Perselingkuhan

1405 Words
Kiara memegang erat payungnya, terdiam di bawah derasnya hujan. Menyaksikan saudara tirinya sedang berciuman dengan kekasihnya. Dia pikir hal seperti ini hanya akan terjadi di sinetron. Dimana adik yang telah dia anggap sebagai saudara terdekatnya, ternyata menjadi selingkuhan kekasihnya. Dia merasa sangat kecewa dan malu. Sebodoh itukah dia, hingga keduanya berani bermain-main dibelakangnya? Menahan perasaan sesak, kakinya sudah akan melangkah maju, tapi perasaan sakit menahannya. Apa yang akan dilakukannya? Memarahi mereka? Kemudian membiarkan kedua orang itu merasa puas membuatnya menjadi orang yang menyedihkan? Otak pintarnya masih berfungsi, setidaknya dia tidak lari dan menangis seperti gadis malang di sinetron. Mengeluarkan ponselnya, dia memotret keduanya yang masih asik bermesraan di lorong sepi kampus. Kiara awalnya berniat menjemput Asyla. Dia telah berjanji akan menjemput sang adik tiri yang tidak tahu diri itu sepulang kerja. Kini dia tidak menyesali niat baiknya, setidaknya dia akhirnya tahu kebusukan dua orang yang pernah begitu dia sayangi. Munafik jika dia mengatakan hatinya baik-baik saja. Karena nyatanya hancur tidak berbentuk. Kiara berjalan menuju mobilnya, sambil tangannya masih memegang payung dengan erat. Dia tidak tahu bagaimana mengekpresikan rasa sakitnya, hanya saja tubuhnya gemetaran. Saat itu handphonenya berdering, Kiara tidak terburu-buru untuk mengangkat panggilan. Sebaliknya, dia lebih dulu masuk ke mobil dan membuang payungnya ke samping tempat sampah. Lengannya basah, sehingga dia menarik tissue dan mencoba mengeringkannya. Lagi, panggilan di handphonenya kembali berdering, sepertinya pemanggil sangat gigih. Mengecek siapa penelpon yang gigih tersebut, Kiara hanya tersenyum kecil saat mengetahui kalau itu adalah mamanya. Wanita yang sudah sepuluh tahun ini menjadi mamanya setelah resmi menikah dengan ayahnya. "HM!" Kiara sebenarnya tidak ingin mengangkatnya, tapi dia masih memaksakan diri menjawab panggilan. "Sudahkan kamu menjemput Asyla? Adikmu tidak bisa dihubungi!" Kiara ingin sekali memberitahu alasan kenapa Asyla tidak bisa dihubungi. Jelas, karena sedang asik dengan kekasihnya. Tapi dia tidak ingin menanamkan prasangka yang tidak perlu untuk saat ini. Mamanya itu pasti tidak akan mempercayai ucapannya. "Aku sibuk, dan akan pulang terlambat. Jadi minta saja supir menjemput Asyla!" Kiara bicara dengan tenang, tapi tangannya sedang mengepal kuat, demi mempertahankan emosinya. Terdengar suara berisik di seberang telepon, sebelum Kiara mendengar mamanya setuju dengan ide barusan. "Di rumah sedang ada teman arisan mama, jadi mama tutup ya teleponnya!" Kiara tidak lagi bicara sampai panggilan terputus. Diantara teman arisan mamanya itu, salah satunya adalah mamanya Jordi. Kekasihnya yang berselingkuh. Sulit rasanya menerima kenyataan yang baru saja dilihatnya. Dia masih menyayangi Jordi, lelaki yang sudah menemaninya selama tiga tahun. Tapi tidak mungkin lagi untuk rasa sayang itu tetap bertahan. Sekarang dia harus menata perasaannya, sebelum mengambil keputusan sulit. Mengemudikan mobilnya, Kiara memang tidak berniat pulang, dia langsung membelokkan mobilnya menuju hotel. Bekerja di perusahaan pembuatan perhiasan membuatnya memiliki penghasilan tinggi. Apalagi setelah setengah tahun terakhir ini, gajinya sudah lebih dari cukup untuknya bermain-main. Meskipun baru dua tahun ini dia bekerja di sana, tapi Kiara memiliki kinerja yang bagus. Dia membangun karakter dan kinerja terbaik. Membuka kamar hotel, Kiara langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Mencoba memikirkan kegiatan apa saja yang bisa dia lakukan, untuk membuat perasannya membaik. Dia memesan makanan, tapi rasa makanan favoritnya tidak lagi bisa menggugah seleranya. Sebaliknya, dia hanya bisa meminum kopi hangat dalam keheningan. Kembali memikirkan kehidupannya beberapa tahun terakhir. Ayahnya adalah laki-laki yang bijaksana. Setelah ibunya meninggal, ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja. Merasa bersalah terhadapnya, karena tidak bisa memberikan perhatian yang seharusnya. Ayahnya mencoba mengisi kekosongan dengan kehadiran wanita baru. Niatnya adalah agar ada seseorang yang menjaganya dan memberinya kasih sayang seorang ibu di rumah. Tidak ada yang salah dengan keputusan ayahnya. Karena mama tiri itu baik terhadapnya. Mama sudah memiliki Asyla saat datang ke rumahnya. Meskipun bukan saudara kandung, dia memperlakukan Asyla sebagai adik kecil. Asyla sangat manis saat kecil. Gadis berusia sepuluh tahun yang begitu cantik sehingga Kiara gemas terhadapnya. Mereka tumbuh bersama selama sepuluh tahun, dan kini Asyla berusia dua puluh tahun. Sedangkan dia dua puluh tujuh tahun. Tidak pernah terbayangkan, adik yang dia sayangi itu kini malah menjadi duri dalam hubungannya. Hancur sudah pertahan Kiara, air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya menetes dengan sedikit keluhan di mata besarnya itu. Kiara adalah wanita cantik yang memiliki pancaran kecerdasan saat berbicara, jika dibandingkan dengan Asyla yang tujuh tahun lebih muda darinya, Kiara jauh lebih baik. Banyaknya pengalaman menciptakan pribadi Kiara semakin matang. Merasa diremehkan, Kiara tentu tidak terima dengan perilaku bodoh kekasihnya yang sebentar lagi menjadi mantan. Kenapa diantara banyaknya wanita, harus Asyla? Gadis yang hanya bisa bersikap manja itu tentu bukan tandingan Kiara. Memesan pakaian, Kiara bersiap untuk pergi. Dia juga sudah memanggil teman-temannya agar menemaninya ke Bar. Malam ini ada DJ terkenal yang diundang di Bar tersebut. Ini bukan dunia malam yang menyesatkan. Kiara tahu batasan, dan teman-temannya juga para wanita berkelas yang sudah hidup mandiri dengan penghasilan fantastis. Bukan lingkungan toxic, tapi ini adalah kehidupan anak muda kalangan atas yang sedang menyisihkan waktu untuk bersenang-senang. _ Kiara bertemu dengan beberapa kenalan saat tiba di sana. Ada atlit jetski, juga beberapa teman model yang cukup akrab. Dia sempat bertegur sapa dengan mereka sebentar. "Ara, sini!" Kiara mencari seseorang yang memanggil namanya. Karena sedikit bising, dia agak kesulitan menentukan arah suara. "Ara!" Panggilan kedua, Kiara melihat Jessica. Teman dekatnya itu tersenyum lebar dengan tangan melambai ke arahnya. Duduk di sebelah Jessica adalah Marchel. Lelaki itu adalah kekasih Jessica. "Livi sama sella lagi godain bartender, gak usah dicari!" ujar Jessica, begitu Kiara duduk dan melihat sekeliling. Kiara melihat ke arah meja bartender, dan memang ada pegawai baru yang cukup tampan. Tersenyum tipis, dia memanggil pelayan untuk memesan segelas minuman. "Gak ajak pak dosen?" Marchel bertanya ringan, tanpa memperhatikan reaksi di wajah Kiara. "Ada apa? Lagi ada masalah dengan Jordi?" Jessica lebih peka, dia bisa melihat sedikit kesedihan di mata Kiara. Kiara biasanya memberi kesan kuat sebagai wanita menawan yang cerdas dan dewasa. Tapi malam ini, Kiara hanya Kiara, tanpa binar di matanya. "Gue mau putusin dia!" Kiara tidak mencoba menutupi masalahnya. Karena dibandingkan dengan Jordi, dia memiliki kedekatan lebih dengan teman-temannya. Tidak ada alasan untuk merahasiakan apapun. Marchel hampir tersedak. Dia merasa sedikit bersalah. Karena niat awalnya hanya ingin bertanya dengan santai. Dia tidak pernah mendengar Kiara bertengkar dengan Jordi. Jadi dia tidak menyangka akan seperti itu. Jessica juga kaget mendengar pernyataan Kiara. Karena Kiara tidak mungkin bicara asal. Pasti sudah mempertimbangkan dengan matang kata-kata yang keluar dari mulutnya. "Kalian ada masalah apa?" Jessica tidak canggung bertanya, dia bahkan menggeser duduknya untuk duduk lebih dekat dengan Kiara. Kiara agak malu dan dilanda kemarahan, mengingat hal-hal di kampus sore ini. Hatinya juga berdenyut kesakitan ketika mengingat Jordi. "Dia selingkuh!" Kiara menjawab setelah menenangkan dirinya. Dengan suara bergetar, dia mengucapkan nama Asyla. "Anjjng! Jordi b******k!" Marchel mengumpat, setelah mendengar hal tersebut. Dia tidak menyangka, laki-laki yang terlihat baik dan ramah itu ternyata sangat b******k. Bodoh sekali dosen itu, jika memilih untuk mengkhianati wanita seperti Kiara. Jessica tidak langsung menanggapi, dia mengulurkan tangannya untuk memeluk Kiara. Tidak ada kalimat penghibur yang bisa keluar dari mulutnya. Karena Jessica tahu, apa yang dirasakan Kiara pasti sangat menyakitkan. "Apa nih?" Livi dan sella datang dengan segelas minuman di tangan masing-masing. Penasaran kenapa Jessica memeluk Kiara. "Duduk dulu!" Marchel bicara pada dua wanita itu, kemudian menarik Jessica agar tidak berlebihan. Karena saat ini, Kiara pasti sangat sensitif dan muak untuk bercerita. Malam itu, Kiara benar-benar melampiaskan kemarahannya, hingga dia harus dibantu oleh Livi untuk hanya berjalan. "Gue bawa mobil Kiara. Kayaknya gue juga mau sekalian nginep di hotel!" Livi mengajukan diri, dia tadinya datang bersama sella. Jadi mobilnya akan dibawa Sella, sedangkan dia bersama Kiara. "Besok pagi kami akan ke hotel. Kita sarapan disana!" Jessica kemudian pergi bersama Marchel dan Sella. Meninggalkan Kiara dalam penjagaan Livi. Livi membawa mobil Kiara dengan kecepatan sedang. Dia hanya minum sedikit, tapi entah kenapa perutnya merasa agak mual. Jadi mempertahankan diri dari ketidaknyamanan tersebut, Livi benar-benar berusaha keras. Malang, Livi tidak memperhatikan ada motor dari arah berlawanan. Sehingga saat dia akan berbelok, mobilnya secara tidak sengaja memotong jalur si pengendara motor. Terjadilah kecelakaan yang cukup parah. Livi pingsan, Kiara bahkan tidak bangun dengan kening berdarah. Sedangkan pengendara motor itu juga tidak terlalu baik. Tengah malam, keluarga Kiara mendapatkan kabar buruk tersebut. Kiara terlibat dalam kecelakaan dan ditemukan dalam keadaan mabuk bersama temannya yang berperan sebagai pengemudi. Ayah Kiara tidak bisa tenang setelah mendengar kabar tersebut. Dia buru-buru pergi ke rumah sakit, ditemani oleh sang istri. Mobil mereka melewati lokasi terjadinya kecelakaan. Ada beberapa mobil polisi, dan juga mobil Kiara. Mereka tidak berhenti di sana, karena tahu Kiara sendiri sudah dibawa ke rumah sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD