Saat ini Ragil dan Nabila sudah keluar dari Timezone dengan dua boneka yang ada di tangan Nabila. Ya, tadi Ragil memang mendapatkan boneka harimau putih yang ia mau. Sebenarnya ia cukup terkejut dengan itu. Namun karena waktunya juga sangat lama jadinya Nabila memaklumi itu semua.
"Sorry ya Nab, Lo jadi harus kelaparan deh gara-gara nungguin gua buat dapatin boneka ini." ujar Ragil yang merasa bersalah kepada Nabila itu.
"It's okay Ragil. But, lain kali ga usah kayak gitu ya. Gua ga papa ga Lo ambilin boneka ini sebenarnya. Gua udah ngomong sampai berbusa tapi Lo tetap ga dengerin gua tadi." ujar Nabila pada Ragil dan lagi-lagi Ragil menyesal.
"So sorry, yuk kalo gitu Lo mau makan apa Nab?" tanya Ragil saat mereka berada di dekat food court yang di sisi kanan kirinya juga ada banyak gerai makanan. Jika ia ditanya mau makan apa jujur aja Nabila bingung karena semua yang ada disini sangat enak dan sepertinya ia akan suka juga.
"Gua terserah Lo aja deh yang penting yang cepet terus juga yang enak soalnya gua keburu lapar banget ini." ujar Nabila pada Ragil dan Ragil tampak mengangguk sekarang. Ia pun kini sudah tahu kemana mereka akan pergi. Mereka pun pergi ke gerai makanan fast food saja sekarang dan akhirnya mereka sudah ada disana. Kini mereka hanya tinggal menunggu makanan.
"Btw, Nab Lo mau es krim ga?" tanya Ragil dan Nabila mengangguk. Jika masalah es krim Nabila sangat semangat karena ia sangat menyukainya.
"Okay kalo gitu gua beliin ya." uajr Ragil ketika ia melihat ada gerai es krim di dekat gerai yang sekarang ini mereka masuki. Nabila pun menggeleng kepala kepada Ragil. Ragil yang awalnya ingin pergi pun kini tertahan disana.
"Loh kenapa Nab?" tanya Ragil yang bingung akan sikap dari Nabila.
"Ya kan sekarang kita mau makan Ragil. Kalo kita beli es krim sekarang terus nanti kita makan kan es krimnya jadi lumer. Jadi ya nanti aja setelah kita makan." ujar Nabila dan sekarang ini Ragil mengangguk. Benar juga apa yang dikatakan oleh Nabila. Ragil akhirnya duduk lagi dan ia tersenyum, sebenarnya ia malu karena sekarang ini ia kelihatan bodoh apalagi ini di depannya Nabila.
"Btw Lo kenapa lebih suka soto daripada bakso Nab?" tanya Ragil itu.
"Sebenarnya nih ya gua suka semuanya kok. Tapi ya emang gua lebih suka sama soto kayak seger gitu deh menurut gua. Tapi bakso juga enak. Semuanya gua suka kok." ujar Nabila dan Ragil mengangguk. Saat ini percakapan mereka berdua pun usai ketika mereka berdua mendapat makanan mereka. Nabila sangat semangat karena makanannya telah datang.
"Selamat makan Ragil." ujar Nabila sembari tersenyum pada Ragil.
"Selamat makan juga Nabila." jawab Ragil, setelahnya mereka benar-benar makan. Nabila makan dengan lahap karena memang ia sudah lapar sedari tadi. Dua boneka yang tadinya ada di tangan Nabila pun juga sudah pindah di tempat duduk samping Nabila. Sementara Nabila dan Ragil duduk berhadapan. Mereka berdua masih makan dengan tenang sampai akhirnya ada suara perempuan yang memanggil nama Ragil. Mendengar suara itu tak hanya Ragil yang menengok tapi juga Nabila karena ia penasaran juga saat ini.
"Hai Ragil, ternyata beneran Lo kan. Gua jadi ya ga salah deh. Ga nyangka ya bisa ketemu sama Lo disini." ujar perempuan itu yang datang tak hanya sendiri karena perempuan itu datang bersama dua temannya.
"Hai Rania, Lo disini juga. Iya ga nyangka ketemu Lo lagi. Gimana kabar Lo?" tanya Ragil kepada perempuan bernama Rania itu dengan tersenyum. Hal itu jujur saja membuat Nabila kesal, ia berpikir siapa sebenarnya cewek ini.
Ck, siapa sih dia. Kenapa kok kayak akrab banget sama Ragil. Sampai Ragil aja ngobrol sama dia sambil senyum. Batin Nabila yang merasa kesal.
"Hahaha iya, gua always baik kok Gil. Lo gimana? Ah ini pacar baru Lo ya Gil? Kok ga Lo kenalin sih ke gua?" tanya Rania kepada Ragil dan Ragil menatap ke arah Nabila. Nabila sendiri sudah berharap bahwa Ragil akan mengatakan bahwa benar ia adalah pacarnya. Namun sepertinya tidak akan semudah itu juga karena sekarang justru Ragil malah menggelengkan kepala.
"Oh ini, bukan pacar gua. Just a friend. Namanya Nabila, i think Lo tahu juga deh siapa Nabila. Ga usah sok ga tahu gitu lah Ran." ujar Ragil tersebut.
"Oh just a friend. Gua kira more than friend." ujar Rania tampak tersenyum. Senyuman itu adalah senyuman yang sangat Nabila tak suka karena Rania seperti mengejek dirinya. Lagi pula juga kenapa Ragil mengatakan hal seperti itu. Kenapa tidak ia katakan ya saja meski mereka berdua memang belum ada hubungan apa-apa. Lagi pula juga kenapa dirinya masih digantung seperti ini. Sebenarnya apa yang sedang ditunggu oleh Ragil.
"Ya udah guys kalo gitu kita duluan ya." ujar Rania pada Nabila dan Ragil. Mereka pun pergi dari sana, Nabila sekarang menghabiskan makanannya. Ia sudah tak lagi tenang dan ia tak lagi ingin apa-apa sekarang. Moodnya sudah hancur karena Rania tadi. Sepertinya setelah ini ia akan meminta pulang saja.
Ya meskipun ini masih terlalu sore, maksudnya belum malam sekali untuk pulang. Namun karena Nabila sudah bad mood jadinya ia tak mau tahu. Lagi pula Ragil juga pasti akan mengantarkan dirinya nanti sampai ke rumah.
"Habis ini mau kemana Nab? Ah maksud gua habis beli es krim nanti mau kemana? Kan kita habis ini mau beli es krim." ujar Ragil tersebut.
"Ga jadi aja deh Gil, i want to go home." ujar Nabila kepada Ragil.
"Maksudnya ga jadi beli es krim? Why? Kenapa mau balik cepet-cepet? Beneran udah ga mau keliling lagi? Atau kita nonton lagi?" tanya Ragil tersebut. Nabila menjawabnya dengan gelengan kepala. Ternyata Ragil memang tidak peka jika Nabila bad mood seperti ini karena dirinya. Namun Nabila tidak perduli, ia hanya ingin pulang saja sekarang. Ia ingin bercerita pada Hasna dan Raras karena ia sangat kesal kepada perempuan yang bernama Rania itu.
Duh kenapa lagi ini Nabila, cepet banget moodnya jadi jelek lagi. Padahal tadi udah berubah baik-baik aja. Batin Ragil sembari memikirkan tentang itu.
"Ya udah kalo gitu after we eat es krim we go to home? Gimana? Okay ga?" tanya Ragil masih mencoba membujuk Nabila, pasalnya tadi Nabila sangat bersemangat ingin membeli es krim jadinya ia ingin mengajaknya dulu. Nanti akan ribet jika mereka sudah sampai di rumah baru Nabila ingin es krim.
"No Ragil. If you wat to eat es krim before we go to home. It's okay, i can go home alone." ujar Nabila kepada Ragil membuat Ragil menahan Nabila.
Okay, i'm wrong. Batin Ragil masih sembari menahan tangan Nabila.
"Okay, we go to home. Now." ujar Ragil dan sekarang Nabila sudah beranjak dari sana. Ia hanya membawa tasnya saja, sementara dua boneka yang tadi di ambil oleh Ragil itu masih duduk di kursi samping Nabila. Ragil pun menghela nafasnya, tapi ia maklum karena sepertinya Nabila memang sedikit bad mood. Jadinya sekarang ia mengambil boneka itu lalu membawa boneka itu. Ragil menyusul Nabila dan sekarang ia sudah satu jalan juga.
"Kok bonekanya ga dibawa sih. Nih udah gua bawain, bakalan gua bawain sampai ke depan rumah Lo nanti. Biar Lo ga keberatan." ujar Ragil. Nabila sebenarnya sudah malas dengan boneka itu, tapi melihat bagaimana effort Ragil sekarang ini jadinya ia akan menerima boneka itu nanti. Meski ia masih sangat kesal pada Ragil. Sekarang ini mereka sudah sampai di mobil dan mereka pun sudah pergi dari basement mall tersebut untuk pulang.
Di jalan Nabila masih diam saja, Ragil beberapa kali mengajak Nabila mengobrol tapi tetap saja Nabila tidak ingin mengobrol kepadanya juga. Jika pun mereka berhasil mengobrol hanya ditanggapi oleh Nabila biasa saja.
"Mau mampir beli martabak ga Nab?" tanya Ragil tapi Manila menggelengkan kepalanya. Intinya Nabila hanya ingin cepat pulang saja.
"Okay, kita langsung balik." ujar Ragil yang melihat wajah Nabila sudah terlihat kesal. Tampak sekarang ini mereka berdua sudah hampir sampai di rumah Nabila. Nabila masih bad mood, ia juga sedari tadi melihat jalanan saja.
Akhirnya mobil Ragil sudah sampai di rumah Nabila, Ragil pun ikut turun sembari membawa dua boneka yang memang diperuntukkan untuk Nabila.
"Jangan ditinggal dong bonekanya. Masa iya mau Lo tinggal dua kali, nanti bonekanya nangis gimana." ujar Ragil mengajak bercanda Nabila. Tapi Nabila sedang tidak dalam kondisi yang ingin bercanda sekarang ini juga.
"Thanks for today ya Ragil. Hati-hati di jalan." ujar Nabila tak menanggapi candaan dari Ragil. Mendengar itu Ragil pun menganggguk dan tersenyum.
"Okay Nab, gua balik dulu ya kalo gitu." jawab Ragil dan Nabila hanya mengangguk saja. Kini Nabila sudah ada di dalam rumahnya sementara Ragil juga sudah meninggalkan halaman depan rumah Nabila. Nabila pergi ke kamarnya dan ia langsung memvideo call dua temannya tanpa mengabari.
"Aduh Nabila, Lo kenapa deh tiba-tiba banget coba video call gini? Bukannya Lo harusnya lagi jalan-jalan sama Ragil ya?" tanya Raras tersebut.
"Eh iya bener, harusnya kan Lo sekarang lagi ngedate kayak kencan manja gitu sama Ragil. Kok Lo ada di rumah sih? Terus juga kenapa muka Lo kelihatan suntuk gitu BESTie?" tanya Hasna sembari melihat wajah Nabila.
"Gua kesel banget tahu ga. Gua udah balik karena ga mood lagi buat jalan-jalan sama Ragil. Pokoknya ini semua gara-gara cewek yang namanya Rania itu. Gila aja dia kayak gitu sama gua. Kesel ih." ujar Nabila marah-marah.
"Apaan deh Nab? Lo kalo cerita yang jelas deh. Rania siapa emangnya? Kok Lo nyebut-nyebut Rania? Dia siapa?" tanya Hasna dan Raras juga penasaran. Pasalnya sebelum ini nama Rania belum pernah di sebut Nabila.
"Rania itu temennya Ragil. Jadi tadi tuh..." ujar Nabila yang sekarang sudah menceritakan apa yang terjadi pada Nabila, Ragil dan Rania saat mereka ada di salah satu gerai makanan di mall. Nabila bercerita dengan rinci hingga membuat teman-temannya itu tak bisa lepas mendengarkan dirinya.
“Yang bikin gua tambah kesel tuh pokoknya ya. Kenapa gitu kok Ragil ga ngakuin gua pacar aja. At least di depan cewek itu loh. Emangnya cewek itu siapa sih.” ujar Nabila dengan kesal.
“Tapi kan lo sama dia emang ga pacaran Nab sampai sekarang. Eh btw nih jangan-jangan ya itu cewem penting banget buat Ragil makanya dia bilang kalo ko cuman temannya aja.” ujar Hasna.
“Ihh lo kenapa bilang gitu, gua kan jadi tambah overthingking kalo gitu. Lagi pula ya, dia kan lagi deket sama gua. Ga mungkin lah dia juga deket sama cewek lain. Imposible tahu ga.” jawab Nabila meskipun sebenarnya ia juga merasa takut jika hal itu benar-benar terjadi. Ia sudah mulai gelisah.