Kiara masih marah, enggan untuk bicara dengan Reval. Tapi mereka masih duduk bersebelahan menikmati waktu berlalu hingga saat matahari terbenam.
Disaat seperti itu, sulit bagi Kiara untuk tidak mengingat beberapa hal di masa lalu. Semua orang bilang dia cantik, banyak orang bilang dia cerdas, dan tidak sedikit yang mengatakan dia menyenangkan. Tapi kenapa Jordi tidak merasa cukup dengannya? Apa salahnya? Dan gadis lain itu Asyla. Tiga tahun, dia tidak tahu disaat kapan dia mulai dikhianati.
Setelah lukanya sembuh, dan pikirannya tidak lagi mengingat tentang Jordi, dia ingin menemukan seseorang untuk dinikahi. Karena dia merasa pacaran adalah hubungan yang buang-buang waktu. Seperti hubungannya dengan Jordi.
Kiara benar-benar hanya diam, sibuk dengan dirinya sendiri. Sedangkan Reval sudah tidak lagi mengantuk. Dia baru saja berkeliling mengamati sekitar, dan saat kembali ke tempat duduknya, Kiara masih tidak berbicara padanya.
Dia melihat bagaimana gadis itu memiliki pesona yang menyelimutinya, bukan hanya dia yang suka melihatnya, ada banyak pengunjung lain yang mencuri pandang pada sosok Kiara.
Disini ada banyak wanita cantik. Bule, lokal, Asian, tapi Kiara sendiri memiliki cahayanya sendiri. Dia memiliki sosok yang indah, tempramen yang kuat dan gaya duduknya bahkan sangat keren. Seperti dia sedang duduk dengan seorang model.
"Jaga matamu, b******k!" Kiara merasakan tatapan Reval. Itu seperti seseorang yang kelaparan.
Reval tertawa, bukannya marah, dia sedikit merasa malu dan geli. "Kapan kamu berhenti marah? Aku akan melihatmu sampai kamu berhenti marah!"
Mencibir, Kiara mengabaikan tatapan Reval. Dia terbiasa dengan pusat perhatian, dan tidak berpikir banyak. "Aku gak marah!"
Bagaimana mungkin Reval percaya dengan pernyataan tersebut. Kalau tidak marah, kenapa mengabaikannya sejak tadi?
"Besok aku akan kembali bertugas, jadi ini adalah kesempatan yang baik untuk bersenang-senang denganmu. Jangan marah lagi!" Reval membujuk, tapi masih dengan sikap santainya.
Kakinya bahkan naik di kakinya yang lain, dengan tangan terlentang bersandar pada sandaran sofa. Sangat jarang bisa menikmati fasilitas terbaik di hotel ini, bahkan tempat duduk yang sangat nyaman menghadap laut. Sungguh, harus diakui, Kiara memiliki cara yang mewah untuk menikmati waktu melihat sunset.
"Kamu terlihat sangat senang menemaniku!" Kiara melirik postur duduk Reval, sangat jelas laki-laki itu tidak peduli bahkan jika dia marah.
Tidak mengelak, Reval tertawa menyetujuinya. "Karena kamu, aku bisa mengenali beberapa orang dari jarak dekat!"
"Hah?" Kiara mengikuti arah pandangan Reval.
Reval menggeser duduknya, mencondongkan badannya dan menunjuk melalui tatapannya pada keluarga yang berjarak cukup jauh dari mereka. "Orang-orang itu kemarin terjebak di imigrasi. Ada barang terlarang yang terdeksi, tapi sepertinya sekarang kejadian kemarin hanya mimpi. Karena sekarang mereka sedang menikmati melihat sunset sepertimu di sini!"
Kiara tidak mengenali orang-orang itu. Jika Reval tidak memberitahunya, dia hanya berpikir mereka adalah keluarga yang sedang berlibur.
"Kenapa polisi melepaskan mereka secepat itu!"
"Entahlah!" Reval tidak ingin menjelaskan hal-hal itu lebih jauh pada Kiara.
Kiara menoleh, dan saat itu wajah Reval berada cukup dekat dengannya. "Kamu kesini bukan untuk memata-matai mereka kan?"
Dia tidak mau terlibat masalah. Lebih baik jika Reval tidak melibatkannya dalam masalah merepotkan seperti itu.
Tertawa, Reval juga menoleh pada Kiara. Saat itu wajah keduanya cukup dekat dan saling berpandangan. "Aku hanya polisi kecil, jangan berpikir terlalu tinggi tentangku!"
Saat itu keduanya saling memperhatikan wajah masing-masing, Reval tidak berniat menjauhkan diri. Wajah Kiara semakin cantik, jika dilihat dari dekat. Bulu mata yang tidak terlalu panjang, tapi lentik. Mata yang cantik dan bibir tipis bagian atas dan sedikit tebal di bagian bawah. Hidung mancung, dengan bentuk yang bagus.
Kiara yang lebih dulu menjauhkan dirinya, sambil tangannya mendorong badan Reval. "Yah, itu bagus. Kita disini hanya untuk melihat sunset!"
Reval tersenyum saat badannya di dorong menjauh. "Sebenarnya bukan hanya mereka. Aku juga melihat banyak hal di tempat ini setelah berkeliling. Tempat yang baik, menyembunyikan hal-hal buruk dengan baik!"
Kiara memutar matanya, dia melihat ke arah laut. "Kalau begitu jangan tunjukkan hal-hal buruk tersebut. Aku hanya ingin melihat hal indah di sini!"
"Baik, tuan putri!" Reval menggoda, dia juga tidak bermaksud untuk menimbulkan masalah di sini. Karena dia sedang tidak bertugas.
_
Malam itu Kiara tidak mau pulang sampai larut malam. Dia bertemu dengan kenalan dan mereka bersenang-senang saat klub musik dibuka.
Tatapan Reval tidak lepas dari Kiara. Dia mengawasi bagaimana gadis itu berbicara, tertawa, bahkan saat Kiara mulai mabuk.
Dia seperti penjaganya, saat ada beberapa b******n dengan niat buruk mendekat, dia akan mengusir mereka menjauh. Tidak mudah menikmati waktu bersama wanita cantik. Karena akan menarik banyak perhatian para peminat kecantikan.
Dia menjadi sedikit tidak senang, saat Kiara mulai menggoyangkan pinggulnya. Tidak boleh! Berdiri di dekat Kiara, dia mengeraskan rahangnya, mencoba menakuti para pria yang melihat ke arah mereka.
"Ayo pulang!" bisik Reval di dekat telinga Kiara.
"Kenapa pulang?" Kiara mencari minumannya, dia kembali menghabiskan dalam satu tegukan. Cairan beraroma manis itu jatuh membasahi dagu sampai ke lehernya.
Mengumpat, Reval tidak bisa menahannya lagi. Tangannya langsung memegang pinggang Kiara dan membawanya pergi dari keramaian.
Kiara berusaha melepaskan diri, tapi kekuatan Reval bukanlah tandingannya. Saat laki-laki itu membawanya untuk membayar minuman terakhir, dia masih mencoba untuk memukulnya.
"Kenapa kamu tidak melepaskanku?"
Reval tidak repot-repot menjawab, dia membawa Kiara untuk keluar dari sana. Mencari mobil kuning dan berhasil memasukkan Kiara di kursi penumpang.
Membuang napas kasar, dia tidak lagi memiliki kesabaran menghadapi kenakalan gadis itu. Sudah mabuk, tapi tidak mau pulang.
Kiara belum benar-benar mabuk, tapi dia sudah hampir tidak sadar. Melihat Reval yang telah memaksanya masuk mobil, tentu membuatnya kesal.
"Kamu tidak boleh lagi ikut aku!" ujarnya dengan suara serak. Tangannya gemetar, saat dia mencari keberadaan tasnya.
Reval melihat apa yang sedang dilakukan Kiara saat akan membantunya memasang sabuk pengaman. Mengetahui apa yang dicarinya, dia mengambil tas yang dia letakkan di bawah, dekat kakinya.
"Duduk dengan benar!" Reval memakaikan sabuk pengaman, kemudian mulai mengendarai mobil kuning itu pulang.
Dia sekarang agak menyesal tentang membantunya membeli mobil. Bagaimana jika suatu hari Kiara pergi sendiri tanpanya? Apakah gadis itu akan pulang dengan selamat?
Entah kenapa, dia merasa agak marah dan tidak nyaman. Sesekali matanya melihat pada Kiara yang sibuk bernyanyi. Yah, gadis itu menyalakan musik dengan susah payah dan mulai bernyanyi dengan suara seraknya.
Wajah cantik Kiara memerah. Rambutnya juga agak berantakan. Tapi jujur saja, masih sangat cantik dalam keadaan seperti itu.
Satu hal yang tidak pernah dia pikirkan, yaitu ada di posisi sekarang. Apakah menyetir untuk gadis cantik adalah keberuntungan? Maka dia akan bersyukur dengan keberuntungan tersebut. Kemarahannya mereda, dia menyetir dengan tenang dengan ditemani oleh keributan Kiara. Kadang Kiara memarahinya disela-sela nyanyiannya. Gadis itu masih ingat kalau dia membawanya pulang dengan paksa tadi.
Kiara Gunadi, kenapa kamu mabuk dengan cara yang begitu cantik?