Marah, kesal atau senang? Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Pria itu seenaknya saja menciumku di tempat umum. Apa dia pikir aku sebuah boneka yang bisa di mainkan? Oh, maaf saja Sasya Kamila bukan boneka. Jangan harap bisa memainkannya seenak jidat. Bulu kudukku meremang saat langkah seseorang mendekat. Sebuah suara yang paling aku benci terdengar menyapa. Aku paling malas meladeni orang itu. Mereka mungkin akan senang melihatku yang mati kutu karenanya. “Ah, aku tidak menyangka kita bisa bertemu lagi, Jun Hee,” ujar Raina yang berdiri di sampingku. Tangan gadis itu bergelayut manja di lengan suaminya―Kevin. Aku malas menatap dua makhluk itu, mereka hanya membuat aku kesal saja. Bayanganku masih teringat saat kejadian di pulo cinta di mana Raina lebih membela suaminya yang je