Come To Me

2170 Words
5 tahun Kemudian, Bali - Indonesia "Kia? Ms.Kia?" "Eh?!" Lamunan Kia buyar melihat Pantai Kuta di depannya. Pantai yang hampir setiap hari ia lihat selama satu tahun ini. Pantai yang mengingatkannya pada seorang pria yang ia tunggu hingga sekarang. "Ya, Mr.Tom?" Kia melirik pria paruh baya bertubuh tambun yang mengenakan celana pendek, kaos polo putih dan fedora hat. Salah satu wisatawan yang ia pandu sebagai tour guide di Bali, rombongan wisatawan dari Amerika. Mr.Tom memasang wajah melas sambil melirik arloji. "Bisakah kita makan siang? Ini hampir memasuki jam makan siang dan perut kami sudah keroncongan sekarang." Pintanya, mewakili permintaan wisatawan lainnya yang mayoritas sudah berusia paruh baya. Kia mengangguk. "Baiklah." Kia menaruh corong toa kecil di depan mulutnya dan bicara menggunakan bahasa Inggris. "Aku akan membawa kalian semua ke sebuah rumah makan yang menghidangkan makanan khas Bali yang spicy. Tapi kalian tak perlu khawatir jika tak sanggup dengan makanan pedas. Disana juga menghidangkan makanan yang bahan dasarnya roti atau pasta, agar kalian punya pilihan untuk kalian santap." Jelas Kia pada mereka. "Kalian siap?" "Ya, bawa kami kesana, Ms. Kia." Ujar istri Tom, mengelus perutnya. "Ayo ikut aku, rumah makan itu terletak disana. Aku sudah memesan kursi untuk kalian semua." Serunya melangkah menuju rumah makan yang letaknya 500 meter dari bibir pantai. Kia berjalan menuju rumah makan yang mempunyai sejuta kenangan 5 tahun yang lalu. Tiba disana, ia menyapa pemilik rumah makan itu lalu menyilahkan duduk pada kesepuluh wisatawan yang ia pandu. Saat para wisatawan sibuk memesan makanan, Kia duduk termenung. Disinilah pertama kali ia memakan ayam betutu bersama Tayson, pria yang masih ia nanti sekarang. Pria yang tak ia ketahui kabarnya dan pria yang masih ia cintai. Kia memegang gelang pemberian Tayson lalu berbisik, "Datanglah, Mister. Aku menunggumu disini.." New York, 11.05 PM "Hubungi Tracy sekarang, jika ia masih menolak untuk perform di Young Cafe, aku takkan merilis album barunya bulan depan. Bagaimanapun juga aku tak ingin mendengar keluhan klien dan membayar penalti. Kau paham?" Ucap seorang pria tampan bermata abu dan berambut coklat pada seorang wanita cantik berkaca mata tebal, seperti Betty La Fea. "Baik, Pak." Jawabnya lugas sambil mengambil berkas di atas meja lalu menatap pria yang disinyalir menjadi atasannya. "Apa aku sudah boleh pulang sekarang? Kekasihku sudah menunggu di depan lobi, Pak." Ucapnya meminta izin. Pria itu tertawa sebentar. "Aku iri denganmu, Anne. Kau menghabiskan malammu dengan Brad." Sahutnya dengan nada lemah. "Sementara aku.." "Kau memiliki aku, Tayson." Celetuk seorang wanita cantik berambut coklat panjang, memasuki ruangan kerja Tayson Lee. Dia berjalan pelan dengan mini dress hitam mix putih yang melekat indah di tubuh seksinya, menatap sinis Anne.  "Aku permisi dulu." Pamit wanita bernama Anne tadi bergegas keluar meninggalkan mereka. Wanita cantik itu memperhatikan gerak Anne yang bergegas keluar ruangan. "Apakah selera wanitamu sudah berubah sekarang? Menyukai wanita culun itu?" Tuduhnya pada Tayson sambil menarik single chair lalu duduk di depan Tayson yang bersandar menatapnya dingin. "Dia sekretarisku. Walaupun culun ia selalu bekerja profesional dan bertanggung jawab. Dan ia rela lembur daripada menghabiskan waktu dengan party atau duduk di klub." Sindir Tayson membuat wanita cantik itu mengepalkan tangan kesal mendengar ucapannya. "Aku party dan ke klub karena kekasihku tak pernah peduli padaku, dua tahun berhubungan tapi tak pernah sekalipun tidur bersama bahkan setiap kali aku menciumnya selalu menolak. Kadang aku berpikir jika kau adalah gay!" Tuduh wanita itu menatap sinis Tayson, wanita yang menjadi kekasih Tayson selama dua tahun ini. Tayson tertawa, sama sekali tak marah mendengar ocehan wanita cantik itu. "Itu resikomu, Lea. Sejak awal aku bilang padamu jika aku sudah mencintai wanita lain. Walaupun kita menjadi kekasih tapi aku tak pernah menganggapmu kekasih. Sebaiknya kau katakan saja pada Dennis Lee jika kau menyerah menerima tawarannya." Balasnya lugas, mengulangi kalimat sama setiap kali Lea menuduhnya. Lea bangkit. "Tidak. Aku takkan menyerah. Aku yakin bisa membuatmu jatuh cinta sekalipun kau mencintai wanita lain. Dan itu akan kubuktikan, Tayson!" Menunjuk wajahnya lalu membalikkan tubuh beranjak keluar ruangan kerja Tayson. 'Braak' Tayson terlonjak kaget mendengar suara pintu dibanting, tak lama seorang pria membuka pintunya walau pandangannya mengarah keluar. "Kenapa dia? Kalian bertengkar lagi?" Tanya pria itu memasuki ruangan Tayson. "Ya." Tayson mengurut keningnya dan kembali bersandar. "Aku membutuhkanmu minggu depan, Mark. Aku butuh liburan." Ucapnya pada Mark yang tersenyum tipis. "Kemana? Coron? Italia? Spanyol?" Mark menebak Tayson menggeleng lalu menatapnya tajam. "Bali. Aku akan ke Bali." ❤❤❤ Seminggu kemudian, Bali - Indonesia Kia menggeliat di atas ranjang, tangannya memegang jam weker motif Hello Kitty yang baru saja berdering tepat di angka jam 6 pagi. Ia bangkit dan terduduk, menatap gelang yang melingkar bertuliskan sebuah nama. Tayson. Senyum Kia mengembang. "Good morning, Mister." Bisiknya lalu bangkit dan menuju kamar mandi. Setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit membersihkan diri. Ia mengenakan kemeja slimfit, celana jeans lalu berhias. Dan tak lupa sebuah kacamata minus ia kenakan di wajah cantiknya. 'Tin tiin tiin' Kia tertegun mendengar suara klakson panjang didepan rumah kontrakannya. Ia bergegas memasukkan beberapa lembar kertas dan kebutuhan kosmetik seperti lipstik dan bedak. Merasa semua barang sudah masuk ke dalam tasnya dan siap menjalani hari sebagai tour guide pada sebuah perusahaan tour and Travel ternama di Bali, Kia berlari keluar kamar. "Tunggu sebentar, Agus!" Teriaknya pada supir mini bus yang terparkir di depan rumahnya. Kia memasukkan sepatu slip on lalu berlari menaiki bus dan duduk di belakang Agus. "Kita terlambat lima menit, Ms.Kia." Ucap Agus yang mulai melajukan bus menuju jalan ke arah bandara. Kia menebalkan bedaknya lagi. "Sorry. Aku telat bangun karena tadi malam..." "Nonton Drama Korea?!" Tebak Agus cepat, pria berusia 25 tahun itu tahu benar kebiasaan Kia di malam hari, selain menonton Drakor, wanita cantik berambut sepunggung itu juga menyukai menonton movie yang ada di Channel berbayar bahkan hingga larut malam. Kia mengangguk. "Ya." Mengiyakan tebakan Agus. "Menurut kamu, apa mereka sudah sampai Bandara?" Tanyanya pada Agus yang tak lama mengedikkan bahu. "Penerbangan dari Perancis?" Agus memastikan. Kia mengangguk. "Ya. Aku berharap mereka seperti rombongan dari Amerika kemarin. Tak banyak maunya dan penurut. Dan yang paling penting mereka sudah lansia." Harapnya yang merasa senang membawa rombongan tur orang tua dari pada anak muda. "Sekalian aja kamu jadi baby sitter di panti Jompo, Ms.Kia." Ledek Agus lalu tertawa. "Sialan." Kia mengumpat. Tak sampai setengah jam, bus Agus berhenti di parkiran bandara. Turun dari bus Kia berlari membawa bendera segitiga kecil dan sebuah toa yang ia sandang di bahu kirinya. Kia berdiri di depan gerbang kedatangan sambil mengibarkan bendera kecil dan sebelah tangannya memegang kertas putih yang bertuliskan Paradise Tour and Travel. Pandangan Kia terus tertuju pada rombongan penumpang yang baru saja tiba tapi sepertinya bukan rombongan dari negara Prancis yang tiba. Setelah bertanya pada bagian informasi, Kia harus menanti selama satu jam lagi untuk menyambut rombongannya dari Prancis. Kia berjalan pelan menuju kursi panjang. "Aduh.." Isi dalam tasnya keluar karena lupa menutup resleting setelah memakai bedak. Cermin kecil, lipstick, dompet, handphone dan nota kecil berserakan setelah seorang pria bule memakai masker menabraknya tak sengaja.  Kia membungkuk, begitu juga dengan pria itu. "Sorry.." Ucap pria bule itu, membantu memasukkan barang Kia kedalam tas. Kia memasukkan handphone dan dompet. "Aku yang salah." Ucapnya fokus pada barang yang berserakan. Setelah memastikan sudah masuk semua, Kia bangkit lalu berlari menuju toilet. Pria bule tadi terdiam menatap Kia yang berlari, ia mencoba mengingat sesuatu lalu berkata. "Itu tidak mungkin dia." Ucapnya pelan lalu kembali menarik koper menuju lobi. Kia membasuh kedua tangannya sambil bercermin. Bibirnya terlihat sedikit pucat setelan menghabiskan dua pie s**u pemberian Agus saat berada di Bus. Kia merogoh tas nya tapi tak menemukan lipstick limited edition yang bergambar Hello Kitty. "Kok gak ada?!" Mengeluarkan semua isi dalam tasnya di atas wastafel lalu menghela nafas kecewa. "Aku kehilangan lipstik." Keluhnya sambil memasukkan kembali barang miliknya kedalam tas. "Pakailah ini." Ucap seorang wanita bule cantik menyodorkan lipstik branded yang harganya ratusan ribu berbicara dengan bahasa Inggris. "Bolehkah?" Kia memastikan, ia takut merusak lipstik mahal itu. Bule itu mengangguk. "Ya. Pakai saja, tak perlu sungkan padaku." Ucapnya. Kia menerima. "Terima kasih." Memoles tipis-tipis lipstik berwarna merah muda di bibirnya. "Terima Kasih. Lipstik ini aromanya unik dan bagus, pasti harganya mahal."  Memberikan kembali pada wanita bule itu. "Ya,  100 dollar. Tapi ini lipstick yang paling murah yang aku miliki." Ucapnya sombong dan membuat Kia takjub. "Wow, kupikir lipstikku yang harganya cuma 10 dollar yang paling mahal, ternyata ada juga wanita yang membeli lipstik yang harganya sama dengan cicilan motor." Ucapnya takjub dan tak habis pikir. Wanita bule itu merenggangkan kelima jarinya. "Maaf, aku harus mengangkatnya." Ucapnya sambil mengambil handphone iPhone keluaran terbaru. "Hallo." Berjalan keluar toilet lalu melangkah mendekati seorang pria. Kia membuka kacamata. "Haruskah aku membeli lipstik mahal dan mengenakan softlens?" Gumamnya sambil bercermin. "Hmm.. sepertinya tidak perlu." Ucapnya mengenakan kaca mata lagi lalu keluar dari toilet. ❤❤❤ Kia menghela nafas lega melihat rombongan tour kali ini bukanlah rombongan anak muda yang terkadang membuatnya kesal, tapi beberapa pasangan suami istri yang membawa anak, pasangan sedang honeymoon dan seorang wanita karir yang ingin menghabiskan liburannya di Bali. Walaupun hanya berjumlah dua belas peserta Kia tetap professional. Memberi kata sambutan saat mengajak mereka menaiki bus dan memperkenalkan diri pada mereka yang sebagian besar bisa berbahasa Inggris. Agus pun melajukan bus pelan sementara Kia menjelaskan tempat yang mereka lalui. Setelah berkeliling sebentar, Agus membawa bus menuju tempat penginapan.  Karena permintaan peserta yang menginginkan penginapan murah meriah dan tak terlalu jauh dari Pantai, Kia membawa mereka menuju Villa yang pernah ia inapi bersama Tayson. Kia pun menginap disana tepat pada kamar villa itu, tapi salahnya ia lupa memesan kamar itu kemarin, hanya membooking untuk peserta rombongan. "Apa?! Sudah di ada yang menempatinya?!" Tanya Kia pada resepsionis, terkejut kamar yang biasa ia inapi ketika membawa rombongan tour sudah di booking oleh wisatawan lain. Ia hanya terlambat lima belas menit. "Biasanya Nona Kia memesan kamar berbarengan bersama peserta tour, kenapa kali ini gak?" Tanya resepsionis bernama Ida. Kia menghela nafas kecewa didepan Ida dengan wajah melas. "Ya, aku pikir mereka gak meminta jalan-jalan ke pusat perbelanjaan nanti malam, seperti rombongan sebelumnya." Keluh Kia. "Kalau yang kemarin kan wajar  malam-malam gak minta keliling kota. Peserta tour Nona, lansia semua." Ucap Ayu lalu terkekeh. Kia mengangguk. "Ya. Aku pikir rombonganku kali ini gak banyak mau nya kayak rombongan anak muda dari Jerman dua minggu yang lalu, ternyata sama aja." Masih dengan wajah melas dan terpaksa harus pulang pergi untuk memandu wisatawan. "Siapa yang menginap di kamar itu?" Entah kenapa Kia menjadi penasaran. "Sepasang kekasih." Jawab Ida lugas. "Tapi mereka gak kelihatan harmonis. Si cewek gak setuju bermalam disini tapi si cowok ngotot menginap disini." Jelasnya yang teringat pasangan bule itu bertengkar di depannya. "Bule? Bule mana?"  "Amrik." "Oh.." Merasa sedikit heran karena yang sudah-sudah wisatawan dari Amerika lebih memiliki Villa yang jauh lebih mewah dan mahal, seperti Villa yang pernah teman Tayson inapi. "Mungkin cowoknya punya kenangan di Villa ini." Tebak Kia, menurutnya seseorang akan melakukan apapun asalkan bisa menikmati memori yang pernah hilang untuk mengenang kembali momen indah itu. Tak perduli tempat itu murah, mahal, kecil dan besar. Kia pun melakukan hal yang sama. Menyewa kamar yang sama hanya untuk mengenang momen indahnya bersama Tayson dan untungnya pemilik villa tak memugar kamar itu kecuali memperbaiki pintu kamar mandi yang rusak. Ida menggeleng. "Aku gak tahu banyak tamu yang menginap disini 3 atau 4 tahun yang lalu, kecuali dua tahun belakangan ini karena aku menjadi resepsionis baru dua tahun. Kalau yang aku dengar dari percakapan mereka si cowok itu memang pernah menginap disini." Kia bertopang dagu diatas meja resepsionis yang panjang. "Oh ya? Siapa nama si Bule?" Ida mengetik di depan laptop lalu tersenyum. "Namanya Tay--" "Miss.Kia, apa aku harus tetap standby disini atau harus pulang?" Celetuk Agus datang memotong pembicaraan mereka. Kia menoleh melihat Agus lalu menggeleng. "Gak perlu kayaknya deh. Mereka cuma mau aku temani ke pantai Kuta nanti malam." Balasnya sambil melirik arloji yang sudah menunjukkan jam empat sore. "Oke, kalau begitu." Agus menyetujui lalu melangkah menuju pintu lobi tapi berbalik lagi. "Kamu mau bareng gak?" Tawarnya yang menduga Kia kehabisan kamar karena kopernya masih berdiri di sampingnya. Kia menggeleng. "No, nanti aku pulang naik ojek online aja." Tolaknya lalu Agus melambaikan tangan ke arah Ida juga. "Bye, Cantik." Pamitnya pada Ida yang spontan tertunduk malu. Kia menggeleng melihat Agus. "Dia memang sedikit rada-rada tapi dia baik kok, Da." Menggoda Ida yang seketika wajahnya merah padam. "Aku titip koperku dulu disini ya, aku harus ke pantai dulu memastikan mereka masih disana." Ucap Kia lalu meninggalkan Ida ketika ada salah satu tamu yang bertanya padanya. Kia berjalan pelan menuju pantai, angin berhembus sedikit kencang begitu juga ombak yang bergulung di lautan. Tapi wisatawan sangat menantikan momen seperti ini karena baik untuk berselancar. Dan sepanjang bibir pantai hampir dipenuhi wisatawan yang berselancar ataupun menikmati wahana permainan air.  Kia hanya bisa memandang wisatawan menikmati pesona pantai kuta yang keindahannya abadi. Tepat di tempat biasa Tayson menggenggam tangan dan memeluknya, langkahnya terhenti. Air mata Kia menetes seakan tak sanggup untuk menantinya lagi. Rindunya semakin dalam tapi sayangnya pria yang ia rindukan tak bisa ia lihat dan peluk seperti dulu. Dan yang Kia bisa sekarang hanya pasrah.. Pasrah jika waktu akan mempertemukannya kembali walau tak tahu saat itu tiba. Kia mengusap air matanya lalu membalikkan tubuh. 'Bruuk'  "Aduh." Pamflet di genggamannya terjatuh. Kia membungkuk lalu mengambilnya. "Kia?" Ujar pria yang menabraknya sambil membuka kacamata hitam melihat Kia memunguti pamflet. Kia tertegun mendengar suara yang tak asing di telinganya. Suara pria yang pernah mengisi hari-harinya lima tahun yang lalu. Pria yang pernah memeluknya sambil bernyanyi saat akan tidur. Dan pria yang ia nanti sampai sekarang. Kia bangkit dan berdiri didepan pria itu, pamflet di genggamannya terbang di bawa añgin laut karena terkejut melihat pria dihadapannya tersenyum lebar. Seketika air mata Kia mengembang sambil menyebutkan sebuah nama dengan suara bergetar. "Mister…"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD