Panggilan kecil, Ara

1545 Words
Jordi mendapatkan kabar kecelakaan yang dialami Kiara bersama temannya tersebut melalui mamanya Asyla. Dia tidak sempat berganti baju, hanya dengan kaos putih dan celana pendek, juga sendal jepit, Jordi buru-buru mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit. Sekilas ingatan sore ini tiba-tiba terlintas di benaknya. Dia akan pulang dari mengajar setelah hujan reda, matanya menangkap pemandangan familiar. Payung biru tergeletak di dekat tempat sampah, yang sangat mirip dengan payung yang pernah dia belikan untuk Kiara. Saat melihat payung tersebut, dia hanya tersenyum mengingat wanita cantik yang sudah tiga tahun ini menjadi kekasihnya. Dia tidak berpikir kalau itu benar-benar payung Kiara, jadi dia hanya berlalu saja. Kini setelah mendengar kabar kecelakaan Kiara, dia tiba-tiba memiliki perasaan tidak nyaman. Apakah tadi Kiara datang ke kampus? Jordi sudah mengirimkan beberapa pesan pada Kiara sejak sore, yang sama sekali belum dibalas. Dia tidak berpikir buruk, karena Kiara biasanya selalu sibuk dan jarang memegang handphone. Mereka memang jarang berinteraksi intens, kecuali di weekend. Semakin Jordi memikirkan semuanya, semakin dia tidak tenang. Mobilnya melaju kencang membelah jalanan yang masih memiliki jejak basah. _ Sesampainya di rumah sakit, Jordi langsung mencari kamar dimana Kiara dirawat. Langkahnya sangat tergesa-gesa, hingga dia tidak terlalu memperhatikan sekitar. Sella dan Jessica juga baru sampai, keduanya melihat Jordi yang berjalan cepat melewati lorong. "Jordi kek cowok bener, tapi kok tega ya sakitin Kiara?" Jessica benar-benar sulit mempercayai, jika bukan Kiara sendiri yang mengatakannya. Sella melihat wajah temannya dan menggelengkan kepala. "Lo gak tahu aja, cowok kek Jordi itu yang berbahaya! Diam tapi ternyata berkhianat! Itulah kenapa Kiara merasa kesakitan, karena dia tidak menyangka orang yang dia percayai bisa menyakitinya seperti itu." "Jangan tunjukin emosi apapun. Kiara belum kasih tahu Jordi kalau dia udah tahu tentang perselingkuhannya!" Sella memperingkatkan Jessica. "Gue gak sabar pen maki tu cowok!" Jessica sudah ingin mengumpulkan tenaga untuk memarahi Jordi setelah melihatnya tadi, tapi apa yang dikatakan Sella ada benarnya. Mereka tidak berhak mencampuri urusan Kiara, apalagi Kiara sendiri belum mengambil tindakan. Keduanya sampai di kamar rawat Kiara, disana sudah ada orangtua dan juga Jordi. "Gimana kabar Kiara om?" Sella langsung bertanya pada ayahnya Kiara, setelah melihat Kiara masih terbaring dengan mata terpejam. Ada kain kasa menutupi keningnya. Seno Gunadi tersenyum kecil menanggapi. Dia menutupi rasa khawatirnya, agar tidak membuat teman Kiara panik. "Tidak apa-apa, kepalanya terbentur, tapi tidak ada luka fatal lainnya. Karena Livi mengendari mobilnya tidak ngebut. Dokter sudah mengobatinya. Tapi karena efek mabuknya belum hilang, dokter membiarkan agar Kiara beristirahat malam ini!" Jessica mengernyit, semabuk itukah Kiara, hingga belum terbangun setelah kecelakaan seperti itu terjadi. "Kalau begitu, kami akan melihat kondisi Livi di kamar sebelah. Orangtuanya sedang di luar kota, jadi tidak ada yang menjaganya!" Sella menyapa ayah dan mamanya Kiara sebelum berjalan keluar dari ruangan, mengabaikan sosok Jordi yang sedari tadi duduk di sebelah tempat tidur Kiara. Kondisi Livi tidak parah, dia hanya pingsan sebentar sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit. Setelah sadar, dia masih bisa menghubungi Sella dan Jessica. Bahkan saat Jessica dan Sella datang, mereka melihat Livi sedang main game di ponselnya. Jika bukan karena selang infus masih terpasang di lengannya, mereka akan berpikir gadis itu sedang berpura-pura sakit. "Kalian udah jenguk Kiara?" Livi bertanya tanpa mengangkat wajahnya. "Hmm, dia sedang istirahat. Keluarganya menjaganya!" Sella tidak bersikap sopan, dia langsung berbaring di sofa, ingin melanjutkan tidurnya yang tertunda. Jessica tidak bisa santai seperti Sella, dia masih sangat khawatir pada dua temannya yang tiba-tiba mengalami kecelakaan. "Lo mabuk? Kenapa bisa nabrak sih? Untung gak parah!" Mendapatkan Omelan dari Jessica, Livi tidak terlalu peduli. Tapi masih menanggapi, "Gue sakit perut. Mual parah pas udah jauh dari Bar, gue gak tahan lagi. Kata dokter maag gue kumat. Eh, ngomong-ngomong Lo ketemu sama pemotor yang gue tabrak gak?" "Nggak tau lah! Kenapa? Jangan bilang orang itu patah kaki atau luka parah?" Jessica lupa tentang orang lain yang juga terlibat dalam kecelakaan tersebut, sekarang kekhawatirannya meningkat. Livi menggeleng. "Dia cuma lecet-lecet, mungkin udah pulang. Polisi sempat membawanya ke sini tadi, untuk dimintai pernyataan bareng gue. Gak terlalu merhatiin, tapi kayaknya orang itu kenal Kiara!" "Hah? Kenal Kiara, Siapa? Temennya Kiara kan juga temen-temen kita. Masak Lo gak kenal?" Jessica semakin penasaran. Livi akhirnya mengalihkan perhatian dari handphonenya. "Gue gak terlalu merhatiin wajahnya, tapi dari pernyataan yang gue denger, dia yang gendong Kiara ke sini! Gue dibiarin nunggu ambulance, tapi cowok itu bawa Kiara naik taksi. Jadi Kiara dan cowok itu sampai sini lebih dulu dari pada gue!" Ada sedikit keluhan dalam ucapan Livi. Dia tidak mengerti, saat ada dua korban kecelakaan, kenapa yang satu dibiarkan menunggu ambulance, saat yang lain dibawa lebih cepat dengan naik taksi. Sella tertawa mendengar sedikit keluhan dari cerita Livi. "Karena Lo gak berdarah, kayaknya cowok itu juga tahu kalau Lo cuma pingsan. Dan kata Lo cowok itu lecet-lecet kan? Nah dia juga mungkin buru-buru biar bisa segera diobatin. Ya jadinya Lo tertinggal!" Livi semakin kesal setelah diledek oleh Sella. Dia yakin, orang lain yang mendengar cerita ini juga akan menertawakannya. Hanya Jessica yang cukup baik dan hanya menatapnya penuh simpati. "Tapi dari mana Lo bikin kesimpulan kalo cowok itu kenal Kiara?" Livi mengingat saat tadi polisi bawa orang itu ke ruang rawatnya untuk ditanyai bersama. "Dia sebutin nama Kiara!" "Dia udah tahu dari polisi kali!" "Enggak, dia sebutin nama Kiara dengan panggilan Ara. Lo tahu kan itu nama panggilan kecil Kiara!" "Gak usah aneh-aneh deh, Lo salah dengar kali!" Sella menegur pemikiran Livi. "Entahlah. Lagian udah syukur kita bertiga baik-baik aja. Gue sempat takut banget kalo orang yang gue tabrak luka parah atau bahkan mati!" Livi merinding mengingat kembali kecelakaan yang baru saja dialaminya. Jessica mengangguk setuju, bahkan saat baru saja dikabari tentang kecelakaan mereka, jantungnya berdebar kencang. "Tadi Jordi kayaknya khawatir banget sama Kiara, jalannya aja sampek cepet-cepet gitu. Apakah nanti mereka gak jadi putus?" Jessica tiba-tiba membahas tentang Jordi, sedikit penasaran bagaimana kisah itu berakhir. Livi dan Sella hanya diam, tapi keduanya sedang berpikir. Kiara memang menyayangi Jordi, tapi apakah layak orang yang berselingkuh mendapatkan kesempatan? Apapun alasannya, hal seperti itu tidak bisa dimaafkan. Mereka akan mendukung jika Kiara memilih memutus laki-laki b******k seperti itu. "Siapa sih selingkuhan Jordi? Kok bisa tu cowok nemuin cewek lain, padahal udah punya cewek spek model kek Kiara?" Livi menepuk kepala Jessica. "Selingkuh bukan berarti ceweknya kurang baik atau selingkuhannya lebih baik. Dasarnya aja tu cowok kurang bersyukur! Udah jangan bahas curut itu terus. Muak gue!" Tidak ada yang tahu bagaimana kelanjutan hubungan Kiara dan Jordi. Karena setelah bangun di pagi hari, Kiara langsung berniat pulang. "Sayang, kamu yakin udah baikan? Ayah gak mau kamu memaksakan diri!" Seno memperhatikan putrinya yang sudah berganti pakaian kembali, menggunakan pakaiannya yang semalam. "Yah, Ara minta maaf bikin ayah khawatir. Kita pulang aja ya, toh Ara juga baik-baik aja. Siang nanti seharusnya Ara ada rapat bersama klien!" Kiara merasa bersalah sudah membuat ayahnya khawatir. "Kok malah mikirin kerjaan!" Seno menegur putrinya dengan tidak puas. "Ayah, Ara ngerjain kerjaan ini udah berminggu-minggu. Tinggal tunjukin ke klien sebelum produksi. Ara gak mau kerja keras tim Ara sia-sia karena Ara!" "Ya udah, mama akan urus administrasinya dulu!" Elsa menepuk lengan putrinya dan langsung berjalan keluar dari kamar. Dia bos melihat bagaimana Seno tidak berdaya atas bujukan putrinya. Sebesar apapun anak tumbuh, bagi seorang Seno, Kiara masih anak kecil. "Kita tunggu Jordi kembali, dia sedang mencari sarapan untuk kita. Anak itu bahkan tidak tidur semalaman, tapi malah belum tahu kalau kamu sudah bangun!" Seno mengingat laki-laki yang ikut berjaga bersama mereka demi putrinya. Kiara terdiam, hatinya kembali berdenyut kesakitan. Dia belum siap untuk menghadapi Jordi, karena saat ini jika mereka bertemu, mungkin hanya kemarahan yang akan dia ungkapkan pada laki-laki itu. "Yah, bagaimana jika seseorang yang ayah cintai berkhianat? Apa yang akan ayah lakukan?" Seno sudah langsung mengerti saat Kiara menanyakan hal tersebut. Jordi telah mengkhianatinya? Dan putrinya sedang bingung dengan perasaannya sendiri. "Ayah tidak akan mempertahankan hubungan yang begitu rapuh. Jordi sebenarnya anak yang baik, dia tidak pernah memperlakukan kamu dengan buruk, jika memang cintanya bukan lagi untukmu, lepaskan!" Seno tahu dia tidak berhak mencampuri hubungan Kiara dan Jordi. Tapi hatinya tidak terima mengetahui putrinya disakiti. Mendengar penuturan ayahnya, Kiara hanya diam saja. Ayahnya pasti tidak akan pernah mengatakan Jordi orang baik lagi, saat tahu selingkuhan yang merobohkan kepercayaan hubungannya dengan Jordi adalah Asyla. Selama ini, Jordi memang sosok laki-laki baik. Dia adalah seorang dosen di sebuah universitas bergengsi. Sikapnya juga selalu sopan dihadapan orang yang lebih tua. Tapi apa gunanya? Laki-laki itu tetap tidak bermoral. "Ayo kita pulang!" Kiara tidak berniat menunggu Jordi. Jikapun nanti mereka bertemu, maka itu akan menjadi akhir dari keputusan nya. Dia tidak ingin lemah dengan perasaannya untuk laki-laki itu. Sesat setelah Kiara dan keluarganya pulang, Jordi juga kembali dari membeli sarapan. Tapi ruangan itu kosong, sosok wanita cantik yang tadi masih tertidur di sana sudah tidak ada lagi. Dia menggenggam erat kantung plastik yang dipegangnya. Perasannya berkecamuk, kenapa Kiara pergi tanpa memberitahunya? Padahal semalaman dia begitu mengkhawatirkan keadaannya. Dengan sedikit rasa sedih, dia berjalan kembali ke mobilnya. Dia berpikir untuk pergi ke rumah Kiara untuk melihat keadaannya. Tapi setelah memperhatikan penampilannya yang kacau dan tidak terawat, dia memilih kembali ke rumahnya. Meskipun begitu, Jordi masih mengirimkan pesan pada Kiara, menanyakan keadaannya. Berjanji akan datang setelah mandi dan berganti pakaian. Karena tidak tidur, wajahnya terlihat agak lesu. Jordi adalah orang yang biasanya selalu rapi, dia suka kebersihan. Penampilannya sekarang membuatnya merasa tidak nyaman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD