Remember Me This Way..

2257 Words
Tayson menaruh kepalanya diatas paha Kia. "Bagaimana kalau besok kita pindah ke Villa kemarin?" Tawarnya mendongak melihat Kia yang spontan berpikir. Kia menggeleng tak setuju. "Disana mahal, lagipula aku mau pulang ke Jakarta secepatnya." "Apa?!" Tayson bangkit dengan tatapan tak percaya. "Kamu sudah ketemu sama teman-teman kamu itu?"  Kia menggeleng lagi. "Belum sih, tapi aku harus pulang buat siapin semua keperluan kuliahku. Tapi aku--" Kepala Kia tertunduk, yang membuat sedih, ia tak mempunyai uang untuk membeli tiket. Tayson meraih tangan Kia dan menggenggamnya. "Kamu gak usah takut, aku pasti bantu kamu kok." Tersenyum melihat Kia mengangkat wajah lalu memeluknya erat. "Terima kasih, Mister. Kamu sudah menampung aku dan banyak bantu aku disini. Aku pasti balas semua kebaikan kamu." Ucapnya serius. Tayson mengusap pipi. "Janji?" Kia mengangguk. "Ya. Aku janji!"  "Bisa aku tagih sekarang?" Pinta Tayson, tak yakin bisa bertemu Kia lagi jika sudah berpisah nanti. "Heh?" Dahi Kia berkerut. "Dengan cara apa?" Senyum Tayson mengembang. Usapan tangannya menuju bibir Kia yang sudah setengah terbuka. "Kissing." Tayson mendekatkan bibirnya lalu mengulum bibir Kia pelan dan lembut. Mata Kia terpejam merasakan bibirnya hangat dikulum. Kali ini ciuman Tayson membuatnya terlena, entah kenapa kali ini juga Kia membalas kuluman Tayson. Merasakan ciumannya berbalas, membuat Tayson makin antusias menciumnya. Ia membuat Kia terbaring, mencium bibirnya dan beralih ke leher. Nafas Kia melaju cepat sama seperti Tayson yang mencumbunya.  Bibir Tayson yang sudah berada di ceruk lehernya membuat Kia mengerang, kepalanya mendongak memberi ruang untuk Tayson ciumi. Ia juga merasakan sebelah tangan tayson membuka kancing piyamanya satu persatu. Tayson terdiam melihat d**a Kia menyembul indah dari balik bra. Nafasnya semakin berkejar-kejaran melihat Kia memandangnya dengan mata sayu. "I love you.." Tayson menindih dadanya, mengulum bibirnya lagi. Kia melepaskan ciumannya. "Bagaimana bisa kamu cinta aku?" Penasaran, karena mereka baru saling kenal walau selama 24 jam selalu bersama, belum memahami sifat masing-masing, baginya Tayson terlalu cepat mengatakan kalimat itu. Walau Kia senang mendengar kalimat yang biasa ia dengar di dalam film romantis Hollywood. Tayson mengusap rambut Kia yang terjuntai di sebelah pipinya. "Karena aku yakin kita pasti bakalan ketemu lagi, Kia." Menjawab dengan suara pelan lalu mengecup dahi Kia. "Kalau kita bertemu lagi, aku mau menikahi kamu." Kia spontan tertawa mendengar kalimat terakhir Tayson. "Menikah? Hahahaha." Tertawa geli membayangkan menikahi bule ganteng Amerika yang tubuhnya jauh lebih tinggi begitu juga memiliki uang yang banyak, berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya orang biasa. Anak yatim piatu dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya, merantau ke Jakarta hanya untuk bersekolah karena mendapatkan tawaran pamannya yang akan membiayainya sekolah. Kia tak ingin bermimpi tinggi, ia hanya gadis yang menikmati dan menjalani hidup apa adanya seperti air yang mengalir di sungai. Tapi malam ini, ia menikmati ciuman dan sentuhan Tayson, mungkin untuk terakhir kalinya. "Kamu gak percaya?" Tayson terheran melihat Kia tertawa terbahak-bahak. Kia bangkit terduduk lalu menggeleng. Tayson duduk di sampingnya, mengeluarkan gelang dari tangannya lalu memasukkan ke dalam pergelangan tangan Kia. "Anggap saja ini DP aku melamar kamu, kalau kita bertemu lagi aku pastikan menikahi kamu." Ucapnya lugas, tapi Kia melihatnya tersenyum menahan tawa. "Oke..oke.." Kia menyerah. "Berarti kalau kita bertemu lagi, aku menunggu kamu nikahi aku tapi gak berlaku kalau kamu sudah punya pacar atau istri. Karena aku gak mau ngerebut pacar orang apalagi jadi pelakor. Kamu paham?" Jelas Kia, memastikan hubungan mereka di masa mendatang. Tayson memberi kelingking. "Oke, aku setuju! Jika salah satu dari kita ketemu lagi tapi sudah punya pasangan..anggaplah kita gak pernah saling kenal." Tawarnya lagi, dan terdengar ekstrim. Tapi bagaimanapun juga ia mencoba untuk tetap setia pada Kia karena yakin wanita itulah yang ia cari sejak dulu. Kia melingkarkan kelingkingnya di jari Tayson. "Baik. Aku gak akan sapa kamu kalau kamu sudah punya pacar dan menganggap kita gak pernah saling kenal. Dan gelang ini…" Menunjukkan gelang milik Tayson. "Akan aku buang kalau aku tahu kamu punya yang lain." Tayson meraih tangan Kia dan menggenggamnya. "Iya..iya..tapi sekarang kamu pacar aku. Bukan pacar bohongan tapi pacar beneran. Partner in crime aku." Mendorong tubuh Kia lalu mengulum bibirnya lagi. ❤❤❤ Mendengar pekikan burung camar di pagi hari, angin laut yang berhembus pelan dan dingin berhasil membuat Kia terjaga. Ia meraba sisi ranjangnya tapi tak menemukan Tayson di sana.  "Mister.." Kia memanggil tapi tak ada sahutan. Kia bangkit dari ranjang dan memanggilnya lagi sambil berjalan menuju kamar mandi. "Mister.." Tangannya membuka kamar mandi tapi tak menemukan Tayson. "Mister.." Panggilan Kia terhenti melihat Tayson berdiri di depan teras. Kedua tangan pria itu masuk kedalam saku celana, memandang pantai yang ombaknya bergulung pelan.  "Kamu sudah bangun?" Tanya Tayson tanpa menoleh kebelakang. Kia memeluk Tayson dari belakang, merasakan hangat punggung Tayson yang tak ditutupi sehelai kaos, hanya mengenakan celana pendek. "Hmm.." sambil memejamkan mata. "Hangat.. punggung kamu hangat."  Tayson membalikkan tubuh lalu menggenggam tangan Kia dan menariknya menuju kamar mandi.  "Hei, kenapa kamu ajak aku kesini?" Langkah Kia terhenti setelah tiba didalam kamar mandi. Ia tercengang melihat Tayson membuka celana pendek. Kia membuang wajah dan menutup matanya setelah melihat Tayson membuang celana pendeknya dan hanya mengenakan boxer. "Sebaiknya aku keluar dulu." Bermaksud melangkah tapi Tayson menarik tangannya. "Jangan pergi." Wajah Tayson memelas. Ia mendekati Kia lalu mengusap pipi sambil menelan air liur. "Kita mandi bareng." Bisiknya pelan. "What?!" Kia berteriak dan matanya melotot tak percaya mendengar permintaan Tayson yang ekstrim untuk ia lakukan di pagi hari. "Kita belum menikah, Mister." Menolak ajakannya, karena apa yang sudah mereka lakukan tadi malam hanya kissing, cumbuan dan tidur saling berpelukan. No s*x. "Hanya mandi bareng. Kamu gak usah khawatir. Aku gak ngelakuin itu kalau kamu belum siap." Menarik pinggul Kia lalu membuka kancing piyamanya satu persatu. Kia terdiam melihat Tayson membuka piyamanya. Yang membuat ia terdiam bukan karena pasrah tetapi dari raut wajah Tayson memperlihatkan kesedihannya. Kesedihan seakan takut kehilangannya. "Ayo." Tayson menarik Kia menuju shower. Kia melangkah malu-malu walau di tubuhnya hanya melekat sepasang underwear, sama seperti boxer yang melekat ditubuh Tayson. Kia berdiri memandang Tayson yang tersenyum, tapi tidak dengan tatapan matanya yang sendu.  Air pancuran membasahi tubuh mereka dari ujung rambut hingga seluruh tubuh. Sebagian pasangan mungkin melakukan adegan erotis, tapi tidak dengan mereka yang terdiam saling memandang wajah masing-masing. Tayson mengusap pipi Kia. "Aku bersyukur bisa bertemu kamu, Kia. Aku bahagia bisa mengenal kamu dan.." Mendekatkan wajahnya. "Mencintai kamu." Lalu mengulum bibir Kia lembut. Mata Kia terpejam menikmati kuluman bibir Tayson, pria pertama yang menjadi pacar dan mencintainya. Pria yang menjadi sahabat sekaligus partner in crime dan pria yang akan ia temui di masa depan. Kia membuka matanya pelan, walau air pancuran terasa dingin tapi tubuhnya terasa hangat merasakan pelukan Tayson yang semakin erat. "Kamu kok menangis?" Kia mengusap pipi Tayson. Bukan basah karena air pancuran tapi Tayson menangis, itu terlihat matanya yang memerah. Tayson tersenyum lalu mengeratkan pelukannya. "Aku gak mau pisah dari kamu, Kia." Ucapnya pelan, air matanya terhapus air pancuran tapi dadanya terasa sesak dan tak sanggup menahan butiran bening itu mengalir membayangkan harus melepas Kia dan kembali ke kehidupannya masing-masing. Tayson tak sanggup.  Kia pun merasakan hal yang sama. Semua kenangan selama beberapa hari bersamanya membuatnya bahagia dan ia juga berat harus berpisah dengan pria yang ia tahu bernama Mr.T. Tapi ia harus pergi..untuk kembali. "Kita pasti ketemu lagi, Mister. Aku janji nunggu kamu disini. Di Bali." Tak terasa air mata Kia menetes membayangkan hari itu tiba walau tak tahu kapan waktunya. Yang pasti sekarang ini Kia hanya ingin memeluknya erat karena ia lah pemilik hatinya sekarang. ❤❤❤ "Sudah siap?" Tayson membuka kamar Kia, menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Kia menoleh lalu mengangguk. "Sudah. Aku sudah masukin semua barang-barang aku kedalam koper." Lalu melirik ke atas nakas. "Hampir aja ketinggalan." Mengenakan gelang pemberian Tayson. "Harus kamu pakai terus karena itu tanda bukti kamu punya aku." Ujarnya sedikit memaksa, mendekati Kia lalu duduk di bibir ranjang. Kia berpikir sebentar. "Berarti aku harus memberi kamu sesuatu juga dong.." Sambil memikirkan barang yang layak untuk Tayson simpan. Tayson melambaikan tangan tak setuju. "Gak usah, Sayang. Gak mungkin aku simpan hello Kitty kamu, nanti.." "Kamu nolak pemberian aku?!" Kia merengut tak senang. Tayson tersenyum kecut. "Bukan gitu, aku sudah simpan barang milik kamu. Jadi gak perlu kamu kasih aku barang yang lainnya." Jelasnya, teringat pada scarf yang ia pungut saat di bandara Soekarno Hatta, saat mereka bertabrakan. "Barang aku?" Kia mencoba mengingat. "Apa itu?"  "Rahasia!" Balas Tayson menarik tangan Kia membuatnya duduk diatas pangkuannya. Kia melingkarkan tangan di leher Tayson sambil tersenyum. "Terima kasih, Mister." Air matanya mulai mengembang. "Aku…" Ucapan Kia terhenti saat Tayson mengulum bibirnya lalu menjatuhkan tubuh di ranjang. Tayson mencium bibirnya lalu mengecup dahinya dengan tatapan nanar. "Love you, Kia."  "Love you too, Mister." ❤❤❤ Sepanjang perjalanan keluar villa, menyusuri pantai dan berjalan untuk menuju jalan besar, Tayson menggenggam erat tangan Kia dan sebelah tangannya menarik koper Kia yang berwarna pink dengan motif hello Kitty. Mereka tak banyak bicara, hanya genggaman tangan itu yang bicara, seakan berat untuk berpisah. "Kapan kamu pulang ke Amerika?" Kia memberanikan diri memecah keheningan diantara mereka walau desir angin laut berbunyi gemuruh. Tayson mengedikkan bahu. "Aku gak tahu. Mungkin sampai aku bosan disini." Jawabnya tak semangat. Tayson mengulurkan tangan, menghentikan sebuah taksi. "Naiklah." Pintanya pada Kia yang tak lama ia juga duduk disamping Kia setelah supir meletakkan koper di bagasi. Kia melirik ke genggaman tangannya. Ia tersenyum sendiri melihat Tayson hanya beberapa menit melepaskan genggamannya, selebihnya ia seperti seorang ibu yang takut anaknya tersesat. Ya, Kia memang sudah tersesat di Bali dan Tayson lah sang penolong sekaligus partner in crime. Tapi sayangnya moment itu akan berakhir setelah tiba di Bandara, untuk meninggalkan Bali dan Tayson. Kia memiringkan kepala merebahkan di bahu Tayson. "Aku pasti bakal kangen kamu." Ucapnya pelan. Tayson tersenyum. Aku juga." "Eh?" Kia menegakkan kepalanya dan mendekatkan wajah ke jendela lalu tak lama senyumnya mengembang. "Naomi?" Serunya pelan memastikan wanita yang berjalan di bahu jalan adalah kedua sahabatnya. Kia melepaskan genggamannya dan membuka kaca jendela. "Naomi!" Ia berteriak ketika mobil melaju pelan. Wanita itu menoleh dan memang ia adalah Naomi. "Kia?!" Naomi dan Dita berteriak. "Stop, Pak!" Kia memohon pada supir taksi dan sempat membuat Tayson terheran. "Ada apa?" Tayson tak mengerti walau pandangannya melihat ke arah jendela. Senyum Kia mengembang. "Itu temanku, Mister!" Serunya sambil membuka pintu mobil lalu lari berhamburan ke arah Naomi dan Dita. Tayson turun dan tersenyum melihat mereka bertiga berpelukan dan tertawa. Ia menurunkan koper Kia lalu mendekati mereka dan memberikannya.  "Sepertinya tugasku benar-benar sudah selesai, Kia." Ujarnya didepan Naomi dan Dita yang spontan saling berbisik dan tertawa kecil melihat Tayson dengan kagum. Kia menerima koper. "Terima kasih. Aku--" Tayson mengulum bibir Kia di depan kedua temannya. "Oh My God!" Naomi dan Dita spontan kaget melihat pemandangan yang tidak pernah melihat pada seorang Kia yang tak pernah pacaran, tapi kali ini seorang bule ganteng mencium bibirnya. "Hati-hati. Aku pergi dulu." Pamit Tayson bermaksud beranjak meninggalkannya tapi Kia menarik tangannya. "Berapa nomor handphone kamu?" Kia merebut handphone dari tangan Dita dan bersiap mencatatnya tapi Tayson menggeleng. "Itu gak penting, Kia." Tolak Tayson. "Kamu sudah janji mau nunggu aku disini. Dan kita pasti akan bertemu nanti." Jelasnya dengan sebelah tangan melepaskan cengkraman Kia. Kia mengangguk. "Ya. Kita pasti akan ketemu lagi, Mister." Mengiyakan dengan nada lemah. Tayson mengusap pipinya. "Aku pergi dulu. Bye.." Lalu melirik Naomi dan Dita yang sejak tadi tersenyum lebar. "Jaga baik-baik Kia. Karena akú pasti menjemput nya lagi." Naomi dan Dita mengangguk. "Yes, Mister." Membalas melihat Tayson beranjak menuju Taksi. "Gila lu, Kia! Kenal dimana sama si Bule?!" Tanya Naomi antusias. Pandangan Kia mengarah ke Taksi yang berada sekitar 20 meter darinya yang tak lama mulai melaju pelan. "Ceritanya panjang, Naomi. Tapi Gue benar-benar sayang dia." Kia berlari mengejar taksi yang sudah melaju sambil berteriak memanggil Tayson. "Mister!!" Kia terus berlari. "Mister!" Tayson menoleh kebelakang. "Apa perlu kita berhenti, Mister?" Tanya supir taksi melambatkan lajunya. Tayson menggeleng dengan air mata mengembang. "Tidak perlu, Pak. Lanjutkan saja." Titahnya yang tak lama air matanya menetes. Kia berhenti berlari melihat taksi itu menghilang di sebuah tikungan. Ia merosotkan tubuhnya membuatnya dalam keadaan berjongkok. Air matanya menetes dan baru menyadari ternyata memang berat untuk jauh dari Tayson, pria yang banyak berjasa selama hampir seminggu bersamanya. Tubuh Kia seakan tak bertulang, seseorang yang selama ini sudah membuatnya semangat takkan lagi ia lihat kecuali takdir mempertemukan mereka lagi. Dan Kia tak tahu kapan ia bisa menjumpai Tayson, baginya hari-harinya akan menjadi sepi seperti dulu lagi. ❤❤❤ Jam masih menunjukkan jam tujuh pagi tapi Dita sudah mengajaknya untuk mengelilingi Bali menggunakan mobil CRV. Mata Kia sembab, ia tak banyak bicara karena sudah menceritakan semua pada kedua sahabatnya tentang awal pertemuannya dengan Tayson hingga mereka bisa menjalin kasih. Kia belum sanggup untuk meninggalkan Bali esok hari, tapi rindunya semakin dalam setiap detiknya. Kia tertegun melihat pemandangan pantai Kuta didepan mereka, wajahnya terlihat cemas dan tak sabar. "Berhenti, Dit! Gue mohon tolong berhenti, Dit!" Kia memohon sambil meneteskan air mata melirik ke arah jalan villa tempat Tayson berada. "Ada apa, Kia? Tujuan kita masih jauh!" Dita menepikan mobil di bahu jalan. Naomi melihat Kia juga terheran, tak mengerti tiba-tiba Kia menangis dan berteriak. "Gue harus ketemu dia. Gue...gak bisa ninggalin dia sekarang!" Kia turun dari mobíl lalu berlari menuju arah Villa. "Kia!" Panggil Naomi dan Dita spontan. Kia tak menggubris dan terus berlari menuju Villa walau nafasnya terengah-engah dan air matanya terus mengalir. Kia menaiki tangga Villa dan senyumnya mengembang membayangkan Tayson berada didalamnya. "Mister.." Kia masuk dan membuka pintu yang tak terkunci. "Tumben gak di kunci?" Gumamnya terheran. "Mungkin dia sudah bangun." Tersenyum lagi, berjalan menuju kamar Tayson. "Mister.." Kia terkejut melihat housekeeping sedang merapikan sprei. "Apa ada yang ketinggalan?" Tanya Housekeeping , wanita yang berumur 40 tahunan itu. Kia menunjuk tempat tidur. "Temen saya..eh maksud saya, pacar saya mana? Yang biasa tidur disini, dia kemana?" Matanya melirik lemari pakaian yang terbuka tapi terlihat kosong. Housekeeping itu menghentikan kegiatannya lalu menghela nafas. "Kalian lagi bertengkar ya? Tadi subuh pacar nona check out, katanya mau pulang ke Amerika. Dan sekarang mungkin sudah ada Bandara." Jelasnya sambil menggeleng. Kia melangkah mundur. "Pulang? Ke Amerika? Gak mungkin! Gak mungkin secepat itu ninggalin aku!" Teriak lalu berlari keluar. "Tadi yang cowok nangis dan sekarang ceweknya nangis..Huff..dasar anak muda!" Gumamnya kembali melanjutkan pekerjaannya.  Kia berhenti berlari melihat ombak Pantai Kuta bergulung pelan. Ia mengusap pipinya yang basah dan berharap bisa bertemu dengan Tayson lagi di masa mendatang. Seketika Kia berkata didepan pantai. "Aku akan menunggumu disini Tayson..ingatlah aku..ingatlah aku pernah ada disini..mencintaimu.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD