When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Senja dan Bayu saling bertatapan, kelelahan fisik terasa begitu nyata, namun rasa ngeri yang baru saja mereka alami jauh lebih mendalam, meninggalkan bekas yang dingin di hati mereka. Kemenangan mereka atas makhluk kegelapan yang mengerikan itu terasa hampa, digantikan oleh perasaan bahwa mereka baru saja menyentuh sesuatu yang jauh lebih besar, sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi. Gua "Gerbang Cahaya" yang tadinya memancarkan harapan kini tampak seperti mulut jurang yang menganga, kegelapan di dalamnya terasa lebih pekat dan mengancam dari sebelumnya. "Kita harus pergi dari sini," bisik Bayu, suaranya parau. Ia memegangi lengannya yang masih terasa nyeri akibat sambaran petir. Matanya terus memandang ke arah gua yang hancur, seolah-olah masih bisa melihat bayangan makhluk itu berke