Anak Rida

2393 Words
Setelah selesai berdiskusi membahas operasi malam nanti, Unyis X memanggil Gemoy dan sekali lagi memintanya untuk pulang. "Tidak! Nyonya Unyis, aku tidak pulang sampai ketiga anakku ditemukan. Kasihan Siska dan Bunda Yasmine di rumah, mereka juga merasa kehilangan sama sepertiku." Jawab Gemoy. Gemoy tetap menolak, induk malang yang kehilangan anaknya itu malah pergi untuk menyusuri seluk beluk kampung demi dapat mencari ketiga anaknya sendiri. Gemoy berjalan sendirian menyusuri setiap jalan setapak dan sudut-sudut kampung terutama G4ng Delapan dan G4ng Sembilan. Unyis X tidak bisa melarangnya. Dia memahami bagaimana perasaan Gemoy saat ini sebagai sesama kucing betina. Setelah memastikan bahwa hilangnya ketiga anabul dan beberapa kucing lainnya mungkin akibat ulah seekor ular, Unyis X tidak ingin memberitahu Gemoy dan bahkan Unyis X tidak lagi berjanji akan menemukan anak-anak Gemoy. Unyis X hanya terdiam melihat Gemoy pergi berjalan sendirian, dengan pelan menapaki G4ng demi G4ng. Unyis X tidak ingin memberi harapan palsu kepada Gemoy. Lagipula, Unyis X menduga bahwa ketiga anak Gemoy saat ini sudah dimangsa oleh sang ular, harapan ketiga anak Gemoy masih hidup sangat lah tipis. Hampir 99% kemungkinannya ketiga anabul kecil malang itu telah di mangsa. 1% sisanya hanyalah sebuah keajaiban. Tidak ada harapan hidup bagi seekor kucing kecil jika sudah berhadapan dengan seekor ular besar. Oleh karena itu Unyis X tidak ingin menjanjikan apa-apa lagi pada Gemoy. Dia hanya berharap bisa menghentikan ular itu sesegera mungkin, sehingga tidak harus ada lagi yang mengalami nasib seperti Gemoy atau kucing-kucing kecil malang itu. Sementara itu di rumah Aprillia, Rimpu dan Lupix yang terlihat habis bermain bersama sedang rebahan dengan santai di ruang tengah atau ruangan tamu di rumah Aprillia. Mereka menurut pada perintah Unyis X untuk tidak dulu keluyuran dan tidak ikut mencampuri urusan Kumis Bayangan. Biasanya Rimpu akan lebih mudah tergoda dengan kesempatan untuk membuktikan diri di situasi seperti sekarang ini, tapi kini dia sudah lumayan dewasa. Pikirannya telah dapat berpikir dengan jernih. Instingnya sudah mengenali mana-mana saja keputusan yang terbaik. Rimpu bukan lagi sosok kucing kecil yang gegabah dan sangat ceroboh seperti dulu. Kali ini dia benar-benar menurut pada ucapan ibunya. "Membosankan ya, Lupix. Seharian hanya rebahan seperti ini," kata Rimpu. "Tapi tidur menyenangkan kan? Kita sejatinya memang makhluk mageran yang suka rebahan." Sahut Lupix. "Haahhh, tapi tidak seperti ini juga sih. Ini terlalu membosankan," gumam Rimpu. "Sementara yang lain sedang mengurus masalah besar. Kalau bisa, aku ingin sekali bergabung dengan Kumis Bayangan malam nanti. Aku tidak pernah menghadapi yang namanya ular itu, atau pernah melihatnya." "Operasi itu akan diadakan malam nanti ya kawan?" "Iya, tadi ibuku menghubungi. Katanya dia dan Kumis Bayangan akan sibuk malam nanti." "Eh Rimpu, kau memang belum pernah menghadapi yang namanya ular, tapi kau kan pernah berhadapan dengan para Remover waktu itu, bahkan kau bisa mengalahkan mereka semua. Jadi secara hipotesa bisa kusimpulkan bahwa melawan ular pun kau pasti bisa menang. Ini namanya hitung-hitungan dalam pert4rungan. Kau bisa menang melawan makhluk metafisik, maka makhluk fisikal seperti ular harusnya bukanlah masalah bagimu." "Kenapa semua kucing disini mengatakan aku yang mengalahkan semua Remover waktu itu? Kau juga Lupix, kau percaya saja dengan semua yang mereka katakan," kata Rimpu sambil menguap lalu menjatuhkan kepalanya, kembali berbaring. "Seingatku ... aku hanya mengalahkan satu. Aku bahkan tidak tahu waktu itu ada banyak makhluk Remover yang katanya menyerang Batu Kunawa dikarenakan saat itu aku sudah pingsan. Kalian pasti salah, yang mengalahkan para Remover itu pastilah ibuku. Tuan Rimpam juga terluka parah, dan hanya ibuku yang cukup kuat untuk mengalahkan semua Remover itu." Lupix hanya terdiam sambil tersenyum menatap Rimpu. Walau Rimpu tidak menyadari apa yang sudah dilakukannya malam itu dan Lupix sendiri tak melihatnya secara langsung, tetapi Lupix tetap yakin dan percaya bahwa kekuatan Rimpu lah yang telah menyelamatkan mereka semua kala itu. Lupix percaya dengan desas-desus itu, bahwa Rimpu laj yang telah melakukannya, mengalahkan semua Remover! Lupix sendiri telah memastikannya pada malam itu, betapa luar biasanya kekuatan yang dimiliki Rimpu. Dapat menghancurkan segitiga Louvre andalan mereka yang harusnya mustahil untuk dipecahkan. Ada sesuatu dalam diri Rimpu yang Lupix yakin menyimpan satu kekuatan besar. Lupix hanya tidak mengetahui kekuatan macam apa itu. Sejauh Lupix menjadi partner dari Rimpu dan membantunya mengaktifkan warpzone selama ini menggantikan Milka, Lupix bisa dengan jelas melihat progress Rimpu yang menakjubkan. Perkembangan yang benar-benar tidak biasa bagi seekor kucing apalagi yang terlahir tanpa memiliki meongan. Apa yang dilihat oleh Lupix, juga dilihat dan dirasakan oleh Rimpam tiap kali ia melatih dan merangsang insting Rimpu dalam warpzone. Sesuatu yang akan membuat siapapun merasa takjub. *** Rimpu dikejutkan dengan bertandangnya Ahmad Rida ke rumah Aprillia. Suatu pemandangan yang jarang sekali ia lihat. Semenjak pertama kali Rimpu tiba di Batu Kunawa dan selama ini sudah tinggal bersama Rida, Ahmad Rida memang sudah jarang sekali terlihat bergaul dengan Aprillia. Makanya saat ini Rimpu terlihat terkejut. "Assalamualaikum," kata Rida ketika hendak memasuki Rumah Aprillia. "Waalaikumussalam. Masuk nak Rida, Aprillia bilang tunggu sebentar lagi. Dia nanti juga bakal keluar, tunggu aja." Sahut ibunda Aprillia yang kebetulan juga sedang ada di rumah. "Mau minum apa nih nak Rida?" "Terima kasih Bi, gak usah repot-repot." Jawab Rida sungkan. "Disini juga bentar aja kok. Kan mau pergi," "Ya sudah kalau begitu. Tunggu aja ya, sebentar lagi Aprillnya juga keluar." Rida tidak begitu terkejut ketika mendapati kucingnya Rimpu ada di ruangan tamu rumah Aprillia sedang berbaring tak tahu muka. Rida tahu bahwa Rimpu sering bermain dengan kucingnya Aprillia, Lupix. Rida hanya tersenyum simpul melihat wajah bengong Rimpu yang nanar menatapnya. "Ada apa ini? Kenapa tuan Rida ada disini...?" tanya Rimpu kebingungan. Sesaat setelah itu Rimpu sadar dari lamunan kebingungannya dan langsung menghampiri Rida. Ia seketika mengusap-usapkan tubuhnya ke kaki Rida, langsung hendak bermain dengan Rida yang dikenalnya. Rida membalas sapaan hangat Rimpu dengan belaian penuh cinta dari usapan tangannya. "Senang main sama Lupix ya?" gumam Rida sembari masih mengelus-elus tubuh dan kepala Rimpu. Sementara tidak jauh dari sana, di anak tangga yang menuju ke bagian atas kamar Aprillia, Fleurs dan Coupone terlihat sama-sama sedang mengintip Rida yang tengah duduk manis di sofa. Mereka berdua kucing dewasa yang super kepo dengan perkembangan hubungan antara Aprillia dan Rida. Sebagai kucing yang paham betul akan perasaan ownernya, Aprillia, Fleurs dan Coupone merasa sangat senang karena Rida akhirnya mengajak Aprillia untuk kencan berdua, Rida akhirnya mulai akrab lagi dengan owner kesayangan mereka, Aprillia. Ini moment yang sudah lama mereka tunggu-tunggu sejak dulu. "Pantas saja sejak bangun tadi pagi, Aprillia nampak begitu senang dan berbunga. Suka senyum-senyum sendiri kuperhatikan. Dia bahkan lupa mandi, padahal biasanya rajin." Kata Fleurs. "Ooohh, jadi ini asalannya." Sahut Coupone. "Ini adalah impian Aprillia yang menjadi kenyataan." "Akhirnya ... tuan Rida, kesayangan semua kucing di kampung ini, mau mengajak Aprillia kita jalan berdua." Kata Fleurs terlihat sangat bahagia. "Kira-kira mereka berdua mau kemana ya?" "Yaa mana kutahu sayang mereka mau kemana." Jawab Coupone. "Yang paling penting saat ini adalah bahwa Rida sudah mulai sedikit membuka hatinya untuk Aprillia kita. Semoga saja bunganya tetap mekar tanpa pernah layu. Akhirnya, musim semi itu berkembang dengan sendirinya." "Andai saja kita berdua bisa ikut mereka ya." Timpal Fleurs. "Hah, yang benar saja sayang. Mana ada orang kencan bawa-bawa kucingnya." "Nggak ada salahnya kan? Toh Mbak Aprillia juga baru aja beli tas ransel yang untuk bawa kucing keluar. Tas itu dibeli buat apa dong kalau nggak untuk mengajak kita jalan keluar?" "Kau ini, seperti tidak mengenal Aprillia kita saja. Dia kan memang suka membeli apapun yang menurutnya manis. Seperti barang yang lain, tas itu pun juga pasti jarang dipakai nantinya, atau tidak pernah sama sekali. Memangnya Aprillia mau membawa kita kemana dengan tas pengangkut kucing itu? Paling juga Lupix yang diajak kalau Mbak Aprillia mau mencoba tas itu nanti," Aprillia kemudian terlihat turun. Begitu anggun dengan pakaian santainya namun masih terkesan modis khas anak muda. Dia butuh waktu lama hanya untuk memilah-milah pakaian dan celana apa yang akan dikenakannya untuk jalan berdua dengan Rida hari ini. Baginya ini adalah moment yang sangat istimewa. Aprillia tentu tak ingin tampil biasa di hadapan sang pujaan hati. Dia hanya tidak menyadari bahwa Rida tidak pernah mempermasalahkan semua itu. Rida bahkan hanya menyukai jika seseorang itu tampil sederhana dan apa adanya. "Maaf, kamu nunggunya lama ya? Maaf banget ya, Rid." "Nggak apa-apa kok. Lagian ini seperti di rumah, ada Rimpu disini yang menemani." Kata Rida seraya tertawa. "Iya Rid, semenjak kamu pelihara Rimpu, dia memang senang kemari. Main sama kucingku, si Lupix." "Padahal mereka berdua beda kasta ya? Eh, ras maksudnya." Kata Rida coba membuat joke ringan untuk mencairkan suasana. "Hewan saja tidak membeda-bedakan rasnya untuk sekedar main bersama. Tapi manusia malah sebaliknya, terkadang memberi sekat dan jarak pada sesuatu yang dianggap berbeda atau berlainan dengan dirinya. Membuat banyak sekali skisma, contohnya agama." "Duh, yang sekolah teologi islami, bahasanya langsung filosofis dan berat gini." Sahut Aprillia tersenyum manis. Aprillia menutup kedua mulut dengan telapak tangan. Tapi Rida bisa melihat jelas manisnya senyum itu. Bersembunyi di sela-sela jari jemari Aprillia. Tawa manis Aprillia diakhiri dengan ekspresi memajukan sedikit kedua bibirnya. Menambah kesan manis gadis berhijab berwarna biru toska yang sedang berdiri di hadapannya. Sebagai seorang lelaki, Rida tentu saja bisa terpesona karenanya. Sampai saat ini, Rida baru menyadari bahwa teman yang sudah lama bertetangga dengannya itu merupakan gadis yang cantik dan menawan hati. Rida tiba-tiba menjadi gugup dan gerogi saat mengingat bahwa kali ini dia akan mengajak jalan Aprillia. Padahal tadi dia masih terlihat santai dan biasa. "Kamu ... nampak manis juga Pril, jika tampil seperti ini." Gumam Rida, tak tahu harus berkata apa. "Masa...? Emm, makasih." Sahut Aprillia menatap tajam langsung ke arah mata Rida. Guratan senyuman indahnya semakin membuat tatapan itu terasa melumpuhkan nyali seorang pria. "Kita jalan sekarang?" tanya Aprillia. "Ya, oke, ayo." Sahut Rida tersadar dari keterpesonaan sesaatnya. "Bi, kami berangkat!" kata Rida izin pamit pada mama Aprillia yang sedang berada di dapur belakang. "Ya, kalian berdua hati-hati ya. Pulangnya jangan malem-malem." "Sebentar aja kok Mah" Jawab Aprillia. "Assalamualaikum." kata Rida. "Waalaikumussalam." Sahut mama Aprilia dari dapur. "Emm, kita mau kemana?" tanya Rida. "Kemana aja Rid, terserah kamu deh. Kan kamu yang ngajak." "Aku sih, mau ajak kamu nonton Pril. Mau gak nonton film? Ada film yang seru loh. Aku sudah lihat trailernya, lumayan keren. Mau...?" "Tentu, nggak masalah." Aprillia setuju, tanpa ada sedikit pun mimik tak suka pada pilihan rencana yang ditawarkan Rida. Rasanya bisa jalan berdua dengannya saja sudah membuat puas hati Aprillia. Rida juga pamit pada Rimpu dengan mengelus-elus kembali kepalanya. Rimpu hanya memperhatikan Rida yang beranjak keluar, pergi berdua bersama Aprillia. "Jangan lupa pulang, Rimpu. Terus makan. Jangan berkelahi dengan kucing lain ya." Pesan Rida pada Rimpu. Aprillia bergeming. "Eh, jangan pulang apanya Rid?" "Oh," Rida sedikit tergelak. "Bukan kamu kok. Aku tadi bicara sama Rimpu," "Kamu lucu deh, kucing kok diajak ngobrol. Tapi sejak dulu ... waktu kamu masih kecil, emang sudah senang ngobrol sama kucing gini sih. Apalagi waktu kamu marahin Unyis keduamu waktu itu karena dianya nggak pulang ke rumah beberapa hari." Rida tertegun dan tersenyum sejenak. "Kau ingat kejadian itu Pril? Fragmen ingatan yang bahkan sudah terlupakan olehku jika tadi tidak kamu ingatkan." "Ya ingatlah, aku selalu merhatiin kamu kok Rid." Kata Aprillia keceplosan bicara. "Eh, Enggak, maksudku ... kita kan, kita kan tetanggaan Rid. Ya ingatlah," Aprillia menolehkan pandangannya dan meringis sambil memejamkan kedua matanya. Perlu banget nggak sih keceplosan di saat begini? Pikir Aprillia dibenaknya, sedang menahan malu. Rida hanya tersenyum sambil sedikit mengangguk. Melihat Rida dan Aprillia pergi bersama, membuat Fleurs histeris tak karuan. Ia menggoyang-goyangkan tubuh dan ekornya sampai-sampai membuat Coupone yang ada di sebelahnya terpelanting jatuh ke bawah tangga. "Ah, sayang, maafkan aku...!" "Hhhhh," Coupone hanya bisa tersandar di sudut bawah tangga. Setelah tuan Ridanya pergi, Rimpu bertanya pada Lupix, apa Lupix tahu Rida dan Aprillia mau menuju kemana? Lupix hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu. "Biasalah kawan, itu urusan sesama manusia dan bukan urusan kita. Paling juga kencan," "Kencan? Apa itu?" "Itu ... semacam, apa ya? Susah mau jelasinnya dalam ungkapan kucing. Intinya dimana dua orang manusia saling bersama, saling jatuh cinta dan saling berkasih sayang satu dengan yang lainnya. Kalau kita beruntung, kelak mungkin saja Rida dan Aprillia akan mengikat hubungan mereka dengan ikatan pernikahan dan mereka akan memiliki seorang anak setelahnya." "Pernikahan? Punya anak? Tunggu dulu, aku seperti pernah mendengar semua istilah ini. Ah," decak Rimpu menyadari sesuatu. "Apa yang kau maksud sama dengan musim kawin? Sebentar lagi kan memang musim kawin, dan ibuku juga mengikutinya. Apa tuan Rida dan Mbak Aprillia juga? Mereka akan kawin dan memiliki anak, begitu kan? Jadi sekarang mereka berdua pergi untuk kawin dan punya anak...?" Rimpu cukup antusias. "Astaga, kawan. Bukan seperti itu." "Kau bilang tadi menikah dan punya anak. Itu sama saja seperti musim kawin kan?" "Hampir sama Rimpuuu. Tapi kawan, musim kawin kita para kucing dengan kawinnya manusia jelas tidak sama. Jauh sekali berbeda dan tak ada kesamaannya." "Berbeda dan tak sama bagaimana? Aku tidak paham kawan." Kata Rimpu. "Begini kawan kujelaskan. Kau pasti juga sudah tahu bahwa manusia dan kita para hewan berbeda kan? Mereka manusia adalah makhluk atau ciptaan paling istimewa di dunia ini. Tidak seperti kita, manusia terikat dengan banyak sekali aturan-aturan untuk mereka sendiri Rimpu." "Dan beberapa aturan itu dibuat oleh Tuhan," sela Rimpu. "Ibuku juga sudah mengajariku tentang batasan itu." "Nah, itu kamu paham kawan. Jika manusia melanggar aturan-aturan itu terutama yang telah digariskan oleh Tuhan, maka mereka ..." "Maka mereka akan mendapatkan dosa." Sahut Rimpu. "Benar sekali kawan! Manusia merupakan makhluk paling mulia dan sangat dimuliakan di muka bumi. Mereka hidup sebagai penguasa tunggal alam ini. Diatas dari segala level makhluk hidup yang ada. Tentu saja untuk sesuatu yang disebut perkawinan, antara mereka dan kita jauh sekali berbeda. Pernikahan mereka dilakukan dengan lebih khusyu, penuh makna, doa dan tidak boleh sembarangan seperti kita," "Aku mulai paham Lupix." Tegas Rimpu. "Tapi seperti katamu tadi, jika berjalan lancar ... maka tuan Rida dan Mbak Aprillia akan memiliki anak dari perkawinan mereka berdua kan?" "Itu sudah pasti Rimpu. Semua makhluk ciptaan Tuhan bisa bereproduksi dan memang ditetapkan untuk itu. Kau bisa tunggu, kelak jika kita beruntung ... kita mungkin akan bisa melihat anak dari tuan Rida dan Mbak Aprillia kawan." "Anak dari tuan Rida ya," gumam Rimpu. Dalam hati kecilnya saat ini, Rimpu sangat ingin hal itu cepat terjadi. Rimpu akhirnya memiliki impian baru yakni untuk bisa melihat keturunan dari manusia kesayangannya. Dia bersemangat menyangkut hal ini. Tak sabar rasanya bagi Rimpu saat ini untuk bisa sampai di masa itu. Rimpu akan bersabar menanti sampai tibanya masa itu, masa dimana ia bisa melihat sendiri anak dari Ahmad Rida.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD