Chatte d'Espagne

2179 Words
Di pagi buta dengan cuaca yang lumayan cerah bersih, Rimpu sudah diajak oleh kawan akrabnya, Lupix De Triomphe. Lupix saat ini terlihat sudah lebih sering keluar rumah, tidak seperti dulu yang hanya boleh keluyuran di dalam rumah saja. Pemiliknya yakni Mbak Aprillia sudah membolehkannya untuk keluar rumah menjelajah kampung, begitu pun dengan Fleurs dan Coupone. Aprillia sudah tidak lagi posesif dan protektif terhadap kucing-kucing peliharaannya. Hal ini juga dapat terjadi berkat saran dari Ahmad Rida. Rida pernah mengatakan kepada Aprillia bahwa kucing tidak seharusnya dikurung, mereka juga ingin bisa merasakan kebebasan. Para kucing akan lebih bahagia jika bisa bebas seperti kucing lainnya. Tentu saja Rida juga menyarankan agar Aprillia tetap mengawasi para kucing-kucingnya disebabkan kucing ras tidak seperti kucing kampung. Kemungkinan atau potensi dimusuhi kucing kampung lain atau dicuri oleh orang itu cukup besar. Sebagai gadis yang diam-diam begitu menyukai Rida, tentu Aprillia mendengarkan dan menjalankan saran Rida tersebut. Lupix merasa cukup berutang budi pada Ahmad Rida, setidaknya itu yang dirasakannya. Saat ini Lupix, Fleurs dan Coupone sudah lumayan banyak memiliki waktu luang. Lupix juga akhirnya bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama Rimpu di luar ruangan. Bahkan atas instruksi Unyis X, Lupix ditunjuk untuk menjadi partner Rimpu dalam aktivitas pengaktifan warpzone. Terbukti, keputusan tersebut merupakan keputusan yang tepat! Meongan Lupix cukup statis dan bisa berjalan selaras dengan kemampuan tubuh Rimpu ketika mereka berada di dalam warpzone. Dengan lebih sering bersama Rimpu, Lupix dapat membantunya dengan mengaktifkan warpzone untuk Rimpu dengan meongannya jika sewaktu-waktu Rimpu membutuhkannya. Lupix sangat senang karena dia bisa berperan banyak dengan membantu dan menyokong sahabat karibnya itu. Setiap hari mereka berdua sering latihan bersama atau hanya sekedar berpetualang menjelajahi kampung Batu Kunawa. Rimpu dapat mempelajari dan mengasah kemampuan cakaran lima warnanya dalam dimensi warpzone setiap hari berkat meongan Lupix. Saat ini Rimpu sudah sangat terbiasa dengan kondisi warpzone yang diaktifkan oleh meongan Lupix, sama seperti dulu ketika ia terbiasa dengan corak meongan Milka walau kondisi dirinya yang memang kekurangan dan tidak memiliki meongannya sendiri. Itu cukup membantu Rimpu. Sekitar jam 4 pagi menjelang subuh, Rimpu menyelinap keluar rumah untuk bisa bermain dan berpetualang bersama Lupix seperti yang biasa mereka lakukan. Rimpu tidak harus meminta izin kepada Unyis X karena Unyis X sudah memberi izin dan memaklumi jika Rimpu keluar di pagi hari. Saat ini Unyis X masih terlihat tidur dengan nyenyak diatas loteng. Dia harus menyimpan banyak energi untuk musim kawinnya beberapa pekan ke depan. Musim kawin nyatanya akan begitu menguras tenaga dan energi para kucing betina karena harus kejar-kejaran dengan para kandidat atau kompetitor jantan yang aktif mengejar mereka. Rimpu menyelinap keluar melalui pintu kecil di samping pintu utama, dekat dengan dapur. Disana sudah ada Lupix yang sedang menunggunya. "Lama sekali, kau baru bangun ya?" "Aku tadi bu4ng 4ir dulu." "Kau sudah siap? Hari ini aku akan mengajakmu ke rumah yang di seberang sana. Kita bisa melihat pemandangan G4ng Enam dan G4ng Tujuh dari atas sana. Pemandangannya bagus, Rim." Ajak Lupix. "Okelah, ayo! Buruan, nanti ketiga bocah merepotkan itu akan mengikuti kita lagi." "Terlambat," celetuk Lupix menghela nafas. Sesuatu yang tidak mereka harapkan tadi akhirnya muncul. Ada tiga ekor anak kucing atau Kitten berukuran tanggung, berusia kurang dari 1 bulan. Nama mereka adalah Kuka, Kaki dan Kiku. Satu berwarna hitam dan putih berekor pendek, satu berwarna dominan putih berekor panjang warna hitam di ekornya, satu lagi putih keabu-abuan berekor pendek. Mereka adalah anak dari Gemoy, kucing peliharaan Bunda Yasmine dan Siska. Diberi nama Gemoy karena itu merupakan nama yang lazim saat ini diberikan kepada seekor kucing betina. Ketiga kucing kecil yang baru datang itu selalu keluyuran tiap dini hari menjelang pagi. Mereka suka berkeliaran di dekat rumah Rida karena letak rumah Rida memang berdekatan dengan rumahnya Bunda Yasmine. "Astaga...! Mereka pasti akan mengganggu kita lagi seperti biasa dan akan mengikuti kemana kita pergi." Kata Rimpu terlihat kesal. "Heh, bocah-bocah, ayo pulang." Pinta Lupix mendesis. Membuat pose perlawanan untuk menakut-nakuti ketiganya. "Halo kakak-kakak." Sapa Kuka. "Mana? Mana? Dimana ada makanan? Aku mengendusnya." Sahut Kaki, tak bisa diam. Sangat agresif. "Ishhh, merepotkan sekali ketiga bocah ini." Gumam Rimpu. Kiku lalu mendekatinya dan menyundul-nyundulkan kepalanya ke kaki Rimpu. "Waduh, bocah ini malah nempel." Gerutu Rimpu. "Mereka menjadi lebih liar saat dini hari menjelang subuh seperti ini." Kata Lupix. Kucing sejatinya bukanlah hewan nokturnal atau spesialis malam hari. Stigma tersebut tidaklah benar. Para kucing merupakan hewan Crepuscular, yakni hewan yang aktif dan agresif pada situasi minim cahaya namun bukan situasi gelap total. Kucing lebih senang pada kondisi cahaya yang konstan seperti suasana menjelang malam hari atau menjelang datangnya subuh. "Kalau seperti, kita harus lari Lupix," usul Rimpu. "Mereka tidak akan bisa mengejar kita." "Percuma, ketiga bocah ini pasti juga akan mengejar kita. Kalau mereka tersesat sampai ke G4ng Tujuh bagaimana? Kita harus memikirkan cara lain." "Aku ada ide," sahut Rimpu. "Tapi aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak," "Ide seperti apa?" Lupix tidak tahu, ide seperti apa yang akan diusulkan oleh Rimpu saat ini. "Begini, kau mengeong saja, dan mengaktifkan warpzone. Kita bisa lari lebih cepat dalam warpzone tanpa diketahui oleh ketiga kucing ini. Mereka bertiga kan masih kecil, belum bisa kontak dengan getaran meongan, jadi mereka pasti tidak akan kedetect sama warpzone. Ini tidak akan membahayakan nyawa mereka. Bagaimana Lupix?" "Hmm, idemu ini bagus juga kawan. Aku tidak pernah memikirkan itu. Baiklah kalau begitu, kita pakai caramu. Tapi bagaimana jika salah satu dari mereka bisa kedetect warpzone dan malah memasukinya? Tubuh sekecil itu masih belum bisa beradaptasi sempurna dalam warpzone Rimpu. Ini agaknya juga berbahaya jika itu sampai terjadi." Kata Lupix sedikit risau. "Tentu saja itu tergantung dirimu." Sahut Rimpu. "Kau hanya tinggal mengatur intensitas meonganmu saja, Lupix. Masa seperti itu saja tidak tahu sih?" "Eh, kok aku tidak kepikiran ya hehehe," Lupix merasa tak pintar. "Kau ternyata cerdas juga ya kawan. Wajar sih, karena gurumu kan Unyis Rida dan tuan Rimpam. Jika kita berdua sekolah seperti para manusia, atau ada sekolah khusus kucing, kau pasti ranking satu di kelas kita." Puji Lupix seraya tertawa. Rimpu merasa tersanjung dengan pujian Lupix tersebut. "Ayo, mulailah mengeong. Sebentar lagi matahari akan terbit, kita tidak akan bisa melihat indahnya matahari terbit dari tempat itu jika terlambat kesana. Ingat, atur intensitas meonganmu. Getarkan serendah mungkin, ke titik getaran terendah. Kita masih bisa memanipulasi Karisma dengan kualitas meongan serendah itu. Lalu kita lari sekencang-kencangnya menjauhi para anak kucing menyebalkan ini," "Okeee," Lupix pun mulai mengeong. Getaran meongannya mulai menciptakan dimensi warpzone di sekitar mereka. Walau sudah di setting begitu rendah oleh Lupix, rupanya pengaruh warpzone tetap dapat dirasakan oleh ketiga kucing muda itu. Kaki dan Kiku lari terbirit-b***t karena kaget dengan getaran warpzone yang masih terbilang kuat untuk tubuh kecil mereka. Tapi ada satu yang terlihat tidak lari. Kucing itu adalah Kuka. Rimpu dan Lupix tertawa melihat Kaki dan Kiku lari karena ketakutan, harusnya mereka pakai cara seperti ini saja sejak tadi, yakni menjadikan warpzone untuk menakut-nakuti ketiga kucing kecil itu. Tapi mereka berdua terperanjat ketika mendapati ada satu yang tidak lari, seakan tak terpengaruh sama sekali dengan meongan Lupix. "Hei, Kuka masih ada disini." Kata Lupix. "Kok bisa...? Anak ini tidak lari, bahkan dia seakan mampu berakselerasi dengan warpzone disini." Decak Rimpu. "Kuka ... hebat sekali!" gumamnya. "Bocah ini berbakat," sahut Lupix. "Kata ayah Coupone, kucing semuda ini bisa bertahan dengan segala kondisi dalam warpzone hanya jika ia berbakat." "Kau benar Lupix, kelak jika sudah besar dia pasti jadi pejantan yang hebat." Kata Rimpu. Dirinya merasa kalah telak dengan Kuka. Sementara Kuka hanya duduk terdiam, kepalanya kesana kemari mencoba menerawang warpzone halus yang baru saja aktif. Ini kemungkinan besar adalah pertama kalinya ia merasakan dan melihat dimensi warpzone. Hebatnya, kucing kecil itu tidak bereaksi sama sekali. Takut pun tidak. "Ada apa ini? Kenapa disini terasa hangat dan berat?" gumam Kuka. Lupix berinisiatif menaikan sedikit intensitas dan kualitas meongannya untuk mengintimidasi Kuka, tetapi Kuka tetap tak bergeming. Anak kucing yang satu ini memang sangat tangguh, tahan terhadap intimidasi warpzone. Padahal kucing sekecil itu belum paham cara mengontrol warpzone dengan meongan. Apalagi kelak ketika dia sudah beranjak dewasa dan memahami mekanisme penguasaan meongan. Sudah dapat dipastikan bahwa Kaku akan menjadi kucing yang sangat berbakat dalam penguasaan warpzone. Rimpu menjadi terkagum-kagum sekaligus sedikit iri dengan kemampuan dan bakat terpendam yang dimiliki Kaku. Bagaimana tidak? Si kecil itu bisa menaklukan warpzone bahkan ketika meongannya belum terasah. Sementara Rimpu, harus menerima kenyataan pahit bahwa dia tidak memiliki bakat sama sekali. Sebuah fakta menyedihkan bahwa dia mempunyai takdir yang miris yakni harus terlahir tanpa memiliki meongan sebagaimana seekor kucing seharusnya. "Aku tidak akan ragu-ragu lagi," kata Lupix. Dia menaikan secara drastis kualitas meongannya. Kaku langsung bergeming. Semua bulu-bulu tubuhnya berdiri. Dia seketika bersikap siaga lalu tidak lama setelah itu Kaku langsung lari menjauh dari sana sebagaimana saudara-saudaranya. Kaku ketakutan dengan meongan Lupix yang mulai terasa gahar di dalam warpzone. "Apa yang kau lakukan kawan...!?" tegur Rimpu. "Dia masih sangat kecil, kalau dia kenapa-napa bagaimana?" "Maaf Rimpu, aku gegabah." Sesal Lupix. "Tanpa sadar aku menaikan meonganku secara drastis. Aku hanya menaikannya sedikit. Aku cukup terkejut dengan ketahanan yang dimiliki si kecil Kaku sampai-sampai aku lupa bahwa dia masih sangat kecil. Maafkan aku," "Sudahlah Lupix, tidak apa-apa. Sekarang yang terpenting mereka bertiga kan sudah lari. Ayo kita berangkat ke tempat tujuan kita sebelum pagi menyingsing." Ajak Rimpu. "Ayo!!" sahut Lupix dengan semangat. Sesaat sebelum Lupix menon-aktifkan warpzonenya, Rimpu tertegun, ia seperti merasakan sesuatu di radarnya. Sesosok bayangan samar akan kehadiran seekor kucing berbelang tiga. Sosok yang terasa begitu kuat, menarik perhatian Rimpu. Rimpu terpaku sebentar, dia bertanya-tanya dalam benaknya. Apa itu? Tidak! Tapi siapa itu? "Ada apa kawan?" tanya Lupix. "Kau merasakannya juga...?" "Merasakan apa?" tanya Lupix, tak tahu apa yang dimaksud oleh Rimpu. "Ada kucing belang tiga di sekitar sini, seekor jantan." Lupix tertawa keras. "Jangan bercanda kawan. Mana ada kucing telon jantan, apalagi di kampung ini. Itu hanya mitos." "Kau tidak merasakannya di radarmu?" "Tidak ada siapa-siapa di sekitar sini Rimpu. Bahkan beberapa radius dari sini tidak ada kucing betina belang tiga yang kurasakan. Jangan berlagak konyol dan menipuku. Ayo, kita harus segera pergi kesana kawan." Rimpu heran, kenapa Lupix sang pemilik meongan tidak bisa merasakan kehadiran sosok itu di dalam warpzone, sementara dirinya sendiri bisa merasakannya dengan begitu jelas. Apa hanya aku saja yang dapat merasakan sosok itu? Pikir Rimpu. Mereka berdua pun akhirnya menuju tempat yang ditunjukan oleh Lupix untuk melihat matahari terbit dari atas atap. Bangunan tertinggi di perbatasan G4ng Enam dan G4ng Delapan yang pemandangannya juga mencakup hingga G4ng Tujuh. Rimpu dan Lupix terpukau dengan pemandangan yang indah itu. Rimpu berterima kasih pada Lupix telah mengajaknya kesana. Sembari kedua matanya menyongsong cahaya matahari pagi, menantang kilasan cahaya sang surya yang begitu kuat, Rimpu kembali memikirkan kata-kata Lupix barusan. Mustahil ada kucing telon jantan! Bahwa kucing jantan belang tiga hanyalah mitos. Jujur saja Rimpu belum pernah tahu atau mendengar bahwa kucing jantan belang tiga itu memang langka. Benar juga ya, Rimpu menyadarinya bahwa selama ini dia memang belum pernah menjumpai kucing belang tiga jantan dimana pun, tidak sekali pun. "Lupix, apa kucing belang tiga memang langka?" tanya Rimpu. "Apa...? Kenapa kau menanyakan itu? Kau masih memikirkan yang kau lihat tadi?" "Tidak juga. Hanya saja ... aku baru menyadari kalau memang tidak pernah ada kucing telon jantan belang tiga. Seperti yang kau bilang, itu hanyalah mitos. Tapi tadi aku benar-benar merasakannya. Jelas sekali," "Kau yakin dia jantan? Jangan-jangan hanya kembang telon biasa yang tadi kau rasakan. Di Batu Kunawa kan memang lumayan banyak kucing kembang telonnya. Ada Kitty, Comel, Hime, dan bahkan ibumu, Unyis X. Kau pasti tadi salah lihat. Radarmu mungkin terganggu kawan. Aku tadi bahkan tidak merasakannya sama sekali." "Kau benar kawan, mungkin radarku saja yang lagi bermasalah." "Tentu saja kawan." Kata Lupix. "Karena kata ayah Coupone dan ibu Fleurs, kucing kembang telon jantan itu mustahil ada di dunia ini. Dahulu sekali aku pernah menanyakan tentang ini pada mereka, dan mereka menjawab itu hanya ada dalam mitos atau legenda saja. Legenda tentang Sang Raja!" "Sang Raja...?" gumam Rimpu. "Iya sang Raja." Jawab Lupix seraya m******t lengannya sendiri dengan enzim. "Ibu Fleurs pernah mengatakan bahwa kucing jantan belang tiga akan menjadi raja kucing ketika ia dilahirkan. Tentu saja ibu Fleurs menyebut kisah itu hanya legenda semata yang tak pernah terbukti kebenarannya. Katanya burung yang terbang di angkasa pun akan jatuh tatkala sang raja menatapnya. Bisa kau bayangkan bagaimana kekuatannya?" "Itu artinya dia lebih kuat dari para Balam Raja, iya kan?" "Kau bercanda? Tentu saja sang raja jauh lebih kuat dari mereka kawan. Jutaan kali lebih kuat dari kucing tipe Balam manapun. Para Balam itu, mereka hanya bergelar raja saja, tetapi kucing telon belang tiga jantan adalah raja yang sesungguhnya. Yah tentu saja jika legenda itu memang benar." "Jika memang sekuat itu, bahkan para Unyis Rida saja jelas bukan tandingan sang raja, iya kan?" "Yaa bisa dikatakan seperti itu Rimpu." "Kucing dengan kekuatan luar biasa semacam itu ... hmmm memang pantas jika dia disebut sebagai Raja!" renung Rimpu. "Chatte d'Espagne...!" celetuk Lupix menyebutkan sebuah nama. "Chat–chaa...t despag–apa?" Rimpu kesusahan melafalkan nama itu. "Chatte d'Espagne, begitulah orang-orang di Perancis menyebut sosok kucing jantan belang tiga dalam legenda. Ya, aku pernah membacanya di salah satu buku milik Mbak Aprillia." Kata Lupix menjelaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD