Ancaman Perpecahan

2282 Words
Hari semakin berlalu dan senja telah menyingsing. Masih ada sekitar tiga jam lagi untuk para kucing itu melancarkan operasi mereka. Rencananya operasi pencarian ular Piton itu akan dilakukan pada malam hari sekitar jam 10 malam dimana para manusia rata-rata sudah tertidur lelap dan rumah mereka menjadi sepi tanpa gerak aktivitas. Di saat itulah Kumis Bayangan bisa melakukan pencarian dengan lebih maksimal dan leluasa tanpa gangguan. Masalah pun terjadi ketika kondisi cuaca nampak tidak sedang mendukung malam hari ini. Silauan kilat dan gelegar guntur mulai menggema di seantero cakrawala, saling bersahutan bergantian, mengintip di sela-sela balik awan mendung di malam hari. Kilat dan Guntur adalah pertanda akan datangnya hujan. Malam ini sepertinya sudah jelas akan diwarnai oleh guyuran hujan deras dan cuaca buruk. Ini tentu saja suatu masalah yang tidak diperhitungkan oleh para kucing. Cuaca buruk seperti turunnya hujan akan menggagalkan total rencana operasi para kucing mencari sang ular. Para kucing memiliki indera penciuman yang sangat tajam dan kuat, paling tajam diantara semua keluarga hewan mamalia pemburu. Kemampuan mengendus seekor kucing bisa sampai radius ratusan meter bahkan bisa satu hingga dua mil jauhnya. Sedangkan indera pendengaran mereka jauh lebih peka lagi dengan cakupan radius yang jauh lebih luas. Akan tetapi baik Indera penciuman maupun Indera pendengaran kucing akan terganggu hingga bisa tidak berfungsi dengan baik ketika cuaca sedang buruk. Faktor vibrasi angin yang tak menentu dan suhu ketika hujan mengacaukan radar penciuman mereka sehingga tidak lagi menjadi akurat. Sementara kemampuan indera penciuman sangat mereka butuhkan saat ini ketika hendak melakukan operasi pencarian besar-besaran terhadap seekor ular. Beberapa anggota Kumis Bayangan telah berdiri dengan gagah di tempat mereka masing-masing. Sebagian besar berdiri di atas-atas atap rumah warga, memandang mendung dan ganasnya awan hitam diatas mereka yang berkilauan dengan kilat kemerahan. Sementara yang lainnya ada yang beroperasi di bawah, di pekarangan depan rumah-rumah warga. Sisanya menyusup di kolong-kolong rumah dengan senyap bagaikan tikus besar. Unyis X nampak duduk tegap diatas atap loteng rumah Rida mengawasi situasi. Ia memandang ke atas langit mendung yang menggelisahkan. Rintik-rintik air kecil dan hembusan angin malam yang dingin semakin meyakinkan Unyis X akan turunnya sebuah hujan malam ini. "Nyonya Unyis," kontak Kitty di suatu tempat. "Bagaimana ini...? Jika hujan deras terjadi, operasi malam ini tidak bisa kita jalankan. Mustahil untuk kita bisa menemukan ular itu dengan keadaan cuaca yang seperti ini. Apa kita batalkan saja operasinya?" "Aku tahu Kitty, cuaca sedang tidak bersahabat." Jawab Unyis X, menatap ke sekitar. "Tapi kita tidak boleh menunggu lebih lama lagi untuk menemukan dan meringkus ular itu. Bukan hanya keselamatan para kucing saja yang dipertaruhkan disini, tetapi juga para warga yang tinggal di kampung ini. Berharap saja hujan tidak akan turun dengan cepat malam ini." "Dimengerti," sahut Kitty. Sementara di tempat lain. Kital berada di bawah kolong dan telah menyusuri hampir belasan kolong rumah warga. Ia melaporkan pada Kitty tidak menemukan tanda-tanda adanya ular yang bersembunyi di bawah kolong-kolong rumah. "Kemungkinan besar ular itu berada di dalam salah satu rumah warga, sedang bersembunyi disana. Tidak salah lagi," kata Kital menghubungi sahabatnya, Senru. Sementara Senru diatas atap di G4ng Sembilan sedang bersama Izul. "Siapa yang melapor? Bagaimana situasi di bawah sana?" tanya Izul yang meloncat dari satu atap ke atap yang lainnya, mendekati Senru yang sedang berada di salah satu atap rumah warga. "Negatif, Kital melaporkan ular itu tidak ada di kolong. Bisa jadi benar-benar ada di dalam salah satu rumah warga," "Jadi begitu ya, mungkin diatas plafon." Gumam Izul. "Tadi beberapa anggota kita juga telah melakukan survey, mana-mana saja rumah yang memiliki plafon dalam cakupan perimeter operasi yang sudah Shaman beritahukan. Tapi masalahnya saat ini hendak turun hujan, bagaimana nasib operasi kita?" "Entahlah," jawab Senru. "Tapi ketua Kitty telah membuat mapping daerah mana yang potensial sebagai tempat ular itu bersembunyi. Cakupan areanya sudah kita ketahui. Jika tidak bisa memburunya malam ini, setidaknya kita bisa mengawasi pergerakannya saja kan, dan di lain waktu baru kita akan meringkusnya." "Itu juga tidak masalah. Eh, Senru? tanya Izul. "Apa kau merasa bersemangat dengan perburuan ini? Kita Kumis Bayangan kan jarang sekali mendapat misi besar seperti ini. Operasi malam ini mengingatkanku akan operasi besar-besaran malam itu, operasi warpzone skala besar untuk melawan Sang Remover. Apa kau merasakannya?" "Tentu, semenjak malam itu kita tidak pernah melakukan misi besar lagi. Tapi operasi ini tentu saja jauh sekali berbeda dengan waktu itu, sama sekali tidak sama. Operasi waktu itu sangat besar, skalanya tidak pernah ada sebelumnya, dan tak pernah dilakukan oleh para kucing di Batu Kunawa sebelumnya. Warpzone dengan cakupan luar biasa yang diaktifkan oleh banyak kucing di Batu Kunawa secara serempak. Semuanya saat itu bekerja sama. Para pemimpin G4ng, para komplotan dan pimpinannya, para garong, bahkan para Balam Raja. Itu adalah kerja sama terbesar yang pernah dilakukan dan yang pernah kulihat! Dibandingkan dengan operasi itu, operasi kita kali ini hanyalah operasi biasa dan tidak ada apa-apanya." "Iya kau benar, tapi setidaknya ini mengingatkan kita akan operasi besar kala itu kan," kata Izul. Sementara itu di tempatnya Unyis X terlihat turun dari atap ke bawah, menuju ke bagian teras loteng Rida. Disana sudah ada Rimpu dan Lupix yang juga sedang terlihat mengawasi keadaan dari atas. Mereka berjanji hanya menyaksikan saja dan tidak akan ikut campur dalam perburuan ular kali ini. Unyis X dengan tegas melarang Rimpu. "Bagaimana ibu? Operasinya jadi dilakukan?" tanya Rimpu ketika melihat ibunya turun, berpijak pada seng atap rumah di seberang loteng rumah Rida untuk menuju teras loteng. "Sepertinya tidak bisa nak. Kau lihat sendiri kan, bagaimana cuacanya," "Kenapa harus terjadi hujan di saat seperti ini, tidak bisakah hujan turun di lain waktu saja? Mengganggu." Sahut Lupix sedikit kesal. "Kau tidak boleh bicara begitu, Lupix." Tegur Rimpu. "Ibuku mengajarkan bahwa kita harus mensyukuri setiap keadaan dan situasi apalagi untuk sebuah hujan. Kata ibu, hujan merupakan rahmat yang turun dari sang pencipta untuk menghidupi bumi. Hujan bermanfaat dan dibutuhkan untuk restorasi alam setiap hari. Hewan, tanaman, tumbuhan, bergantung hidup pada air hujan." "Astaga kawan, maafkan aku. Aku bod0h sekali mengatakan itu. Aku lupa bahwa kita dilarang mencela hujan karena itu adalah sebentuk kasih sayang dari Tuhan," sesal Lupix. Unyis X tersenyum puas mendapati Rimpu dan Lupix cukup dewasa untuk bisa memaknai setiap fenomena yang ada di hidup mereka. Sebagai seekor hewan, kucing pun dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam. Salah satu dzikir para hewan adalah untuk mampu membaca ayat-ayat Kauniyah walau mereka tidak dituntut atau diwajibkan memahami ayat-ayat Qauliyah seperti halnya manusia. Shaman lalu mengontak Unyis X. Shaman mengatakan dia dan teman-teman Mata Tengah Malamnya akan berusaha mencari keberadaan ular tersebut dengan kemampuan mata ketiga mereka. Dia tahu bahwa cuaca buruk akan menggagalkan rencana para kucing sehingga Shaman beserta rekan kucing hitam lainnya akan membantu sebisa mereka dalam pencarian ular itu. "Tenang saja Nyonya Unyis, walaupun hujan turun nantinya, kami akan membantu kalian mencari tempat persembunyian ular itu. Kita bisa mengawasi gerak-gerik ular itu jika sudah ditemukan, itu tidak masalah walau kita tidak bisa meringkusnya malam ini." Kata Shaman. "Baik, terima kasih Shaman. Aku dan Kumis Bayangan mengandalkan kalian Mata Tengah Malam." Jawab Unyis X. Saat ini Unyis X harus berpikir keras selaku otak dari seluruh operasi. Mereka sedang berpacu dengan waktu dan cuaca malam ini. Keputusan harus segera diambil, nampaknya mereka harus mendahului hujan. Bagaimanapun cuaca seperti ini nampak semakin memburuk, dan datangnya hujan tak terelakan. Unyis X akhirnya sudah memutuskan. Mereka semua harus mempercepat operasi mereka. Walau keputusan yang Unyis X buat ini memiliki sedikit resiko, yakni para manusia kebanyakan masih belum tidur sehingga akan sangat sulit untuk masuk dan menyelinap ke dalam rumah-rumah mereka demi melakukan pencarian, belum lagi resiko akan terluka karena dipukul atau diusir dengan kasar oleh penghuni rumah tatkala mereka melihat para kucing itu diam-diam memasuki rumahnya di malam hari. Ini keputusan sulit yang harus diambil oleh Unyis X. "Kitty ... percepat waktu operasi! Kita tidak bisa menunggu lagi," kata Unyis X. "Percepat operasinya kakak? Tapi ... apa kucing lain akan setuju? Maksudku, mereka masih was-was jika mereka memasuki rumah warga di malam hari." "Aku tahu, resikonya besar. Rata-rata mereka yang ketahuan akan dipukul. Tapi tidak ada cara lain, ini harus dilakukan. Kita berpacu dengan waktu." "Anda benar, Nyonya Unyis. Akan saya perintahkan segera!" Kitty masih ragu dalam hatinya. Dia bukannya meragukan keputusan Unyis X, karena dia tahu keputusan apapun yang diambil oleh Unyis Rida merupakan keputusan terbaik. Dia hanya mengkhawatirkan bahwa keputusan ini akan menambah kuat gelombang ketidak-sukaan sebagian anggotanya pada Unyis Rida. Kitty langsung melakukan kontak ke semua anggota Kumis Bayangan yang dikerahkan malam ini. Dugaan Kitty dan kekhawatirannya pun menjadi kenyataan, protes kecil terjadi di beberapa anggota Kumis Bayangan. Mereka bergumam mengeluhkan keputusan Unyis X yang mereka anggap begitu gegabah dan tergesa-gesa. "Dia kira kita ini apa? Mentang-mentang kita yang bertugas menyusup ke rumah-rumah warga dan bukannya dia." Gumam kucing bercorak full oren. "Apa Unyis Rida tidak tahu resikonya memasuki rumah warga di jam-jam seperti ini...!? Sudah jelas, kita hanya alat baginya, tidak lebih, cih!" "Benar, Unyis Rida selalu sepihak mengambil keputusan. Kita mungkin dianggap hanya sebagai bidak saja." Sahut kucing bercorak loreng agak hitam. "Aku semakin mempertanyakan ketergantungan organisasi ini pada Unyis Rida. Aku tahu yang membentuk Kumis Bayangan dulunya adalah Unyis kedua Rida, Succsesor Unyis, tapi masih relevan kah kita dikomandoi oleh Unyis peliharaan Rida sementara organisasi kita sendiri memiliki ketua?" Sementara tanpa kedua kucing itu sadari, di dekat mereka ada Alik yang sedang memasang telinganya. Alik diam-diam memperhatikan semua obrolan dari kedua kucing tersebut yang berindikasi pada pembangkangan. "Ya. Padahal Unyis X bukanlah siapa-siapa di kampung ini. Succsesor Unyis jelas berbeda karena tuan Kilir adalah pemilik teritori terluas di Batu Kunawa dulunya, pembuat sistem Balam Raja, membawahi banyak komplotan, dan merupakan pemimpin G4ng Delapan juga. Tapi Unyis Rida yang sekarang...? Hanyalah induk betina biasa yang bahkan tidak memiliki teritori. Bukan juga pejantan atau Balam Raja apalagi pemimpin G4ng. Kenapa kita harus tunduk dibawah cakar seekor betina yang bahkan bukanlah ketua...?" "Benar, kita semua menyayangi Ahmad Rida, tetapi apa harus, kita juga selalu tunduk pada kucing peliharaannya...? Aku menanyakan hirarki tak resmi dan menyimpang seperti ini di Batu Kunawa." "Ketua Kitty terlalu lemah," kata seekor yang berwarna full oren. "Cukup dimaklumi karena Ketua Kitty adalah keluarga dekat Unyis X. Lagipula setiap ketua kita selalu ditunjuk oleh Unyis Rida kan. Dan lihat? Nepotisme ini telah berdampak untuk kita pada akhirnya, kita semua yang menjadi korbannya. Apa menurutmu ... ketua Kitty harus kita ...." "Makzulkan? Bukan ide yang buruk, tapi kenapa hanya sampai ketua? Tidakkah kita ingin jerat Unyis Rida juga lepas selamanya dari organisasi kita...?" "BICARA APA KALIAN...!!" teriak Alik, muncul di hadapan kedua kucing itu, Alik tidak bisa lagi menahan diamnya. "Kalian sadar sedang membicarakan siapa, hah!!!? Apa kalian tidak merasa sedang melakukan sesuatu yang buruk disini? Bicara di belakang organisasi, melakukan permufakatan jahat seperti ini terhadap Unyis Rida." "Loh, Alik, kami tidak sedang membelakangi organisasi. Kau sadar kan bahwa ini yang juga dihendaki oleh sebagian besar anggota organisasi. Kenapa kau marah seperti itu?" "Tentu saja aku marah! Kalian tidak sadar siapa yang kalian belakangi? Unyis Rida. Berani-beraninya kalian berniat melakukan itu dan hendak memakzulkan ketua! Kalian dengan enteng mengatakan semua ini tanpa ada rasa bersalah sama sekali." "Kenapa kami harus merasa bersalah hah Alik?" sahut kucing full oren atau kuning berekor pendek itu. "Tenanglah Alik." Kata kucing yang loreng. "Kami hanya menyuarakan pendapat kami saja. Kebenaran ini juga yang dikehendaki oleh sebagian anggota. Benar kan? Siapa Unyis Rida selain hanya daripada ia adalah peliharaan dari Ahmad Rida? Unyis X bukan ketua bukan pula pemimpin G4ng. Ketua G4ng kita dan G4ng Sembilan saat ini adalah tuan Rimpam." "Apa kalian sadar telah mengotori maruah dan kehormatan Unyis Rida saat ini?" geram Alik. "Kalian menyebut diri kalian mencintai Rida, tetapi dibelakang mencoba melawan dan menuding kucing peliharaannya. Kalian sudah lancang terhadap simbol penghormatan abadi di kampung ini." Kedua kucing itu saling tatap. "Bukan maksud kami untuk tidak hormat pada tuan Rida. Tapi, kau tidak akan mengerti. Kalian semua tidak akan mengerti. Alik, harusnya kau lebih bisa memahami tentang ini. Coba lihat, dengan ditunjuknya Kitty sebagai ketua, dia bisa leluasa menunjuk siapa saja untuk menjadi wakilnya di Kumis Bayangan." "Ya, sementara kami semua merasa kau lah yang lebih layak untuk posisi wakil itu. Kau jauh lebih kuat dari Izul. Kau dan Kital, harusnya menjadi kandidat kuat untuk dapat menjabat wakil ketua dari organisasi kita, tapi apa...? Kitty malah menunjuk Izul, bukan kalian. Padahal kalian berdua memiliki kualifikasi yang jauh diatas Izul bahkan diatas kemampuan rata-rata kami semua. Kalian berdua mewarisi kemampuan dari ayah-ayah kalian. Kau dan Kital adalah putra dari kucing-kucing terhebat di masanya. Ayah Kital adalah Pendulum Unyis, sementara ayahmu Alik, dia adalah ...." "Jangan bicara tentang ayahku di hadapanku!" bentak Alik. "Kau tidak merasa sudah ditenggelamkan oleh ketua Kitty, Alik? Apa kau tidak merasa kau sebenarnya layak untuk sesuatu yang lebih dari ini? Lihatlah sekarang, kau malah berada disini, bergabung bersama kami di lapangan sebagai salah satu tim pencari." "Aku tidak mempermasalahkan itu." Jawab Alik. Tanpa sepengetahuan kedua kucing itu, Alik melakukan kontak telepati dan melakukan sharing yang bisa didengar oleh Senru, Kital dan Izul. Semacam fitur loud speaker pada ponsel. Alik ingin memberitahu bagaimana gelombang pembangkangan itu semakin kencang berhembus di tubuh Kumis Bayangan. Kital, Senru dan Izul hanya terdiam mendengarnya. Mereka menyayangkan suara-suara sumbang itu. Suara yang datang dari dalam organisasi mereka sendiri, coba melawan pengaruh dari Unyis Rida yang selama ini menjadi kiblat dari organisasi mereka. "Aku tidak masalah dengan yang mereka katakan tentangku, mereka mungkin benar." Kata Izul. "Tapi aku tidak bisa memaafkan ketika mereka melecehkan Unyis Rida. Mereka sudah tidak mempunyai lagi penghormatan Kumis Bayangan yang seharusnya." Kital dan Senru bergeming pada Izul. "Benar-benar sudah membahayakan." Gumam Kital. "Gelombang itu semakin kuat saja berhembus, Kumis Bayangan sedang diambang krisis identitas!" Mereka bertiga dan Alik menyadari, rumah mereka akan segera diterpa badai besar yang selama ini belum pernah terjadi sebelum. Ancaman perpecahan!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD