When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dinding gua bergetar, suara raungan makhluk raksasa itu menggema di lorong-lorong kelam, tapi itu bukan suara yang paling menakutkan. Yang lebih mengerikan adalah bisikan yang merayap di telinga Senja, suara yang familiar, suara ibunya, memanggilnya untuk menyerah pada kegelapan. Dan di tengah kebingungan dan ketakutan itu, mata merah Senja bersinar, bukan dengan cahaya jahat, melainkan dengan kilatan cahaya putih yang terperangkap di dalamnya, seolah jiwa Senja sedang berperang melawan dirinya sendiri. Di tengah kegelapan yang menyelimuti gua, dengan mata merah Senja yang bersinar mengerikan, dan Bayu yang terbaring lemah, makhluk raksasa itu berdiri tegak, matanya memancarkan kemenangan. Dan di tengah raungannya yang menggema, ia mendengar bisikan samar, bisikan yang bukan berasal dari