Lydia POV
"Aww" kesialan apa lagi ini tuhan? aku menjerit ketika darah segar mengalir begitu deras dari kakiku. Daniel panik luar biasa sama seperti ku, terlihat sekali dari raut wajahnya.
"Astaga Ly" teriaknya dengan ringisan di wajahnya.
"Mas ambilin obat dulu" ucapnya parau dan langsung berlari mengambil obat di lemari. Aku melihat gerak geriknya ketika mengambil obat dengan terburu-buru. Dan kembali lagi berdiri didepanku .
"Ada pecahan kaca dikakimu" aku meringis mendengar ucapan Daniel. Dan benar yang dia bilang ada pecahan kecil sekali menusuk kakiku. Jika tidak diberitahu aku juga tidak akan tahu saking kecilnya benda itu.
"Mas cabut, tahan ya" Dia berjongkok didepanku namun tetap menghindari pecahan beling dilantai.
"Pelan-pelan aja" Aku meringis menahan rasa sakit pada kakiku, Daniel mendongakkan wajahnya ke arahku meminta persetujuan. Aku mengangguk dengan ragu.
"Tahan" jarinya mulai memegang pecahan kaca dan mencabutnya dengan cepat.
"Akhh" Rintihku secara refleks aku memukul bahunya dengan tenagaku.
"Kok mukul mas?" Tanyanya dengan dahi mengkerut.
"Sak..it"
"Justru kalo pelan-pelan malah sakit"
"Tetep aja sakit" Aku mendengus kesal dan entah sejak kapan air mataku mengalir dari sudut mataku.
"Kok malah nangis?" Daniel mengulurkan tangannya mengusap air mataku dengan pelan dan lembut.
"Permintaan maaf" Daniel berjinjit dan mengecup bibirku singkat. Aku tersipu malu tanpa sadar memejamkan sepasang mataku.
"Minta lebih?" Pertanyaan Daniel sukses membuatku membuka mata lebar - lebar. Padahal tidak ada maksud seperti itu dipikiranku.
"Mas minta maaf, mas nggak sengaja" Tambahnya lagi ketika aku hanya diam.
"Mas obati sekarang ya" Aku mengangguk, Daniel mulai membuka kotak P3K dan melumuri kapas dengan antiseptik. Membasuh lukaku dengan pelan dan membersihkan darah disekitar kakiku.
"Pel...lan" Rintihku
"Udah pelan ini Ly" Dia melanjutkan dengan memplester lukaku dengan rapat.
"Udah" Daniel berdiri dan kembali duduk didepanku.
"Makasih mas" Daniel mengangguk.
"Biar mas bersihin kamu kekamar aja tidur ya"
"Enggak, mas aja belum makan kok" Aku menggeleng dengan cepat.
"Ya ampun Ly, mas udah nggak selera" Lelaki itu menyugar rambutnya kebelakang menggunakan tangan kirinya. Damn ! he look so handsome like this ! But. Aku kembali teringat ketika mulutnya berbau rokok siang tadi. Salah satu kebiasaan yang tidak aku sukai dari seorang lelaki.
Seperempat pikiranku tersadar "Pokoknya harus makan !"
Daniel menghembuskan nafasnya panjang dan berkata "Okey mas makan lagi, bentar aku ambil dulu"
Daniel menuju ke kulkas aku melihat dia mengambil roti tawar dan satu botol selai kacang. Aku mengerutkan keningku tidak suka, aku menyuruhnya makan nasi bukan roti !.
"Mas makan ini" Daniel membuka bungkus roti dan mengambil dua lembar roti lalu dilumuri dengan selai kacang yang dia bawa tadi.
"Ishhh" Aku berdecak memikirkan kelakuan Daniel.
"Ini makanankan?" Dia menoleh ke arahku dengan tatapan bertanya. Sial dia mulai dengan sikap sebelumnya.
"Iya iya iyaa" Aku menjawab dengan kesal.
"Mas?" Panggilku lirih disela-sela Daniel memasukkan roti tawar kedalam mulut.
"Hmm"
"Mas merokok?" Aku menoleh meneliti raut wajahnya dari samping. Dia pun membalas tatapanku.
"Iya" Jawabnya singkat
"Kenapa?"
Daniel menghentikan kunyahannya "Kenapa apanya?"
"Kenapa merokok?"
"Karena udah kebiasaan"
"Lydia nggak suka sama orang yang merokok"
"Jadi kamu nggak suka sama mas?"
"Iya" Jawabku cuek dan bangkit dari dudukku, dengan langkah gontai aku menjauhi ruang makan dan masuk kedalam kamar meninggalkan Daniel yang masih termenung diruang makan.
______
Vote dan komentar ya guys
Saran dan kritik yang membangun!!!