Keesokan harinya, Rimpam datang dan naik ke atas Loteng Rida. Dia berkunjung pagi-pagi sekali. Rimpam mengatakan pada Unyis X bahwa dia sudah mendapat gambaran kasar siapa-siapa saja Kucing jantan yang siap berkompetisi di musim kawin kali ini. Dia sudah mengantongi nama-nama para pejantan yang kemungkinan besar siap terjun di musim kawin.
"Kau yakin...? Salah satunya Balam Raja?" tanya Unyis X.
"Bersyukurlah hanya satu Balam Raja yang ikut." Tandas Rimpam. "Ya, dia adalah Rog! Bisa dikatakan situasi kali ini cukup beruntung, tidak akan ada persaingan besar-besaran karena Hurik dan Blapam juga tidak sedang tertarik untuk mengikuti musim kawin kali ini. Apa kau senang?"
"Jadi sisanya ... kemungkinan besar adalah para rookie...?"
"Benar, beberapa pejantan asing. Mereka memang rookie di Batu Kunawa, tetapi di tempat asal mereka, kucing-kucing itu sudah memiliki banyak pengalaman musim kawin. Rata-rata pejantan yang ikut seusia dengan kami para Balam Raja, bahkan salah satu dari mereka kudengar sempat berkonfrontasi dengan Blapam beberapa waktu silam. Mereka berani mengganggu wilayah seekor Balam Raja, kau tahu artinya kan? Level kami hampir setara, semua siap tempur."
"Berani melawan Blapam? Siapa kucing itu...?" tanya Unyis X.
"Namanya Thamren. Aku pernah sekali berpapasan dengannya di jalan, tapi dia nampaknya masih jaga jarak dengan kami. Satu kandidat lagi adalah pejantan yang mulai aktif bergerak akhir-akhir ini, dan sepertinya juga akan ikut, kau juga pasti tahu siapa dia. Calon Balam Raja yang bisa menggeser posisi salah seekor dari kami,"
"Dencis...?"
"Benar. Kau sendiri tahu X, bagaimana kekuatannya. Dalam beberapa bulan ini dia mulai membangun wilayahnya sendiri. Kandidat terkuat Balam Raja pengganti salah satu dari kami."
"Lalu siapa lagi...?"
"Kau lupakan dulu sejenak masalah musim kawinmu," kata Rimpam. "Ada masalah lain yang mendesak di bawah sana. Kau segeralah turun ke bawah, ada yang sedang menunggumu."
"Menungguku...? Siapa...?"
"Kucing milik Bunda Yasmine, Gemoy." Jawab Rimpam seraya berjalan menuju mangkok makanan yang telah disediakan oleh Rida. "Katanya dia kehilangan ketiga anaknya sejak tadi malam. Dia sedang menunggumu di teras bawah, cepat sana turun."
"Apa...!? Gemoy kehilangan 3 anaknya? Rimpam! Kenapa kau baru bilang...?"
"Loh, itu juga bukan masalahku. Aku tadi kebetulan melihat Gemoy berada di teras bawah. Kau harusnya berterima kasih padaku karena sudah melaporkan situasi terkait perkembangan musim kawin terlebih dahulu untukmu,"
"Astaga, Rimpam. Kenapa kau tidak mengatakannya sejak tadi. Ini masalah serius lagi," Unyis X segera bergegas turun ke bawah untuk menemui Gemoy yang ternyata sedari tadi ada di teras bawah menunggunya.
Unyis X lantas keluar lewat lubang kecil di samping pintu depan, dan mendapati Gemoy serta beberapa kucing lain sudah berada di teras depan rumah Rida. Rimpu dan Lupix juga terlihat berada disana. Dari ekspresinya Gemoy nampak sangat sedih, juga terpukul atas hilangnya ketiga anak-anaknya; Kaki, Kuka dan Kiku.
"Ada apa, Gemoy...? Apa anak-anakmu menghilang?" tanya Unyis X.
"Iya Nyonya Unyis. Mereka telah menghilang sejak kemarin sore menjelang malam." Jawab Gemoy. "Tak biasa-biasanya mereka tidak pulang ke rumah bunda Yasmine. Aku mendengar cerita tentang hilangnya kucing milik Hassan, si Encup, yang juga sudah lama menghilang, dan seekor anak kucing dari G4ng sebelah. Sekarang anak-anakku juga ikut menghilang. Aku tidak tahu dimana mereka, sekarang aku begitu khawatir, tolong Nyonya Unyis. Kau bisa mengontrol Kumis Bayangan bukan, tolong minta mereka agar mencari anak-anakku, tolong lah!!! Aku tak tahu lagi siapa yang bisa membantuku, aku hanya tahu bahwa Unyis Rida suka membantu. Tolong temukan mereka!! Aku tidak ingin mereka kenapa-napa Nyonya Unyis. Tolong Nyonya Unyis, segera temukan mereka!! Aku benar-benar putus asa,"
"Tenanglah Gemoy, tenangkan dulu dirimu, oke? Aku sudah meminta Kumis Bayangan untuk menangani hilangnya Encup dan kucing lain. Kau sabarlah, kita pasti juga akan mencari anak-anakmu. Aku janji akan bertindak." kata Unyis X yang lalu menatap Rimpu. "Apa yang terjadi? Kapan mereka menghilang?"
"Aku juga tidak tahu ibu. Tadi sejak pagi aku disini bersama Lupix dan beberapa kucing lain; Mucil, Kicul dan Bul. Lalu bibi Gemoy datang kemari dengan panik untuk mencari ibu. Katanya Kaki, Kiku dan Kuka menghilang sejak kemarin. Kami juga terkejut mendengarnya."
"Aku dan Rimpu sempat berinisiatif untuk mencari ketiganya, Nyonya Unyis." Sahut Lupix.
"Iya, tapi tidak ada jejak apapun yang kami temukan." Timpal Kicul. "Mereka hilang tanpa jejak, sama seperti si kecil Encup."
"Apa kalian tidak ada yang melihat ketiga anak itu sejak kemarin?" tanya Unyis X.
"Tidak ibu," jawab Rimpu.
"Mereka biasanya memang suka bermain di sekitar rumah Rida. Paling jauh anak-anakku itu main ke rumah sebelah di dekat sini menuju jalan tembusan ke G4ng Sembilan." Sahut Gemoy berputus asa.
Rimpam yang sudah selesai makan pun turun untuk melihat situasi di bawah. Unyis X segera menghubungi para Kumis Bayangan. Kital dan Kitty langsung menuju ke rumah Rida setelah mereka diberitahu bahwa ada tiga ekor anak kucing lagi yang menghilang. Unyis X juga coba mengontak Shaman untuk menanyakan hasil penelusuran Mata Tengah Malam. Shaman menjawab panggilan Unyis X dan mengatakan akan segera datang ke rumah Rida.
Unyis X meminta Gemoy untuk sementara pulang, tetapi Gemoy menolak. Sudah tak ada lagi hasrat bagi Gemoy akibat kehilangan ketiga anak kesayangannya yang juga merupakan anak-anak pertamanya itu. Sebagai kucing betina yang juga seringkali menjadi induk bagi anak-anaknya, Unyis X dapat memahami rasa kehilangan yang saat ini dirasakan oleh Gemoy.
Unyis X mengontak Rimpam yang berada di dekatnya seraya menatapnya. "Inilah salah satu alasan kenapa aku tidak begitu suka harus menjadi induk dari banyak anak lagi, Rimpam. Kehilangan satu dari mereka saja rasanya sangat menyakitkan. Bayangkan, bagaimana jika harus kehilangan beberapa ekor dari mereka sekaligus? Sebenarnya aku sudah tidak ingin merasakan itu lagi, tapi nyatanya alam saat ini tengah memaksaku untuk kembali merasakannya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa."
"Hmmm," jawab Rimpam sekedarnya. Walau terkesan dingin dan acuh, jauh di dalam lubuk hatinya Rimpam tetap berempati terhadap musibah-musibah yang terjadi saat ini. Terlebih ketika ia mengetahui ada seekor induk yang sedang kehilangan ketiga anak-anaknya sekaligus.
"Rimpu, kau pergilah bersama Lupix. Tapi jangan jauh-jauh mainnya, karena sudah dipastikan, memang ada seekor ular di suatu tempat di kampung ini." Kata Unyis X. "Kau bisa ke rumah Aprillia saja dan main disana. Bul, Kicul dan Mucil, kalian juga harus pulang dan jangan sering berkeliaran untuk sementara ini." Pinta Unyis X.
"Baik Nyonya Unyis," jawab Bul yang merupakan kucing peliharaan Pak Salman.
"Kami juga akan pulang," sahut Kicul dan Mucil. Kicul bercorak putih dominan berekor abu-abu sementara Mucil sama seperti Bul dan Rimpu, bercorak oren dan putih. Mucil dan Kicul merupakan kucing yang seusia dengan Bul dan Utam, mereka berdua adalah kucing peliharaan dari seorang mantan santriwati bernama Aishah, lima tahun lebih tua dari Rida.
Ketiga kucing itu pun pulang, sementara Rimpu dan Lupix pergi ke rumah Aprillia. Gemoy sendiri hanya bisa menunggu dengan berbaring dan rebahan di salah satu teras rumah warga yang dekat dengan rumah Rida, sedang menunggu kabar terkait nasib ketiga anaknya. Dia tidak bisa tenang sebelum bisa menemukan ketiga anaknya itu. Sementara Senru, Kital dan Kitty pun terlihat sudah datang, disusul oleh kedatangan Shaman tak lama kemudian.
"Bagaimana hasilnya...?" tanya Unyis X pada Shaman. "Kita kembali kehilangan beberapa anak kucing lagi. Kali ini 3 ekor sekaligus. Ini sudah lebih dari sebuah indikasi. Kemungkinan besar hewan itu memang ada di sekitar sini, tidak perlu penelusuran lagi. Ini memang sebuah ancaman seekor ular besar."
"Kami telah memaksimalkan pencarian tadi malam." Jawab Shaman. "Kami memang menemukan suatu aktivitas tak lazim Nyonya Unyis. Untungnya ada pengaktifan warpzone yang terjadi malam itu sehingga kami lebih mudah membuat perimeter deteksi. Kami menemukan adanya suatu aura spektrum, memang sangat mirip spektrum seekor ular yang beradu di dalam warpzone. Jadi anda benar, 99% sudah dapat dipastikan bahwa ini memang ulah dari Ular jenis Piton."
"Beradu di dalam warpzone?" gumam Kitty. "Ular itu melawan seekor kucing?"
"Artinya ada yang mengaktifkan warpzone tadi malam dan melawan ular tersebut?" tanya Kital.
"Bisa jadi, tapi anehnya, itu hanya warpzone skala kecil, bahkan sangat kecil." Jawab Shaman.
"Tapi siapa kucing yang sudah melawannya?" sahut Senru.
"Itu pasti salah satu dari mereka." Gumam Unyis X. "Gemoy pernah berkata bahwa salah satu anaknya, Kuka, sudah bisa mengaktifkan warpzone dengan meongannya. Tidak salah lagi, itu pasti dia! Anak itu pasti mencoba untuk melawan."
"Artinya salah seekor dari ketiga anak kucing itu yang mengaktifkan warpzone dan melawan ular tersebut?" timpal Kitty. "Itu mungkin saja,"
"Ular merupakan hewan yang ahli dalam kamuflase spektrum. Jangankan untuk terendus, untuk dilihat dengan mata ketiga kami saja masih terbilang susah." Sahut Shaman. "Akan tetapi berkat warpzone kecil yang aktif waktu itu, kami jadi bisa mempetakan dan mengerucutkan luas perimeter pencarian kami. Kami bisa pastikan Ular piton itu bersembunyi tidak jauh dari rumah ini, kira-kira berada diantara G4ng Delapan dan G4ng Sembilan. Kalian bisa mulai melakukan perburuan di cakupan area ini saja." Kata Shaman menatap Kitty, Senru dan Kital.
"Tunggu apa lagi?" desak Senru. "Ayo kita cari ular s****n itu!"
"Tunggu dulu, Senru." Cegat Kital. "Kita jangan gegabah dan buru-buru. Kita bahkan belum berpengalaman dalam menghadapi ular besar sekelas Piton. Kau kan hanya pernah menghadapi ular-ular kecil saja."
"Benar, kita tidak boleh grasak-grusuk. Kita harus menyusun strategi yang tepat untuk ini. Serangan kita harus tersusun agar efektif." Timpal Kitty.
"Kitty dan Kital benar," Sahut Unyis X. "Sekarang, setelah kita semua sudah memastikan bahwa itu memang ulah seekor ular, masalah kita berikutnya ada 3. Pertama, kita belum tahu pasti dimana ular itu bersembunyi, ada begitu banyak kemungkinannya. Bisa di kolong-kolong rumah, di atas plafon, atau di gudang. Tapi di Batu Kunawa ini tidak banyak warga yang rumahnya memiliki gudang. Kemungkinan tempat persembunyian ular itu hanya di kolong rumah atau di atap, diatas plafon."
"Menurutku juga begitu, kemungkinan besar di atas plafon." Sahut Kital.
"Aku sependapat," timpal Shaman.
"Nah masalah kedua, bagaimana caranya kita bisa memeriksa dari rumah ke rumah? Untuk kolong rumah kita bisa dengan mudah menyusurinya. Kumis Bayangan bisa mengerahkan anggota yang lain. Sementara untuk memeriksa ke dalam rumah warga, itulah perkara yang sulit, kita harus memeriksanya dari satu rumah ke rumah yang lainnya dengan memasukinya langsung."
"Iya juga ya, Nyonya Unyis benar." Kata Senru. "Akan sulit ketika kita mencoba memasuki setiap rumah dari warga. Kebanyakan kita pasti akan diusir, dipukul atau disiram ketika memasukinya karena pastinya akan dianggap sebagai garong yang hendak mengambil lauk ikan di rumah mereka."
"Kalau itu, kita bisa menugaskan anggota Kumis Bayangan yang memang merupakan mantan garong." Kata Kitty. Idenya terdengar sebagai ide yang bagus. "Mereka pasti sudah sangat ahli untuk menyusup ke dalam rumah-rumah warga tanpa ketahuan oleh penghuninya."
"Baiklah, masalah itu sudah teratasi. Lalu apa masalah ketiganya, Nyonya Unyis...?" tanya Senru.
"Masalah ketiga adalah, kalau pun kita sudah menemukan tempat persembunyian ular itu, bagaimana cara kita melawannya?" Jawab Unyis X. "Ini yang harus kita pikirkan matang-matang agar tidak jatuh korban yang tak diinginkan. Selain itu, andai kita berhasil mengalahkan ular tersebut, bagaimana caranya kita memberitahu manusia agar mereka bertindak dan akhirnya menangkapnya?"
"Kalian tidak perlu susah-susah mencari cara bagaimana memberitahu manusia," sahut Rimpam yang sedari tadi tiarap sambil memejamkan matanya, mendengarkan semua obrolan mereka. "Kalian hanya tinggal membuat keributan ketika melawannya dengan warpzone, otomatis manusia juga akhirnya akan mengetahui ada seekor ular di rumah mereka."
"Astaga, itu benar." Kata Senru. "Kenapa kita tidak memikirkan hal sesederhana ini ya? apa yang dikatakan tuan Rimpam itu ada benarnya."
"Cihh," gumam Rimpam.
"Tuan Rimpam, aku tidak sadar sejak tadi kau juga ada disini." Sahut Kital.
"Rimpam sudah memberi kita solusi." Kata Unyis X. "Masalah ketiga sudah teratasi. Sekarang kita hanya perlu memikirkan dua masalah lainnya saja."
"Serahkan itu pada kami, Kumis Bayangan." Sahut Kitty. "Aku akan meminta beberapa anggota untuk menelusuri dan menjelajah kolong-kolong rumah di cakupan area yang telah diberitahu oleh Shaman tadi. Aku juga akan mengirim beberapa ekor kucing pengintai mantan garong untuk memasuki rumah-rumah warga dalam cakupan areanya. Aku tahu siapa yang akan kukirim dan cocok untuk tugas ini."
"Siapa yang kau maksud?" tanya Kital menatap Kitty.
"Dia yang dipanggil Battman oleh tuan Rida!" jawab Kitty.
"Kurasa dia memang cocok untuk tugas ini." Timpal Unyis X. "Battman mantan garong, dan merupakan yang terkuat di Kumis Bayangan diatas Kitty. Kurasa kemampuan yang dimilikinya bisa sangat berguna untuk menghadapi ular besar itu nanti."
"Ya, walaupun betina, kuakui senior Battman memang hampir sekuat ketua Kitty." Tandas Kital.
Sosok Battman yang dimaksud oleh mereka sekarang ini adalah seekor kucing betina bercorak hitam dominan dan putih. Senior di Kumis Bayangan. Bentuk corak hitam dan putih di wajahnya yang menyerupai sebuah topeng itu menjadikannya agak mirip dengan tokoh fiksi Batman sehingga Rida biasa memanggilnya Battman.
"Kupikir akan lebih efektif jika operasi kalian mulai dilakukan malam nanti." Kata Unyis X.
"Kenapa harus malam, Nyonya Unyis?" tanya Kitty.
"Di malam hari para manusia itu akan tertidur lelap. Kalian akan lebih mudah dan gampang memeriksa setiap rumah mereka tanpa harus disangka garong atau maling ikan." Jawab Unyis X. "Di malam hari kalian juga akan lebih mudah bergerak naik untuk memeriksa ke setiap plafon di rumah-rumah warga."
"Anda benar sekali!" sahut Kital.
"Baiklah, kita akan melakukan operasi ini pada malam hari nanti." Gumam Unyis X.
Mereka semua kemudian menyusun rencana untuk mencari, menemukan dan mengalahkan ular Piton tersebut. Segala bentuk perencanaan matang telah disusun oleh Unyis X, para anggota elite Kumis Bayangan, serta Shaman sang kucing hitam dari Mata Tengah Malam. Di malam hari nanti mereka semua akan saling bekerja sama dan melancarkan sebuah aksi untuk membekukan seekor ular yang kemungkinan berukuran sangat besar. Butuh persiapan dan kehati-hatian untuk semua tugas ini. Tidak boleh ada sedikit pun kesalahan!
Para kucing itu berembuk dan mempertaruhkan nyawa mereka sekali lagi, semua dilakukan bukan hanya demi keselamatan mereka para kucing saja, akan tetapi juga untuk kemaslahatan dan keselamatan para manusia yang tinggal di kampung mereka, Batu Kunawa.