jadi anak yang bisa membuat Bapak sama Ibu bangga. Meski aku perempuan, tapi aku tidak mau mengecewakan kalian dan tidak mau dianggap lemah." Janji Bebby dalam hati saat masih berada di sekitar pedesaan. *** Akhirnya setelah menempuh perjalanan empat jam karena memakai kendaraan umum, gadis ini sampai juga di gang besar menuju tempat dirinya kost. Tidak hanya Bebby di sekitar sana yang turun dari kendaraan umum usai pulang dari kampung. Tapi ada beberapa remaja juga yang baru sampai. “Kalau jalan capek, apalagi bawa barang sebanyak ini. Naik ojek enak kali ya.” pikirnya sambil melihat ke arah tukang ojek yang berjejer. Karena memang sangat lelah, akhirnya Bebby memanggil satu tukang ojek pangkalan yang akan membawanya ke kostan milik Danar. “Ke mana, dek?” tanya sang tukang ojek sambil meletakkan beberapa barang bawaan Bebby ke depan. “Ke rumah Bu Sofya, Pak.” “Bu Sofya yang punya kost-kostan sama kontrakan banyak itu?” “Iya Pak.” “Ya sudah ayo, tahu Bapak mah jalannya.” Tak ingin berlama-lama lagi di sini, Bebby langsung naik dan menunggu sampai saja. Lagi pula sebenarnya dari gang besar itu tidak terlalu jauh ke rumah. Hanya saja Bebby sudah terlalu lelah untuk berjalan kaki. Dirinya lebih baik keluar uang sedikit tapi kakinya tidak lebih pegal dari pada mengirit tapi kakinya tersiksa. Meski banyak orang bilang, hidup harus prihatin. Tapi terkadang membahagiakan diri sendiri juga tidak ada salahnya. Jika bukan diri sendiri yang membahagiakan, siapa lagi? Orang lain mana peduli dengan kebahagiaan kita. Benar sekali, tidak sampai lima menit akhirnya Bebby sampai di depan kamar kostnya. Dirinya memang sengaja meminta tukang ojek berhenti di depan kamarnya, bukan tepat di depan rumah Danar. Di depan rumah, ternyata Danar sedang bersantai dengan Sofya. Mereka terlihat sedang menikmati makanan ringan dilengkapi dengan secangkir teh. Bisa Bebby lihat senyuman manis Sofya bersama Danar. Selesai menurunkan semua barang bawaannya, tak lupa Bebby membayar ongkos kepada tukang ojek tadi. Bebby tidak ingin mengganggu kesenangan Danar dan Sofya, akhirnya dia putuskan untuk memasukkan semua barang bawaannya ke kamar kost dulu. “Sekarang sajalah, dari pada nanti lupa kayak apa kata Bapak.” putus Bebby usai melepas sepatunya. Sambil membawa kardus berisi pisang dan beras, Bebby berjalan menuju rumah Danar. Gadis remaja itu membawanya sendiri meski sedikit merasa keberatan. “Assalamualaikum, Bu.” salam Bebby ketika sampai di depan Sofya dan Danar. “Waalaikumsalam...” jawab keduanya secara bersamaan. “Bawa apa Beb, sampai keberatan begitu kelihatannya?” Sofya berdiri, dirinya melihat kardus yang dibawa Bebby tadi. “Ini Bu, Bapak bilang oleh-oleh buat Ibu sama Bapak. Tidak banyak sih, cuma beras sama pisang dari kebun.” cengirnya santai. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD