Nadien baru saja selesai menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan kini ia langsung menuju ke kamar untuk memanggil Daniel keluar.
"Dan," panggil Nadien sembari membuka pintu kamarnya.
Tampaklah Daniel yang tengah memainkan handphonenya di depan kaca. Namun, laki-laki itu menyempatkan untuk menoleh ke arah Nadien yang memanggilnya.
"Ya, sayang?" tanya Daniel.
Nadien melangkah ke depan, mengambil handphone suaminya dan meletakkannya di atas tempat tidur. Setelah itu, ia kembali beralih ke suaminya. Membenarkan dasi yang belum terpasang sempurna di leher Daniel.
Daniel tersenyum sambil menatap istrinya yang sedang memfokuskan perhatiannya pada dasinya.
"Makasih ya, sayang," ujar Daniel. Nadien membalasnya dengan senyuman.
"Kamu kelihatannya senang sekali. Habis menang proyek?" tanya Nadien.
Nadien dan Daniel adalah sepasang suami istri yang sama-sama menggeluti dunia bisnis. Keduanya sama-sama berkedudukan sebagai pimpinan perusahaan warisan keluarga masing-masing.
"Hmm... tidak. Cuma tadi Dev sempat telepon," ucap Daniel.
Nadien baru saja selesai memasang dasi itu. Ia pun menatap wajah sang suami. Menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapannya.
"Dia minta kita ikut liburan sama mereka. Ke Puncak atau ke mana gitu tadi. Pokoknya dalam rangka ulang tahun Andrea," terang Daniel.
Nadien mengangguk mengerti. Sesaat kemudian, ia memeluk lengan Daniel dan mengajaknya turun ke meja makan.
"Jadi gimana, sayang? Kamu mau kan menuruti keinginan Dev?" tanya Daniel.
"Boleh. Kalau sudah fix tempat dan waktunya, bilang aja! Nanti aku cepat-cepat selesaikan urusan kantor biar bisa ikut liburan itu," jawab Nadien penuh semangat.
'Pasti Vania sekalian mau bilang soal kehamilan dia. Aku harus ikut, biar Daniel juga bisa dengar langsung kabar kehamilan Vania,' batin Nadien.
Nadien tahu, bagi Daniel, Devania Putri Renandi, atau yang kerap disapa Dev atau Vania adalah orang yang sangat penting. Mereka bersahabat sejak masa kanak-kanak. Dan Nadien dapat menerima itu semua.
"Serius kamu mau ke kantor? Kamu sudah nggak apa-apa memangnya?" tanya Daniel setelah sampai di ruang makan.
"I'm fine, Dan. Cuma masih memar dikit aja, kan? Udah nggak pusing kayak semalam juga," balas Nadien.
"Aku tetap khawatir, Nad. Kamu baru saja kecelakaan loh. Bagaimana kalau urusan kantor kamu aku handel dulu?" tawar Daniel.
"No. Kamu juga punya banyak kerjaan. Aku bisa kok. Lagian, nggak bisa, Dan, aku santai-santai di rumah saat kantor banyak masalah begini. Pokoknya aku harus ikut terjun langsung, atau aku nggak akan tenang," terang Nadien.
Daniel hanya bisa menghela napas panjang. Sebagai pemilik sekaligus pimpinan sebuah perusahaan, ia mengerti betul apa yang sedang Nadien rasakan kini.
Perusahaan Nadien sedang terkena musibah yang cukup besar. Beberapa hasil produksinya disabotase hingga perusahaan itu mengalami kerugian besar. Belum lagi kepercayaan publik terhadap produk Nadien juga menurun.
Sebenarnya Daniel sudah beberapa kali menawarkan bantuan, tapi Nadien menolak. Nadien masih berusaha menemukan penyebab masalah itu dan dalang di baliknya, tanpa melibatkan siapapun.
"Tapi ingat, kalau memang sulit, kamu harus bilang ke aku! Dan kamu harus mau menerima bantuanku! Aku nggak mau kamu susah sendirian begini, sayang," Daniel.
"Aku tahu, Daniel. Sejauh ini masih aman-aman saja kok. Kamu tenang, ya!" balas Nadien sembari memasang senyum hangat.
*
Hari dimana Nadien dan Daniel akan liburan bersama Vania dan Andrea telah tiba.
Nadien dan Daniel pun sudah menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa sejak semalam.
Tapi, pagi ini Daniel mendapat kabar dari sekretarisnya kalau ada beberapa file yang harus Daniel kerjakan sekarang. Jadi, ia harus berkutat lebih lama dengan laptopnya.
"Dan, belum selesai juga, ya?" tanya Nadien sembari menghampiri Daniel. Ia baru saja teleponan dengan Vania. Dan wanita hamil itu memintanya segera datang untuk membantunya menyiapkan sarapan.
"Belum, sayang. Ini masih agak lama. Kamu sarapan duluan aja, ya?" Daniel.
Nadien membanting pantatnya di atas kasur.
"Bukan gitu, Vania minta aku buruan datang. Dia lagi nyiapin sarapan, dan dia minta aku bantuin dia. Boleh nggak kalau aku pergi duluan?" terang Nadien.
"Hmm... tapi nanti kita bawa mobil sendiri-sendiri? Terus koper kamu gimana? Biarin di mobil aku aja?" tanya Daniel.
"Aku naik taksi online, oke? Ya udah, aku duluan ya, sayang. Bye," pamit Nadien sembari mengambil tas jinjingnya dan bergegas meninggalkan Daniel yang masih heran dengan tingkah istrinya itu.
"Hh.. mau gimana lagi? Dari pada Dev keburu ngambek," gumam Daniel kemudian kembali fokus pada laptop di hadapannya.
Sampainya di halaman rumah Vania, Nadien mendengar suara keributan seperti dua perempuan yang sedang beradu mulut. Ia pun mempercepat langkahnya. Dan ternyata, pintu utama rumah itu sudah tidak terkunci.
Nadien berlari kecil hingga ia bertabrakan dengan seorang gadis remaja. Gadis itu tampak pucat, seperti orang ketakutan, atau sedang sakit.
"Kamu siapa? Ada apa?" tanya Nadien bingung.
Gadis remaja itu menepis tangan Nadien di lengannya, kemudian berlari cepat meninggalkan kediaman Vania dan Andrea.
"Aaarrrgh! Tolong!" Perhatian Nadien kembali tertuju pada suara rintihan itu. Asalnya dari lantai dua. Nadien pun bergegas menaiki tangga.
"Mas Andrea, tolong! Sakit sekali,"
"Vania! Astaga, Van kamu kenapa?" tanya Nadien yang langsung bersimpuh di hadapan Vania.
Bagaimana tidak terkejut, jika kita tiba-tiba dihadapkan dengan seorang wanita yang merintih kesakitan sembari memegangi perutnya? Belum lagi, wanita itu dalam keadaan hamil muda.
"Nadien, sakit," ringis Vania.
"Sabar ya, Van.. aduh, darah?" Dan kini, ditambah lagi adanya darah yang mengalir membasahi dress bagian bawah Vania.
Vania makin terisak. Ia mencengkram erat lengan Nadien. Tampak sekali raut kesakitan sekaligus ketakutan di sana.
"Nadien, ini sakit sekali. Tolong!" ringis Vania lagi.
"Andrea!!" teriak Nadien.
"Astaga, Vania!" Tidak perlu dipertanyakan lagi siapa pemilik suara itu. Dia adalah Andrea. Dan dengan secepat kilat ia langsung melesat menghampiri istrinya yang sedang merintih kesakitan.
"Nadien, apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Andrea.
Mata Nadien membulat. Ia menggeleng, namun mulutnya terasa kaku untuk sekadar menjawab pertanyaan Andrea.
Apakah Andrea mencurigainya?
"Apa yang kamu lakukan pada istriku?" bentak Andrea.
"Buk.. bukan, bukan ak.. aku, Ndre," bahkan Nadien sampai tergagap karena keterkejukannya mendapati sikap Andrea yang tak seperti biasanya.
"Mas.. tolong! Tolong aku! Tolong selamatkan bayi kita!" sambung Vania dengan suara yang kian lirih, teredam isakkannya yang semakin kuat.
"Bb.. bayi?" kaget Andrea.
Oh... bahkan Nadien sempat lupa dengan kondisi Vania saat ini. Dan bahkan ia juga lupa, jika Andrea juga belum tahu soal kehamilan Vania. Tapi, hal buruk ini malah terjadi. Tepat saat Nadien berada di sini. Menjadi satu-satunya orang yang sedang bersama Vania. Sepertinya masalahnya akan menjadi cukup runyam.
Nadien hanya bisa terpaku saat Andrea sedikit menabrak bahunya dan berlari melewatinya, menuruni tangga, bersama dengan Vania yang masih merintih kesakitan.
Nadien terlalu shock. Ia bahkan tak mampu menopang berat tubuhnya sendiri hingga akhirnya terduduk di lantai.
"Tidak... bukan aku. Kenapa Andrea menuduhku? Apa aku kelihatan sejahat itu?" Jujur, Nadien sangat kecewa dengan Andrea yang tiba-tiba menuduhnya.
Nadien tahu, di masa lampau, ia pernah berbuat salah pada Vania. Apa itu alasannya? Tapi ia sudah berubah. Kenapa Andrea tak bisa mempercayainya yang sekarang? Padahal, Andrea pernah menjadi bagian penting dalam hidup Nadien. Salah satu orang yang paling dekat, dan mengerti sifat Nadien. Tapi kini.... kenapa laki-laki itu tiba-tiba berubah?
***
Bersambung...
Nahloh.. gimana nasib Nadien setelah ini? Yang baca Devania 2 pasti udah paham duluan. Tapi yang belum baca, nggak apa-apa. Nanti tetap bakal aku bedah secara runtut di cerita ini kok :)
Yang belum paham kisah Nadien dan Andrea, bisa baca di cerita Devania. Pokoknya cerita ini berhubungan erat dengan Devania dan Devania 2. Bisa dibaca terpisah, tapi akan lebih mudah dipahami jika baca ketiganya secara berurutan, Devania -> Devania 2 -> Pemeran Pengganti
Terima kasih sudah mampir. Bagi yang belum love, silakan klik love di halaman cover&blurb, bagian pojok kanan bawah, agar cerita ini masuk pustaka kamu dan gampang kalau mau lanjut baca. Terima kasih :)