Setelah bertemu dengan beberapa penjual mobil, Kiara akhirnya menemukan mobil yang cocok. Harganya dibawah seratus juta, setelah nego yang dibantu oleh temannya Reval, dia mendapatkan mobil bewarna kuning itu seharga delapan puluh lima juta.
Mereka mencapai kesepakatan dan Reval menemani Kiara untuk melakukan transfer. Karena temannya Reval telah membantu mereka dalam menemukan mobil, Kiara juga memberikan uang. Reval mengatakan kalau itu tidak perlu, karena dia yang akan mengurusnya, tapi Kiara masih memberikan uang itu.
"Nanti saat aku ingin menjual mobilnya, tolong bantu aku lagi!" Kiara menghargai orang yang telah membantunya, dia sangat berterimakasih untuk itu.
"Baiklah, telpon aku saat itu!"
Mereka mengantarkan teman Reval pergi, setelah itu keduanya juga berencana untuk pergi ke kantor polisi.
"Ikuti mobilku dari belakang!" Reval membiarkan Kiara mengendarai mobil barunya sendiri.
"Oke!" Kiara masuk ke mobilnya, dia biasanya tidak merasakan sayang setelah mengeluarkan uang, tapi kali ini dia sedikit merasa sayang.
Demi menikmati liburannya, dia memang harus membayar mahal. Menghidupkan mesin mobil, Kiara mulai mengikuti mobil Reval.
Di kantor polisi, dia bertemu dengan beberapa orang yang tidak asing lagi. Mereka menyapanya dengan akrab. Mungkin karena mereka tahu dia tinggal di rumah Reval, jadi mereka juga bersikap santai padanya.
"Duduklah dulu!" Reval mengambilkan berkas laporan tentang kabar terbaru dari Pencarian kopernya Kiara.
Saat Kiara sedang menunggu, terjadi keributan di sana. Seorang pelajar dipukuli dan maki, polisi mencoba melindunginya. Suara mereka cukup keras, membuat Kiara jadi tegang.
Saat itu datang lagi seorang laki-laki yang tiba-tiba memukul pelajar itu hingga tersungkur ke lantai. Situasinya semakin kacau, Kiara pikir dia seharusnya pergi menjauh dari sana.
Reval datang dari arah belakang pelajar itu dan memisahkan perusuh itu. Kiara melihat sosoknya yang terlihat garang. Saat beberapa rekannya kewalahan untuk memisahkan orang-orang itu, Reval bisa langsung memisahkan mereka dengan keberadaannya.
Dia tidak pernah merasa polisi itu keren, sampai sekarang dia melihatnya sendiri. Reval sangat kuat, bahkan bisa mendorong orang yang badannya lebih besar darinya.
Dari pembicaraan mereka, pelajar itu sepertinya dituduh telah melakukan pelecehan. Wajah remaja itu sudah babak belur, tapi sikapnya masih cukup tenang. Tidak terlihat bersalah.
Kiara tidak ingin terlibat, jadi dia berhenti melihat ke arah mereka. Menunggu Reval sambil memainkan handphone. Tapi telinganya tetap mendengar keributan mereka.
"Ayo bicara di luar. Aku sedang tidak bertugas hari ini!" Reval mengajak Kiara pergi.
Dia takut Kiara tidak sengaja terluka jika dibiarkan menunggu di sana. Bagaimanapun orang-orang yang marah tidak bisa mengontrol diri. Dan tinju tidak memiliki mata.
"Apakah anak itu baik-baik saja?"
"Hem, dia tidak akan mati!" Reval menjawab dengan enteng.
Kiara berdecak. "Jika tadi kamu tidak ikut memisahkan mereka, mungkin anak itu tidak terselamatkan. Kenapa tidak ada yang mendampinginya?"
"Keluarganya sudah dipanggil!" Reval tidak menyangka Kiara akan memperhatikan hal tersebut.
Keduanya duduk di kursi tidak jauh dari kantor polisi. Reval memberikan kertas berisi laporan terbaru dari Pencarian kopernya.
"Saat kamu keluar dari hotel, ada orang yang mengikutimu. Setelah itu, kamu melewati tempat dimana tidak ada cctv di sana. Saat kamu membeli es kelapa, kamu sudah tidak memiliki koper! Tidak ada kamera cctv di sana." Reval memperhatikan wajah Kiara, dia bisa melihat kekecewaan di wajahnya.
Sebenarnya dia penasaran, kenapa Kiara tidak pergi naik taksi, tapi malah berjalan-jalan membawa kopernya.
"Setelah itu, sebenarnya kamu mau kemana?"
"Aku belum tahu. Kayaknya aku mau cari penginapan, tapi aku juga mau ke pantai dulu!" Kiara menyesalkan kecerobohannya.
"Kenapa tidak naik taksi?"
"Aku tidak tahu!" Kiara menjawab asal. Dia benar-benar tidak tahu.
"Baiklah, ayo kembali. Aku akan mencarinya lagi besok!" Reval agak skeptis kalau koper itu bisa ditemukan. Tapi dia masih akan membantunya menemukannya.
Kiara menolak untuk berdiri. "Sepertinya tidak mungkin untuk menemukannya!"
Reval memperhatikan wajah Kiara, dia sempat terganggu sebentar oleh kecantikannya. "Aku akan menanyakan lagi pada orang-orang di sekitar. Mungkin masih ada petunjuk!"
"Aku akan pergi sendiri. Kamu bisa pulang dulu!" Kiara masih ingin berjalan-jalan, dia berlibur bukan untuk tinggal di rumah saja.
"Aku akan menemanimu!" Reval sedang tidak bertugas, dia pikir tidak masalah untuk mengikuti gadis itu.
Kiara mengerutkan keningnya. "Mobilnya?"
"Aku akan meninggalkan mobilku!" Reval tidak memberi kesempatan bagi Kiara menolaknya, dia langsung berlari menuju mobil Kiara.
Kiara berjalan lambat. Dia ingin pergi sendiri, tapi Reval sudah membantunya untuk membeli mobil, tidak baik menolaknya.
Siang itu sangat panas. Kiara mengendarai mobilnya ke hotel. Disana ada klub musik yang ramai saat malam hari.
"Ayo pesan minuman, kita akan menunggu untuk melihat sunset di sini!" Kiara melihat jam tangannya, itu sudah pukul tiga. Hanya beberapa jam lagi sebelum matahari tenggelam.
Klub tersebut menghadap langsung ke arah pantai. Kiara menemui temannya yang bekerja di sana. Menyapa sebentar sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Minumannya sudah datang?" Kiara melihat Reval duduk sambil menutup matanya, dan meja itu masih kosong.
"Mungkin mereka lupa!" Reval tidak peduli, dia ingin sedikit mengistirahatkan matanya.
Kiara mengerutkan keningnya, dia meninggalkan Reval lagi untuk memanggil pramusaji. Setelah menyampaikan keluhannya, dia langsung kembali ke tempat duduknya. Tapi disana, dia melihat dua orang gadis sedang berbincang dengan Reval.
"Hanya sebentar, dan dia sudah langsung terbangun dengan ditemani dua gadis!" Kiara mencibir sebelum berjalan kembali ke tempatnya.
Reval memperkenalkan Kiara pada dua gadis di depannya. Dia pikir Kiara akan menunjukkan ketidakpedulian pada dua temannya, tapi ternyata Kiara cukup ramah pada mereka.
Bahkan bisa dibilang sikapnya lebih baik dari pada saat bicara padanya. Apakah para gadis mudah berteman?
Dua temannya Reval pergi setelah minuman yang mereka pesan datang. Kedua gadis itu sudah memesan tempat duduk sendiri dan juga sedang menunggu orang lain. Jadi Reval tidak memaksa mereka untuk tetap tinggal.
"Salah satu gadis itu sangat baik!" Kiara memberikan komentar sambil menyesap minumannya.
Reval tahu gadis mana yang dimaksud Kiara. "Kenapa menurutmu begitu? Apa yang lainnya tidak baik?
Kiara tidak langsung menjawab, tapi dia melihat ke arah dua teman Reval, orang itu duduk sangat jauh, dan posisinya juga membelakangi mereka.
"Kalung yang dia pakai bernilai lebih dari sepuluh ribu dolar. Pakaian yang terlihat biasa itu juga dari merk terkenal. Tapi sikapnya tidak menyebalkan, sedangkan teman yang satunya terlihat sombong. Apa yang coba dia sombongkan? Jam tangannya yang palsu? Atau wajahnya yang biasa saja?" Kiara tidak menahan diri untuk mengejek, karena gadis itu tadi menatapnya dengan tidak baik.
Reval cukup terkejut, Kiara ternyata memperhatikan barang-barang yang dipakai orang. Sebenarnya itu cukup tidak sopan, ini seperti menilai orang dari penampilannya. Dia tidak menyangka Kiara orang yang seperti itu. Padahal Kiara baru mengenal temannya, tapi dia sudah memiliki penilaian seperti itu.
"Kamu sepertinya tahu banyak!" Reval tidak terlalu peduli, dia hanya menanggapi dengan santai.
"Jika kamu ingin mengetahui keaslian barang, tanyakan padaku. Aku bisa melihat barang asli dan palsu hanya dengan sekali lihat!" Kiara memamerkan kemampuannya mengenali barang, terutama perhiasan.
Reval tersenyum, dia tidak terbiasa membicarakan tentang apa yang dipakai orang lain. Dirinya sendiri juga tidak peduli dengan barang-barang seperti itu.
"Sebenarnya tidak masalah jika seseorang memakai barang palsu 'kan?" Reval menyulut rokoknya, dia bicara sambil memperhatikan sekitar.
Kiara tidak menjawab, dia merasa harusnya tidak masalah. Tapi sepertinya Reval tidak menyukai topik itu. Apakah dia salah paham?
"Jika ada yang asli, kenapa pakai yang palsu?"
Reval tertawa mendengar ucapan Kiara. Bahkan tatapannya kini kembali pada sosok gadis cantik yang duduk di sebelahnya. "Tapi tidak semua orang bisa memiliki yang asli. Karena tidak semua orang punya uang. Jangan benci mereka karena miskin!"
Mendengar jawaban Reval membuat Kiara marah. Dia bahkan menatapnya sinis. "Apakah kamu tidak tahu hukuman untuk orang memasarkan barang palsu? Barang asli dibuat bukan hanya dengan sekali jadi, itu juga usaha orang lain siang dan malam. Kemudian dengan mudahnya orang lain membuat tiruannya. Itu kejahatan! Sedangkan untuk mereka yang memakai barang palsu, aku tidak akan berkomentar banyak. Tapi sepertinya kamu memiliki pendapat berbeda!"
Mendengar ucapan Kiara, Reval langsung terbangun dan merubah pemikirannya. Dia awalnya berpikir Kiara sedang menilai kedua temannya dari penampilannya, tapi ternyata pembicaraannya mengarah ke arah yang berbeda. Ini bukan tentang kedua temannya tadi, tapi hal lainnya. Jadi dia salah paham? Kenapa sepertinya mereka memiliki topik yang berbeda?
"Jangan marah, aku salah!" Reval tidak ingin melanjutkan pembahasan tentang barang asli atau palsu, karena saat ini dia sedang menegur dirinya sendiri, karena berpikir sempit.
"Aku akan ke toilet!" Kiara langsung pergi, dia merasa buruk tentang Reval. Padahal beberapa saat yang lalu dia memujinya karena keren.
Langkahnya panjang, meninggalkan Reval yang masih terdiam memperhatikannya pergi.
Reval sendiri merasa kesal pada dirinya. Kenapa dia jadi begitu picik pada wanita. Bahkan menjadi bodoh dengan bicara seperti itu. Sekarang Kiara marah padanya, padahal mereka baru beberapa hari mulai akrab.
Dia harus membujuk gadis itu!