14

1720 Words
Hari ini Nabila pergi bersama dengan Ragil lagi, kali ini mereka hanya pergi berdua saja. Niatnya tadi mereka hanya ingin keliling Mall saja tapi saat sampai di mall, mereka berdua malah pergi ke bioskop untuk menonton film. Kali ini film yang mereka tonton adalah film horor. Namun karena Nabila ini memang agak-agak anaknya jadi ia tidak takut dengan film horor seperti ini. "Nab, Lo ga takut ya sama film kayak gini?" tanya Ragil pada Nabila. "Ya enggak lah, ngapain juga gua takut. Film kayak gini tuh ya malah seru buat gua." ujar Nabila me jawab Ragil, mereka mengobrol saat film masih berjalan. Untung saja banyak teriakan disana jadi saat mereka mengobrol seperti ini juga tidak ada yang sadar. Jadi mereka berdua sama-sama tidak takut dengan film ini karena memang mereka berdua tak takut dengan horor. "Sama, menurut gua juga seru dan malah terkesan lucu. Apalagi kalo kita ga denger suaranya. Soalnya kebanyakan kita takut karena soundnya, kayak jumpscare gitu lah istilahnya." ujar Ragil dan Nabila setuju dengan Ragil. "Bener banget, sumpah dan gua kadang ya malah sering ngakak kalo denger orang-orang yang pada jejeritan di dalam bioskop pas udah ada jumpscarrnya gitu. Kayak lucu aja gitu hahaha." ujar Nabila dan mereka berdua malah tertawa sepanjang film itu karena mereka tengah menertawakan orang-orang yang sekarang ini terlihat sedang ketakutan. Memy bisa dibilang bahwa mereka berdua itu agak-agak sengklek semua. Akhirnya film horor yang bagi Nabila dan Ragil tidak horor itu kelar. Mereka berdua langsung keluar dari dalam bioskop, kini mereka pergi ke gerai Boba karena Nabila ingin membeli minuman coklat Boba kesukaannya. Mereka pun sudah berada di dalam gerai tersebut dan sekarang sedang mengantri giliran mereka. Ragil tampak menggandeng Nabila sekarang ini. Memang skin ship yang dilakukan oleh mereka sangat sering dan bisa dibilang mereka malah terlihat sudah berpacaran. Mungkin sudah banyak yang mengira bahwa mereka berdua tengah berpacaran, padahal belum. Ya, Ragil memang belum menyatakan perasaannya kepada Nabila sampai sekarang. Entah apa yang ditunggu oleh Ragil atau apa yang membuat Ragil menjadi seperti ini Nabila pun juga tidak mengetahuinya yang pasti ia masih menunggu Ragil menembaknya. Karena mereka sudah sedekat ini tak mungkin Ragil tidak menembak Nabila, itu sebuah ketidakmungkinan juga. "Mau yang kayak biasanya kan Nab?" tanya Ragil dan Nabila tentu mengangguk karena memang Nabila menginginkan hal itu. Dekat dengan Nabila membuat Ragil menjadi tahu apa saja kesukaan Nabila, begitu pun juga dengan Nabila. Mereka sudah semakin mengenal satu dengan yang lain. Sekarang ini mereka sudah mendapatkan minuman boba mereka dan mereka duduk di salah satu tempat duduk di gerai tersebut. Mereka meminum boba lagi sembari mengobrol bersama. Karena memang mereka selalu klop saat mengobrol jadinya mereka selalu nyambung jika mengobrol apa pun. Bahkan obrolan yang tak nyambung bisa disambung dengan obrolan yang lain oleh mereka. Jadi antara Nabila dan Ragil tidak pernah ada kejadian awkward karena mereka tidak tahu lagi apa yang akan mereka bicarakan. "Ah ya Gil, Minggu besok jogging bareng yuk?" ajak Nabila kepada Ragil. "Boleh deh, Lo biasa jogging dimana Nab? But, malamnya kita kencan dulu gimana nih? Malam mingguan dulu dong kita." ujar Ragil mengajaknya. "Hahaha deal, malam Minggunya kita kencan, minggunya kita jogging. Semoga ga kecapean lah ya ini badan." ujar Nabila kepada Ragil tersebut. "Iyapp hahaha, yuk lah kita jogging di GOR Yagaska gimana? Kalo kencannya gimana gua pikirin dulu ya. Soalnya banyak pilihan nih." ujar Ragil. "Oke deh siap bos. Jemput gua ya Lo." ujar Nabila dan Ragil mengangguk. Saat seperti ini lah Nabila merasa istimewa dimata Ragil, tapi ia juga merasa kenapa ini tidak langsung jadian saja mereka. Padahal kali ini pun bisa dibilang mereka sedang kencan karena memang hanya berdua juga. Hadeh udah sering kencan tapi ga kunjung di tembak-tembak. Malah di gantung mulu dah ini gua. Kapan ya Ragil mau nembak gua, semoga pas kencan malam Minggu besok deh. Biar paginya bisa pamer jogging sama ayang hahahah. Apa banget deh gua kenapa jadi alat begini. Batin Nabila malu. Sekarang mereka masih di tempat Boba karena mereka juga masih menghabiskan Boba mereka itu. Ragil juga sedang bercerita bahwa sebenarnya nanti malam ia di tantang untuk balapan oleh anak dari SMA lain tapi ia masih belum memberikan jawaban karena ia sedang malas balapan. "Tumben Lo malas balapan Gil? Biasanya paling semangat deh balapannya. Why? Ada masalah? Kalo ada masalah bisa cerita sama gua. Itu pun of you want to tell your story sih. Kalo ga juga ga papa kok. Santai aja pokoknya mah hehehe." ujad Nabila dan Ragil tersenyum kepada Nabila. "Ga ada masalah apa-apa. Ya cuma biasa lah, manusia kan ada bosannya Nab. And then, now i'm bored." ujar Ragil membuat Nabila mengangguk. Ia paham karena seringkali ia juga merasakan hal seperti itu. "I know, btw Gil. Lo boleh bosen sama apa pun asal jangan sama gua ya. Soalnya gua takut nih tittle ga ngebosenin gua nanti runtuh gara-gara Lo lagi. Apa jadinya gua, malu lah nanti kalo gitu." ujar Nabila yang sebenarnya tittle itu hanya alasannya saja. Karena sebenarnya memang Nabila tidak mau jika Ragil merasa bosan kepadanya. Karena jika sudah bosan pasti akan ditinggal. Seperti bagaimana ia sering memperlakukan para mantannya dulu juga. Aduh kalo kayak gini gua jadi takut kena karma deh. Habisnya gua gituin cowok ga cuma satu dua aja tapi udah banyak banget. Duh semoga Tuhan ga marah sama gua deh, semoga Ragil ga bosan sama gua. Batin Nabila. "Hahaha biarin aja, gua rusak titel Lo itu. Kalo perlu juga semua titel Lo gua rusak biar Lo jadi Nabila yang lebih baik lagi." ujar Ragil kepada Nabila. Niatnya sih Ragil hanya bercanda, tadinya. Namun sepertinya Nabila membawanya sampai ke hati karena sekarang ini Nabila hanya diam saja. "Gua buruk banget ya Gil? Apa dimata Lo gua benar-benar buruk sampai kayaknya banyak yang harus diperbaiki lagi dari gua. Hehehe, gua bener-bener ribet banget ya Ragil. Kayak gini aja gua tanya terus." ujar Nabila tersebut. "Eh bukan gitu maksudnya gua Nab, gua ga maksud sama sekali. Lo baik kok Nab. Gua tadi cuma bercanda." ujar Ragil yang jadi tidak enak sekarang. "It's okay, gua juga sadar kok Gil kalo gua masih kurang banyak. So ya kayak gini lah gua hehhee. Udah yuk lupain aja, sekarang kita main ke Timezone yuk Ragil. Kita cari happy disana." ujar Nabila dan Ragil mengangguk. Sampai sekarang mereka berjalan menuju ke Timezone, Ragil masih merasa bersalah kepada Nabila karena rasanya ini sangat menyakitkan bagi Nabila. Lagi pula mulutnya juga kenapa tidak bisa diatur sama sekali. Sorry Nab, mulut gua emang ga di sekolahin nih makannya nyerocos hal yang ga penting terus-menerus ini. Batin Ragil dan sekarang mereka sudah ada di Timezone. Nabila langsung mengisi saldo kartu Timezone miliknya. Begitu pun juga dengan Ragil, mereka berdua sudah dengan saldo milik mereka dan sekarang ini mereka bermain disana. Nabila sebenarnya tidak terlalu ingin bermain disini tapi ia hanya ingin menghibur dirinya saja karena setelah perkataan dari Ragil tadi jujur saja ia sedikit merasa sakit hati. Ya, dirinya paham bahwa memang ia tidak baik tapi jika yang menganggap dan mengatakan kepadanya adalah Ragil, jujur saja sakitnya berkali-kali lipat. Itu semua ia rasa karena ia menyukai Ragil juga. Makanya saat orang yang ia suka mengatakan hal seperti itu ia menjadi cukup sedih. "Nab, sebagai permintaan maaf gua. Gua bakalan ambilin boneka yang Lo mau disini. Gimana? Lo tinggal milih mau boneka apa." ujar Ragil sembari menunjuk beberapa boneka yang ada di dalam kotak japit boneka tersebut. "Gua mau yang harimau putih itu." ujar Nabila yang kini tersenyum, setidaknya Ragil mencoba untuk meminta maaf dan menghiburnya sekarang. "Oke gua bakalan ambilin itu buat Lo. Tunggu ya." ujar Ragil yang kini sudah mencobanya tapi saat sudah mencobanya untuk pertama kali ia gagal. "Hahaha udah deh Gil, main yang lain aja. Lo kayak ya ga bakat ambil boneka itu deh." ujar Nabila meminta Ragil untuk berhenti melakukannya. Tapi kalo masalah ambil hati gua, Lo sangat amat berbakat Gil. Bahkan tanpa Lo ambil pun hati gua udah milik Lo. Batin Nabila menatap ke Ragil. "Eits ga, gua masih mau nyoba Nab. Gua tuh bisa nanti. Lihat aja, pokoknya gua bakalan ambilin itu boneka buat Lo. Karena gua udah janji sama Lo mau minta maaf pakek ini juga." ujar Ragil pada Nabila dan Nabila hanya bisa menunggu saja sampai Ragil akhirnya menyerah nantinya karena mengambil boneka yang ia mau sangat susah mengingat tadi boneka itu ada di bagian yang bukan bagian luar jadi harus menyingkirkan boneka lain dulu. Gua harus bisa nih dapatin boneka harimau putih itu biar nanti Nabila maafin gua. Lagian juga ini mulut ga bisa di rem dikit kalo ngomong deh. Jadinya kan tadi Nabila sedih karena gua. Batin Ragil masih mencoba melakukan hal itu. Karena bosan, Mirele pun bermain permainan lainnya. Sesekali ia juga melihat ke arah Ragil yang sama sekali belum mendapat boneka itu. Tak lama kemudian Ragil mendatanginya. Ia pikir Ragil sudah menyerah, tapi ternyata tidak karena sekarang ini Ragil ingin membeli saldo. "Gimana udah nyerah kan?" tanya Nabila dengan tertawa saat ini. "No, siapa bilang. Gua mau beli saldo ini." jawab Ragil membuat tawa Nabila pun menghilang. Nabila tak menyangka bahwa Ragil sampai sebegininya. Kini ia pun mencoba untuk mengatakan pada Ragil bahwa Ragil tak perlu seperti ini lagi pula ia tidak apa-apa. Namun karena Ragil keras kepala jadinya ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nabila itu. “Serius deh Gil, lo ga perlu ambilin. Gua ga begitu pingin kok sama boneka itu. Lagi pula lebih baik kita pergi beli aja. Ada toko boneka juga kok disini.” ujar Nabila karena saldo Ragil hampir habis lagi. Namun Ragil tidak mau menyerah begitu saja. “Ga Nab, meskipun bisa beli tapi gua udah janji sama lo buat ambilin ini. Lagi pula nih ya Nab, boneka yang diambilin pakek effort tinggi gini tuh lebih bakalan disayang daripada boneka yang di beli karena kalo gua ambilin lo tahu gimana effort gua ngambilnya.” ujar Ragil tersebut. “Iya tapi lo ngabis-ngabisin saldo lo… whoaaa Ragil itu lo berhasil ambil itu.” ujar Nabila sangat senang karena Ragil berhasil mengambil satu boneka meskipun ini boneka panda. “Yah, bukan boneka yang lo mau. Gua bakalan berusaha lagi.” ujar Ragil. “No, ga perlu Ragil. Ini aja udah cukup buat gua kok.” ujar Nabila tapi lagi-lagi Ragil tak mau mendengarnya dan sekarang Nabila pun menunggu Ragil mengambilkan boneka yang tadi ia sebut. Ragil masih berusaha hingga satu jam kemudian ia mampu mendapatkan boneka itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD