When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sinar mentari pagi menyapa Lembah Ashen dengan kehangatan yang terasa asing, bagai sentuhan lembut setelah mimpi buruk panjang. Kabut hitam yang mencekik kini telah sirna, menguap perlahan, seperti ingatan kelam yang memudar. Desa yang selama ini tersembunyi, kini tersenyum kembali dengan warna-warninya. Rumah-rumah kayu tampak lebih cerah, atap jerami mereka berkilauan memantul cahaya, seolah menarik napas lega. Udara terasa begitu ringan, membawa aroma tanah basah yang segar dan semerbak bunga liar yang baru saja mekar, seolah alam pun ikut merayakan kebebasan. Senja berdiri di tepi jurang, matanya menerawang jauh ke bawah, memandangi desa yang kini tampak lebih hidup dari yang pernah ia ingat. Ia melihat penduduk desa bergotong royong, memperbaiki kerusakan yang ditinggalkan oleh seran