Tiga Anabul

2290 Words
Di sebuah rumah yang berukuran lumayan besar, tidak jauh dari situ, sang induk kucing bercorak dominan hitam dan putih berekor sedang terlihat menunggu anak-anaknya sembari ia sendiri berjalan-jalan santai mencari makanan atau apapun yang ada di jalan di dekat persimpangan antara G4ng Delapan dan G4ng Tujuh. Kucing betina gemuk berwarna dominan hitam dan putih bernama Gemoy itu lalu mendapati anak-anaknya berlari kencang ke arahnya. Yang satu menyeruduk yang lain diakibatkan lari mereja yang teramat kencang sehingga tidak bisa mengerem kelincahan kakinya. Kaki dan Kiku tiba duluan. Ibunya bertanya apa yang sedang mereka lakukan? Kenapa mereka berdua berlari sekencang itu? Dari raut wajah keduanya yang tegang pun terlihat jelas kedua anak bulu itu ketakutan, tidak! Tapi lebih mirip seperti kaget. "Ibuuu... Tadi kami baru saja melihat sesuatu yang menakutkan," kata Kiku terengah, masih ngos-ngosan. "Apa yang kalian lihat disana? Apa yang menakuti kalian?" tanya Gemoy, sang induk dari anak-anak kucing itu. "Entahlah ibu, ada gelombang yang mengejutkan kami. Rasanya terlalu dingin dan menakutkan. Bulu-bulu kami rasa tersengat karena hentakan itu." Jawab Kaki. Dari deskripsi Kaki, itu seperti gejala-gejala sebuah dimensi warpzone. Tidak salah lagi, itu memang warpzone. Mereka memasuki warpzone seekor kucing lain? Pikir Gemoy. Tapi siapa yang tega menakuti mereka dengan mengaktifkan warpzone seperti itu? Anak-anakku kan masih sangat kecil, gumam Gemoy sedikit kesal. Gemoy lalu bertanya pada kedua anaknya tersebut. Kaki dan Kiku menjawab bahwa itu dilakukan oleh Lupix dan Rimpu di depan teras rumah Rida. Gemoy kemudian tersenyum lega. Dia tahu bahwa Lupix dan Rimpu takkan pernah dengan sengaja menyakiti kucing-kucing kecil seperti anak-anaknya. Gemoy merasa kenal betul siapa Lupix dan Rimpu. Mereka dianggap bukan kucing yang nakal atau usil oleh Gemoy. "Mereka pasti tidak sengaja mengaktifkan warpzone di dekat kalian, anakku." Kata Gemoy. Tak lama berselang, Kuka juga lari terbirit-b***t. Sama kencangnya dengan lari kedua saudaranya tadi, namun kali ini Kuka bisa mengerem laju kakinya tepat waktu. Dia tidak menyeruduk atau menabrak siapapun, tetapi seluruh tubuhnya terpental, berputar gaya salto karena mengerem mendadak seperti itu. "Kaku darimana saja kau? Kau tidak takut dengan hentakan tadi?" tanya Kiku. "Tidak, aku tidak takut. Aku hanya ingin tahu apa itu." Jawabnya. Gemoy yang mendengar itu tersentak. Salah satu anaknya, di usianya yang masih terbilang sangat muda, sudah bisa beradaptasi dengan warpzone? Saat itu juga Gemoy memiliki pikiran yang sama dengan Rimpu atau Lupix, bahwa Kaku merupakan seekor kucing yang berbakat. Kucing yang kelak bisa menjadi pejantan yang kuat karena daya tahan tubuh dan mentalnya yang luar biasa. "Jika kau tidak takut, kenapa kau lari seperti itu?" tanya Kaki. "Hentakan itu semakin lama semakin kencang dan menekan, sangat menakutkan, jadi aku juga lari." Jawab Kuka dengan polos. Seorang manusia kemudian keluar dari rumah besar itu, terlihat meregangkan otot-otot tubuhnya, menyongsong pagi. Bunda Yasmine namanya. Dia adalah owner dari Gemoy dan juga ketiga anaknya. Bunda Yasmine menatap Gemoy, kesemua anaknya seketika langsung lari menuju Bunda Yasmine. Seakan-akan Bunda Yasmine adalah induk kedua bagi mereka. "Ayo, anabul-anabulku yang lucu, ikut aku. Sudah saatnya kalian sarapan pagi." Kata Bunda Yasmine. "Kau juga, Gemoy!" Bunda Yasmine memberi isyarat dengan desisan suara dan jentikan tangannya. Bunda Yasmine memang sering sekali menyebut para kucingnya dengan sebutan Anabul. Sebuah akronim dari "Anak Bulu" yang memang menjadi sangat populer dituturkan di komunitas daring pecinta kucing saat ini. Bunda Yasmine sendiri merupakan pribadi yang penyayang, sama seperti Pak Salman dan Ahmad Rida. Apalagi Bunda Yasmine merupakan orang dengan ekonomi kelas berada alias hidup kaya dan berkecukupan. Beliau seorang dokter, lebih tepatnya adalah dokter spesialis THT yang membuka prakteknya di sebuah klinik di dekat jalan besar di jalan Batu Piring. Suami beliau sendiri merupakan seorang guru besar di salah satu Universitas. Gemoy dan ketiga anaknya tentu saja hidup makmur dan berkecukupan di dalam rumah besar itu. Setelah ketiga Anabul kecil itu selesai makan, biasanya Bunda Yasmine kemudian akan memandikan mereka, juga Gemoy. Cara memandikannya pun unik dan penuh trik. Misalnya, ketiga anak kucing itu dan kadang mereka diikutkan bersama induknya si Gemoy, lalu sama-sama dimasukan ke dalam sebuah kandang atau kerangkeng besi berwarna merah muda. Dengan begitu para kucing itu tidak akan lari atau berontak ketika sedang dimandikan. Bunda Yasmine lalu akan menyemprot mereka dengan semprotan khusus yang berisi air bersih dan air sabun. Setelah selesai, baru mereka akan dikeringkan dengan hair dryer. Sebagai tindakan akhir, Bunda Yasmine tinggal menyemprotkan parfum atau semacam pewangi tertentu khusus kucing pada kucing-kucingnya tersebut. Tidak heran jika mereka selalu terkesan bersih, rapi, sehat dan gemuk. Mereka dirawat dengan baik oleh owner mereka. Makanan mereka pun adalah makanan kalengan yang harganya mahal. "Kalian mau makanan lagi? Baik, tapi setelah ini kalian harus tidur di kamar Siska dan jangan kemana-mana lagi. Kalian sudah bersih, jangan suka keluyuran." Pesan Bunda Yasmine. Siska merupakan anak kedua dari Bunda Yasmine. Gadis itu baru saja menginjak masa SMA di tahun ini. Sama seperti Bunda Yasmine, dia pun juga sangat sayang pada kucing-kucingnya. Siska terlihat sedang bermain dengan ketiga Anabul kecilnya di kamar. Ketiga anak kucing itu menikmati setiap waktu yang mereka habiskan bersama Siska. Sedangkan ibu mereka Gemoy, asyik sendiri memandikan tubuhnya dengan enzim. Bunda Yasmine nampaknya sudah hendak berangkat ke tempat kerja. Dia pun berpesan pada Siska untuk menjaga ketiga Anabul kecil mereka. Bunda Yasmine tak ingin ketiga anak kucing itu bermain di luar rumah lagi karena mereka baru selesai mandi. "Ingat Sis, kunci pintunya. Jangan sampai mereka keluar rumah, nanti kejauhan malah hilang atau diambil orang. Mereka masih kecil, kalau hilang dan jauh dari ibunya kan kasihan." "Paham Bun," jawab Siska. "Paling jauh juga kucing-kucing ini main di sekitar rumah kak Rida. Bun, disana kok sering banyak kucing ngumpul ya? Rumah kak Rida itu kayak punya magnetnya sendiri gitu buat para kucing di kampung ini." "Ya wajar Sis. Rida kan penyayang banget sama para kucing. Bunda sudah mengenal Rida sejak ia masih sangat kecil. Dulu Almarhum kakeknya, Habib Darmawan yang suka dan perhatian banget sama kucing-kucing di kampung ini. Mereka kan keluarga Sayyid keturunan Nabi, nasab mulia mereka bisa sejalan dengan akhlak bagus datuknya, Nabi besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam." Puji Bunda Yasmine. "Tapi sayang, Rida sekarang masih belum nikah, padahal usianya dah cukup tuh. Mungkin kamu bisa ajak dia kencan Sis," canda Bunda Yasmine. "Tapi harus nunggu kamu lulus SMA dulu yaa, sekarang kamu masih kemudaan buat pacaran." "Idihhh, Bunda bicara apa sih ih. Aku nggak suka kali sama kak Rida." Jawab Siska cemberut. "Tapi anaknya kan baik Sis, tampan pula tuh." "Kak Rida emang baik banget Bun, tapi ya Siska cuman anggep kak Rida sebagai kakak aja. Lagian usia kami kan terpaut jauh. Siska menghormati sosok kak Rida Bun. Lagipula ... yang suka sama kak Rida itu Kak Aprillia Bun." "Ah masa...? Aprillia Nurhamdani tetangga kita itu? Tahu darimana kamu?" "Iya Bun...! Kelihatan banget kok kalau Kak April suka sama kak Rida. Dia juga dulu pernah bilang sih ke Kak Mira, dia kan temen satu sekolahnya kak Mira Bun. Nah dari Kakak Mira itu Siska tahunya kak April suka sama kak Rida." "Ya kalau dilihat-lihat, mereka serasi sih. Rida bakal segera menjadi da'i muda dan April juga seorang guru bahasa Perancis, gadis yang sangat cerdas. Cocoklah mereka berdua kalau nikah. Tapi, Ridanya sendiri gimana Sis? Ada rasa juga nggak sama Aprillia?" "Nggak tahu Bun." Jawab Siska. "Lah, kok kita malah ghibah gini Bun. Masa pagi-pagi sudah ngomongin orang. Dah pergi kerja aja sanaaa, Klinik pasti sudah penuh jam segini. Biar anabul-anabul ini Siska yang jagain di rumah. Mumpung Siska masih liburan sekolah kan." "Iya, jagain ya, Bunda berangkat dulu. Mereka boleh kok keluar rumah, tapi harus tetap kamu awasi ya Sis. Bunda berangkat kerja dulu. Kamu kalau makan bisa bikin sendiri kan...?" "Bisa lah Bun. Dah gede ini," Bunda Yasmine kemudian berangkat kerja, meninggalkan Siska bersama kucing-kucingnya. Gemoy dan ketiga anaknya masih asyik bermain di kamar Siska. Kaki dan Kiku menanyakan kepada Kuka, kenapa dia tidak takut pada hentakan yang tadi mereka rasakan. Kuka menjawab dirinya tidak takut sama sekali, karena memang tidak ada yang harus ditakutkan dari itu. "Ibu, itu tadi apa? Getaran yang dikeluarkan oleh Lupix dan Rimpu tadi?" tanya Kaki. "Aku masih penasaran dengan itu," "Itu ... bagaimana ya ibu menjelaskannya pada kalian, itu ... adalah warpzone." "Warpzone...?" gumam Kuka. "Ya, warpzone. Dimensi yang hanya bisa dibuka dengan meongan, unsur paling penting yang dimiliki oleh seekor kucing. Warpzone adalah wahana bagi kita para kucing untuk mengeksplorasi segala kemampuan yang kita miliki. Entahlah apakah penjelasan ini bisa kalian serap atau tidak, kalian kan masih sangat kecil. Tapi nak, seiring dengan berjalannya waktu, kalian juga pasti nanti akan mengerti apa itu warpzone dan akan bisa memanfaatkannya." "Apa ada kucing yang tidak memiliki meongan ibu?" tanya Kiku. "Mana ada kucing yang tak memiliki meongan nak. Itu mustahil, karena kucing itu pasti akan kesulitan bertahan hidup." Jawab Gemoy. "Dirinya takkan bisa mempertahankan diri atau bersaing dengan kucing lain tanpa adanya meongan atau tanpa bisa mengaktifkan warpzone." Gemoy berpikir sejenak. "Astaga ... aku lupa," Gemoy akhirnya teringat sesuatu. "Apa ibu?" tanya Kaki. "Tidak apa nak," jawab Gemoy. Dirinya lupa bahwa ada contoh lain yang langka, terkait seekor kucing yang dia tahu tidak memiliki meongan sejak lahir. Gemoy lupa ternyata ada sample kucing seperti itu, Rimpu, anak angkat dari Unyis X. *** Ketiga Anabul kecil itu bermain dengan rusuhnya, naik turun dan kejar-kejaran di dalam kamar Siska, mereka begitu agresif di usia-usia seperti itu. Tidak jarang, ulah dari canda mereka membuat Siska terkejut dan kesal. Walau marah, Siska tentu tidak akan memukul kucing-kucing kecil kesayangannya itu. Dia hanya menegur mereka lalu memindahkannya ke suatu sudut di kamarnya. Namun berapa kali pun Siska mencoba mengontrol ketiga anabul tersebut, ketiga kucing dalam usia tumbuh kembang itu tetap tidak bisa diatur. Mereka benar-benar menyusahkan Siska. Kuka, Kaki dan Kiku saling menggoyangkan ekor mereka, melakukan ancang-ancang untuk siap menerkam salah satu diantara mereka bertiga. Masing-masing dari mereka menunduk, mengerang dan berancang-ancang untuk saling serang. Bermain seperti itu bagi kucing berusia muda sangatlah penting demi mengasah insting dan intuisi bertahan hidup mereka. Hal itu juga dapat menjadi treatment untuk pertumbuhan otot-otot dan tekstur tulang di tubuh mereka. Satu keuntungan dari terlahir dengan banyak saudara adalah bisa berlatih setiap hari untuk merangsang setiap sendi yang dimiliki seekor kucing. Tidak heran jika para pejantan yang cepat tanggap dalam intuisi serangan, mereka dapatkan ketika mereka masih kecil dan tumbuh di lingkungan dengan banyak saudara. Biasanya mereka akan tumbuh menjadi kucing tipe Hunter atau pemburu dengan kemampuan "Target Insting" yang lebih unggul. Sementara mereka yang tumbuh tanpa saudara seperti kehilangan saudara atau terpisah dari saudaranya, tidak akan memiliki target insting yang bagus dan terasah seperti itu. Kucing-kucing tipe ini biasanya tidak akan terlalu bereaksi dengan refleksi gerakan eksternal seperti ketika melihat gerakan cicak di dinding atau tikus-tikus yang berlarian di rumah. Kuka, Kaki dan Kiku, masing-masing dengan kelincahan mereka saling menyerang satu sama lain. Memporak-porandakan meja rias milik Siska di kamarnya karena salah satu dari mereka terlihat menaikinya. Membuat kekacauan dimana-mana yang memberantakan seisi kamar Siska. "Astaga Kiku, Kaki, Kuka....!" tegur Siska, sekali lagi menegur dan mengalokasikan mereka. Siska dibuat pusing dan geleng-geleng kepala karenanya. Namun Kuka, melakukan sesuatu yang tak terduga. Kuka ternyata lebih dulu mampu mengaktifkan warpzone skala kecil dari meongannya, tentu saja secara tak sengaja. Kuka mengeong sehingga medan warpzone mulai terbentuk di sekitar mereka. Gemoy sang ibu bergeming tak percaya, salah satu putra kecilnya bisa mengaktifkan warpzone secepat itu di usianya saat ini. Dua yang lain; Kaki dan Kiku terperanjat dibuatnya. Mereka berdua secara natural mulai melawan medan hebat itu dengan meongan mereka masing-masing. Seperti yang Gemoy tadi katakan, secara alamiah mereka akan refleks melawan meongan dengan meongan tanpa perlu diajari atau diberitahu. Kaki dan Kiku sama-sama mengeong untuk menetralisir kemampuan meongan yang dikeluarkan Kaku dalam warpzone yang diaktifkannya. Ketiganya lalu saling serang, melanjutkan main mereka. Tapi candaan kali ini tampak berbeda dari yang tadi. Sekarang ini ketiganya bermain dengan melibatkan warpzone. Saling gigit, saling menanduk dan saling mencakar, mereka melakukannya di dalam warpzone skala kecil. Ibu mereka Gemoy tampak khawatir tetapi ia hanya bisa mengawasi. Ini untuk pertama kalinya, anak-anaknya sudah bisa mengaktifkan warpzone dan bermain di dalamnya. Sekarang lebih tepat jika disebut berlatih ketimbang bermain karena level kucing-kucing kecil itu saat ini telah dinaikan. Gemoy mulai menurunkan kekhawatirannya, memangnya apa yang bisa diperbuat Kaku disana? Pikir Gemoy. Toh dia masih sangat kecil. Tetapi kemudian ia dikejutkan dengan pukulan keras Kaku pada kedua saudaranya. Kedua kucing itu terpental sangat keras hingga menabrak cermin besar yang ada diatas meja rias Siska. Cermin kaca itu hancur sehancur-hancurnya, bukan lagi retak. Beberapa tepi kayu dari meja rias itu juga bahkan terlihat patah di beberapa sisi. Sementara Siska masih duduk tenang dihadapan cermin meja riasnya yang setengah hancur sambil memegang sebuah handphone di tangannya. Bukan karena Siska tidak sadar ada yang sudah menghancurkan meja riasnya, tetapi Siska tidak menyadarinya karena memang itu hanya terjadi di dalam dimensi warpzone. "Kaku! Apa yang kau lakukan!?" tanya Gemoy. "Tak sengaja," jawab Kaku seraya menatap sebelah lengannya. "Woow...!" decak Kaki dan Kiku walau sudah terpental jauh dan menghantam kaca dengan keras akibat serangan Kuka. Alih-alih terluka, mereka berdua malah tertawa gembira dan terkagum-kagum dibuatnya. "Lagi, lagi, lagi...!!!" "Ayo, lagiiiiii.....! Lakukan lagi," "Apa itu tadi? Kenapa Mbak Siska tidak menyadari meja riasnya rusak, ibu?" tanya Kaku menggelayut, terheran-heran. "Karena yang kau lihat hanya terjadi di dimensi warpzone, Kaku." Jawab Gemoy. "Inilah warpzone nak! Coba kau non-aktifkan dengan meonganmu. Kau akan lihat kalau meja rias itu baik-baik saja dan tidak kenapa-napa." Kaku menuruti ibunya dengan menon-aktifkan meongannya. Dia pun melihatnya sendiri, memang tidak ada yang terjadi pada kaca itu. Cerminnya masih kinclong dan bening. Kedua saudaranya berdecak. "Wuaahhhh..." Untuk pertama kalinya, ketiga anabul kecil itu sudah mulai bersentuhan dengan dunia transendental luas mereka yang menakjubkan. Sesuatu yang bisa dimanfaatkan seekor kucing untuk kelangsungan hidup. Dimensi tumpang tindih yang menyediakan ambisi, ego dan nafsu para kucing. Sesuatu yang jika tidak dikelola dengan baik dan benar, maka tidak hanya bisa mendatangkan manfaat tetapi juga banyak mudharat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD