Hilangnya Anak Kucing

2301 Words
Di rumah kediaman Ahmad Rida, seperti biasa Rimpam dan Unyis X terlihat bersantai di loteng Rida. Akhir-akhir ini Rimpam sering sekali pulang dan tinggal di rumah Rida. Sudah beberapa hari terakhir dia suka nongkrong di rumah Rida, banyak menghabiskan waktu berkumpul bersama Unyis X dan Rimpu. Ini sesuatu yang terbilang langka mengingat bahwa musim ini merupakan musim yang sibuk. Musim perkawinan sebentar lagi akan dimulai, musimnya persaingan bagi kucing pejantan. Tapi Rimpam sepertinya tidak tertarik sama sekali dengan semua kegaduhan dalam menyambut musim kawin tersebut. Di tahun ini, dia melewatkan tiga fase musim kawin. Sebagai seekor Balam Raja, Rimpam mungkin sudah puas dengan kedudukan dan wilayah teritorial yang dimiliki olehnya, kecuali jika ia hendak mencari sesuatu yang lain semisal kebutuhan biologis tentu saja. "Kau sudah tahu, siapa-siapa saja pejantan yang berani terjun di musim ini?" tanya Unyis X ke Rimpam. "Belum," jawab Rimpam singkat. "Aku tahu kau begitu risau dengan ini, X. Tapi jangan sampai perasaan itu membuatmu kehilangan makna berharganya. Bahwa kau akan diinginkan kembali, dan mendapatkan sebuah cinta. Terlalu naif jika hewan seperti kita mengharapkan cinta yang bukan cinta satu malam. Itu sudah menjadi fitrah hidup dari makhluk seperti kita, benar kan? Aku tahu keresahan terdalammu bukan karena kau akan diperebutkan hanya demi status dan dorongan sesaat semata, tetapi karena kau adalah Unyis Rida. Di musim kawin, banyak kucing yang akan menjadikanmu batu loncatan untuk karirnya. Itu kan yang kau risaukan? Kau benci memikirkan itu, apa aku benar X...?" "Mana bisa aku menghindari semua ini. Tapi kau benar dengan beranggapan aku tidak menyukai sistem bagaimana kami para betina diinginkan. Mungkin tidak masalah jika aku hanya kucing betina biasa. Tapi kenyataannya, aku adalah Unyis-nya Rida. Ada beban dipundakku karena ini Rimpam. Para kucing tak bertanggung jawab itu akan membuatku melahirkan anak-anak mereka hanya demi apa? Sebuah status!" "Hmmm," gumam Rimpam tak bergeming. Dia seekor jantan, apa yang bisa dipahaminya dari pikiran Unyis X yang seperti itu? "Lantas bagaimana nanti dengan Rimpu? Aku takut nanti anak-anakku akan berbalik melawannya ketika mereka dewasa, tidak menghormatinya, atau malah menyusahkannya, karena apa? Karena anak-anakku juga ingin mendapat posisi yang sama di rumah Rida. Inilah yang kutakutkan setiap kali aku hendak melahirkan. Membayangkan semua anak-anakku terlalu terobsesi dengan laqob ini, gelar Unyis. Oleh sebab itu sejak dulu, setiap kali aku merawat dan mendidik anak-anakku, selalu kutekankan pada mereka satu pelajaran berharga, bahwa Unyis Rida tidak hanya satu, namun semua kucing yang ada di kampung ini, semua yang disayang oleh Rida, sejatinya adalah Unyis-nya." Tegas Unyis X. "Karena semua kucing disini berpikir beruntung sekali jika seekor kucing menjadi satu-satunya yang paling disayang dan dicintai oleh tuan Rida." Timpal Rimpam. "Mereka hanya tidak menyadari bahwa cinta Rida bukan semata untuk Unyis-nya, tetapi juga untuk semua kucing di Batu Kunawa." "Kau sudah begitu paham itu Rimpam. Untunglah, semua anak-anakku tidak memiliki rasio umur hidup yang panjang. Entah apakah aku harus bersedih, atau malah berbahagia dengan kenyataan itu. Tapi dengan begini, ketakutanku tidak akan pernah menjadi kenyataan. Tapi sekarang, aku kembali dihadapkan pada mimpi buruk itu lagi. Aku tidak siap untuk mewariskan Rimpu dengan semua masalah itu, Rimpam. Terlebih kau tahu sendiri, bagaimana kondisi Rimpu. Padahal ... dia hanya seekor kucing biasa yang ingin disayang oleh ownernya. Dia belum tahu, seberapa besar dan berat tantangan yang akan dia hadapi sebagai kucing peliharaan Rida." "Itu sudah menjadi resiko ketika dia berkomitmen untuk tinggal disini X." "Sama sepertiku, aku tidak meminta untuk semua ini. Aku hanya ingin menjadi kucing peliharaan Rida, tidak kurang dan tidak lebih. Inilah konsekwensi yang harus kuterima," "Tapi kau menyukainya bukan?" "Menjadi kucing yang disayang oleh Rida selama ini? Tentu saja! Itu sudah pasti, aku lebih dari menyukainya, aku mensyukurinya." Jawab Unyis X. "Tapi pujiannya, popularitasnya, dan semua rasa hormat ini, aku tidak menginginkan itu semua. Aku kurang menyukainya. Sejak awal aku tak ingin dihormati hanya karena aku adalah Unyis milik Rida." Rimpam mengubah posisinya dari duduk santai menjadi duduk tegap. "Tapi kau tidak tahu bagaimana Rimpu nantinya X. Mungkin saja dia menyukainya. Kenapa tidak kau tanyakan saja pada anak itu? Katakan saja bahwa kau akan memiliki anak lagi. Beritahu bahwa dia akan menjadi kakak angkat dari anak-anakmu, itu tidak susah kan. Mungkin dia akan senang mendengarnya," "Mungkin saja," sahut Unyis X merenung. "Kemana anak itu...? Dia selalu keluar dan tak kenal waktu." Unyis X menyadari Rimpu belum pulang. "Hmm, paling-paling dia main lagi sama temannya yang kucing ras itu. Kucing mahal dengan hidung pesek menjijikan itu." Gerutu Rimpam. "Lupix, namanya Lupix." Sahut Unyis X tersenyum ke arah Rimpam. Unyis X paham bahwa Rimpam agak tidak senang dengan kucing yang bukan satu ras dengannya. Rimpam beranggapan bahwa kucing ras berharga mahal hanyalah sebuah kebod0han yang dilakukan oleh manusia. Baginya, baik kucing kampung maupun kucing ras itu setara, yang satu tidak lebih unggul dari yang lainnya. Seperti itulah Rimpam memandang kelas antar ras kucing. Dia memiliki rasa Chauvinis yang besar terhadap rasnya sendiri yakni ras domestik atau ras kucing kampung. Rimpu kemudian datang dari petualangannya bersama Lupix. Unyis X meminta Rimpu segera makan. Rimpu menanyakan apakah Rida sudah pulang kerja atau belum, dia mau bermain dengannya. Unyis X mengatakan Rida akan pulang malam hari ini. Rimpu langsung makan seperti yang diminta oleh Unyis X. Sebenarnya bukan karena disuruh, tetapi karena ia memang sudah sangat lapar. Sembari makan, Unyis X menanyakan kemana saja Rimpu dan Lupix menghabiskan waktu seharian ini. "Kami hanya jalan-jalan ke jembatan dekat sungai di G4ng Sembilan itu saja ibu." Jawab Rimpu. "Ibu senang kau bergaul bersama Lupix. Ibu kira setelah Milka ... tiada, kau akan kesulitan untuk menemukan partner yang bisa membantumu mengaktifkan warpzone. Ibu tenang jika kau selalu bermain bersama Lupix. Dia bisa membantumu sewaktu-waktu dengan meongannya. Ibu yakin kau akan aman ketika bersamanya." "Aku tahu ibu, keadaanku yang tanpa meongan ini cukup membuat ibu terlalu mengkhawatirkanku. Tapi tenang saja. Seperti yang ibu tadi katakan, sekarang aku sudah punya partner yang bisa membantuku sewaktu-waktu. Lupix selalu ada bersamaku, jadi aku tidak akan kenapa-napa, ibu. Kadang tuan Rimpam juga ada di sekitarku," lirik Rimpu menatap Rimpam. "Hhhhh! Biarpun aku sedang ada di dekatmu, aku tidak akan membantumu dalam perkelahi4an apapun." Jawab Rimpam. "Merepotkan saja! Kau tahu kan kalau aku seorang Balam. Aku tidak mungkin mengotori tanganku hanya untuk sekedar membantumu." Ketus Rimpam sedang melakukan penyangkalan. "Tapi kau dulu datang untuk membantu Rimpu, saat dia berhadapan dengan Sang Remover," sahut Unyis X tersenyum, mengingatkan kembali akan kejadian nahas malam itu. "Kau ingat?" "Ciihh." Sahut Rimpam sembari memejamkan kedua matanya. "Itu hanya kebetulan saja, aku lewat disitu dan melihat Rimpu sedang terancam oleh makhluk itu." Rimpu kemudian tertawa kecil. Unyis X kemudian menangkap sebuah panggilan telepati. Dari seekor kucing betina di bawah sana. Gemoy, ada urusan apa dia menghubungiku? tanya Unyis X tidak tahu kenapa Gemoy menghubunginya secara khusus. "Baiklah, aku akan segera turun ke bawah." Kata Unyis X. "Ada siapa ibu?" "Di bawah ada Gemoy." "Bibi Gemoy?" "Ada urusan apa kemari?" tanya Rimpam masih memejamkan matanya. "Entahlah. Aku akan turun ke bawah untuk mencari tahu," Unyis X lalu turun menuruni anak tangga dan keluar teras rumah Rida yang ada di bawah. Unyis X sudah mendapati Gemoy berada disana menunggunya. Biasanya memang banyak kucing yang lalu lalang di sekitar rumah Rida termasuk juga si Gemoy, tapi jarang sekali Gemoy menghubungi Unyis X secara khusus seperti sekarang ini. Pasti ada sesuatu yang penting yang hendak disampaikannya pada Unyis X. "Sore, Unyis X." Sapa Gemoy. "Maaf aku menghubungimu dan memintamu untuk keluar rumah," "Sore juga Gemoy. Tidak apa-apa, jadi ada urusan apa kau kemari dan ingin bicara denganku secara khusus? Tidak biasa biasanya. Apa ada suatu masalah? Katakan saja ada apa." "Sebenarnya ... aku tidak enak mengatakan ini pada anda, Nyonya Unyis." Kata Gemoy masih segan bicara. "Ini tentang putra anda, Rimpu." "Rimpu? Kenapa dengan Rimpu? Apa ada masalah dengannya? Rimpu berulah? Katakan, apa yang telah ia perbuat?" "Tidak dengan sengaja, Nyonya Unyis." Jawab Gemoy. "Saya tahu Rimpu dan Lupix adalah anak-anak kucing yang baik. Mereka sejauh ini juga tidak pernah berulah, hanya saja ..." "Hanya saja apa?" "Emmm, hanya saja kemarin Rimpu ... bersama Lupix, telah mengaktifkan dimensi warpzone di depan ketiga anak-anakku, Nyonya Unyis." "Mereka berdua membuka warpzone di depan ketiga anakmu...?" Unyis X mulai terdengar kesal. "Lalu...?" "Iya, dan seperti yang anda ketahui, anak-anakku itu masih sangat muda untuk bersentuhan dengan warpzone. Itu bisa membahayakan nyawa mereka bertiga. Tapi aku yakin Rimpu dan Lupix tidak melakukannya dengan sengaja kok Nyonya Unyis. Aku hanya ingin anda memberitahu Rimpu dan temannya Lupix agar lebih berhati-hati ketika mengontrol kemampuan besar semacam itu. Maaf, jika aku harus mengatakan ini." "Tidak, tidak masalah. Terima kasih karena kau sudah mau memberitahuku masalah seperti ini Gemoy. Aku memang selalu meminta Rimpu untuk berhati-hati ketika menggunakan meongan. Kau juga pasti sudah tahu bahwa anakku itu tidak memiliki meongannya sendiri, jadi aku selalu mengingatkan kepada Rimpu untuk berhati-hati jika menyangkut dengan kekuatan. Lalu bagaimana keadaan ketiga anakmu? Apa mereka semua terluka karena itu?" "Tidak, jelas mereka tidak terluka." Jawab Gemoy. "Mereka baik-baik saja karena Rimpu dan Lupix memang dari awal tidak berniat untuk menyakiti mereka. Hanya saja mulai sejak saat itu ... aku sebagai induk mereka menjadi kewalahan. Salah satu anakku, Kuka, mulai bisa mengeong dan ia menjadi suka membuat warpzone sendiri. Itu hampir tak terkendali. Usianya masih sangat kecil, tapi getaran meongan yang ia hasilkan lumayan besar. Mereka masih belum cukup umur untuk dapat memanipulasi dimensi sepenuhnya. Ini masih terlalu cepat untuk mereka." "Bukannya itu terdengar bagus, Gemoy? Salah satu anakmu bisa mengaktifkan warpzone di usianya saat ini." Kata Unyis X. "Anak-anakmu sangat berbakat," "Ya, aku juga bangga dengan mereka Nyonya Unyis. Hanya saja aku khawatir," "Tidak usah khawatir. Kurasa itu pertanda bagus. Kau memiliki putra yang hebat dan berbakat." Sahut Unyis X. "Jadi kedatanganmu kemari hanya untuk memberitahu ini? Baiklah, nanti akan kutegur anakku Rimpu agar kelak bisa lebih berhati-hati lagi. Supaya hal-hal semacam ini tidak terjadi lagi." "Terima kasih untuk itu, Nyonya Unyis." Sahut Gemoy. "Aku tidak ingin anda memarahi Rimpu, bukan itu maksudku datang kemari. Aku tidak ingin laporan ini malah membuatnya dimarahi, Nyonya Unyis. Bagaimana pun, Rimpu adalah kucing yang telah menyelamatkan kampung ini dari teror Remover beberapa bulan yang lalu. Banyak kucing disini yang dulu meragukannya kini mulai menaruh harapan padanya. Rumor itu benar, bahwa Unyis Rida memang selalu memiliki kemampuan istimewa. Begitu juga dengan Rimpu yang nantinya juga akan menjadi Unyis-nya Rida." "Siapa yang bilang Rimpu adalah pahlawan yang telah mengalahkan Remover?" tanya Unyis X tertawa kecil. "Kau tahu Gemoy, itu hanya sebatas rumor. Bagaimana mungkin bisa kucing sekecil itu dahulu bisa mengalahkan banyak dari makhluk-makhluk itu." "Silahkan saja anda terus menyangkalnya Nyonya Unyis, tapi semua kucing di kampung ini sudah tahu itu. Banyak saksi mata waktu itu, beberapa kucing di G4ng Tujuh dan G4ng Empat mengaku melihatnya sendiri. Rimpu lah yang telah menyelamatkan kampung ini kata mereka." Unyis X hanya tersenyum kecil seraya menolehkan sedikit pandangan. "Mereka pasti salah lihat." Bantah Unyis X. "Baiklah, aku mengerti Gemoy. Urusan Rimpu, akan kuberitahu dia secara baik-baik agar kedepannya dia dan temannya bisa lebih berhati-hati lagi menggunakan kekuatan mereka." "Terima kasih, Nyonya Unyis. Kalau begitu aku izin pergi dulu." "Baiklah, kalau kau mau makan, di sudut teras sana ada makanan. Tuan Rida selalu menyiapkannya. Kau bisa memakannya terlebih dulu sebelum pergi Gemoy." Pinta Unyis X. "Terima kasih, Nyonya Unyis. Aku akan memakannya." Jawab Gemoy tak sungkan. Gemoy ke tempat makan itu lalu setelahnya pamit dan beranjak pergi. Unyis X kembali naik ke atas loteng dan bicara dengan Rimpu. Unyis X coba mengulik informasi kenapa Rimpu dan Lupix bisa sampai gegabah mengaktifkan kekuatan sebesar warpzone di hadapan kucing sekecil itu. "Maaf ibu, kami berdua memang sengaja melakukannya. Kami salah! Itu kami lakukan agar ketiga kucing kecil itu menjauh dan tidak mengikuti kemana kami pergi. Aku tidak sadar bahwa itu bisa saja membahayakan mereka. Untuk itu sekali lagi aku minta maaf ibu." Sesal Rimpu. "Untuk kali ini kau kumaafkan Rimpu. Ibu senang kau berkata jujur. Ibu harap kedepannya kamu dan Lupix bisa lebih berhati-hati lagi menggunakan kekuatan meongan dan mengontrolnya. Ingat, ini bukan untuk main-main. Dimensi itu cukup berbahaya jika disalahgunakan sembarangan." "Dimengerti ibu," sahut Rimpu menyesal. Sore berganti malam. Ahmad Rida pun akhirnya sudah pulang ke rumah. Sekitar menjelang masuk waktu Isya, seorang anak kecil bernama Hassan terdengar mencari-cari kucing kecilnya, Si Encup. Dia mengetuk rumah Rida. Rida pun keluar menemui si Hassan. Anak itu menanyakan apakah kucingnya ada di rumah Rida atau tidak. Dia diminta ibunya memeriksa ke rumah Rida. "Maaf, Hassan. Kakak tidak melihat si Encup ada kemari. Sudah beberapa hari ini dia tidak kemari," jawab Rida. "Iya kak, dia juga sudah tidak pulang selama beberapa hari." Jawab Hassan getir, bibirnya bergetar menahan tangis. Anak berusia 7 tahun itu sudah memiliki ikatan dan perasaan yang besar terhadap Encup, kucing kesayangannya. Dia takut kehilangan Encup atau Encup bakal kenapa-napa. Tapi yang namanya anak kecil, dia masih belum pandai menyimpan dan mengelola perasaannya. Tangisnya pun pecah tepat di depan pintu rumah Rida. Ahmad Rida sedikit kebingungan karena itu. Dia tidak bisa berbuat banyak untuk membantu Hassan menemukan kucingnya. Rida mengerti betul bagaimana perasaan anak itu saat ini. Rida hanya bisa menjanjikan akan mengantarkan Encup ke rumah Hassan jika memang nanti menemukannya atau jika Encup ke rumahnya. "Tunggulah beberapa hari, mungkin besok Encup juga sudah pulang. Si Encup cuman tersasar aja, percaya deh sama kakak, dia nanti akan pulang. Nanti kakak bantu cari ya, jangan nangis." Kata Rida coba menenangkan Hassan. Anak itu mengangguk lalu pulang dengan kesedihan. Unyis X dan Rimpu yang mendengar itu berinisiatif untuk menemukan Encup si kucing Hassan. Biasanya memang ada kucing kecil yang tersasar, dan usia Encup memang masih sangat muda, hampir semuda usia ketiga anak Gemoy. Tapi rasa-rasanya mustahil jika si Encup hilang karena tersasar, karena Rimpu dan Unyis X tidak pernah melihatnya ada di sekitaran kampung, terlebih untuk Rimpu yang memang lebih sering menjelajah kampung bersama Lupix. Unyis X dan Rimpu sadar, ini bukan kasus biasa. Menghilangnya anak kucing jarang sekali terjadi di kampung mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD