9

1699 Words
Dillon saat ini pulang ke rumahnya meski pun ia sangat malas sekali untuk pulang, tapi ia tidak punya tujuan lainnya. Sebenar nya ia bisa saja pergi ke apartemen nya atau rumah nya yang merupakan pemberian almarhum Mamanya tapi ia tidak melakukan nya karena ia merasa sangat sepi disana. Ia merasa kesepian sendiri. Dillon Angelo Admaja adalah nama yang diberikan Mama dan Papanya untuk dirinya. Dahulu ia sangat suka dengan nama tersebut, tapi sekarang nama belakangnya tersebut yaitu 'Admaja' seringkali ia sembunyikan karena ia tidak suka berada di keluarga ini. Bahkan ia merasa malu berada di keluarganya sekarang. Awalnya semuanya bahagia dan tidak ada masalah di dalam keluarganya, saja sejak masih kecil Dillon sangat sayang kepada keluarganya, apalagi kepada adiknya. Sampai suatu waktu ia kehilangan adiknya yang malang. Adiknya itu diculik dan mobil penculik itu mengalami kecelakaan, adiknya pun tidak selamat saat itu. Adiknya yang paling ia sayang harus meninggal diusianyang sangat muda. Bahkan adiknya itu masih terlalu kecil, seharus nya jika penculikan itu tidak terjadi kali ini Dillon masih bersama dengan adiknya, mamanya dan juga papa nya. “Kamu darimana Dillon kok baru pulang?” tanya Mama barunya Dillon yang sampai kapan pun ia tidak akan pernah sudi untuk memanggil dengan sebutan Mama. “Bukan urusan Tante.” ujar Dillon dengan dingin dan ia langsung masuk ke dalam, tapi ternyata penganggu nya tidak hanya Mama tiri nya itu. Anak dari Mama tiri nya itu mendekati dirinya dan memelototi Dillon dengan aura permusuhan. Anak itu Daniel, sebenar nya ia tidak memiliki masalah apa-apa dengan Dillon. Bahkan jika bisa ia ingin benar-benar memiliki saudara dan mereka bisa bermain bersama atau hangout bersama. Namun seperti nya itu smeua hanya akan menjadi khayalan semata karena Daniel benar-benar tahu sebenci apa Dillon padanya. Daniel juga sering kesal kepada Dillon saat Dillon tak pernah menghargai keberadaan Mamanya, padahal Mama nya itu sudah berusaha mendekat ke Dillon. “Kenapa lo? Ga suka? Ngadu sana sama bokap biar gua dihajar sampe babak belur kalo bisa sampe mati aja.” ujar Dillon kepada Daniel tersebut. Dillon selama ini mengira bahwa Daniel lah yang memberitahu semua apa yang di lakukan oleh Dillon, tapi itu semua tidak benar. Entah lah seringkali Papa nya datang saat ia sedang marah kepada Mama tiri nya atau Daniel dan imbas nya tentu saja kepada Dillon. Papa nya akan menghajar nya sampai babak belur, dan ia tidak bisa menghajar balik Papa nya. Itu semua kaena ia teringat perkataan Mama nya. Mama nya bilang bahwa apa pun yang terjadi Dillon tidak boleh memukul Papa nya. Sampai sekarang Dillon tidak pernah melakukan nya. Hanya saja ia sering kali memaki di depan Papa nya. Karena ia pikir semua ini terlalu tidak adil untuk dirinya tersebut. Dillon masih melihat Daniel yang seperti nya emosinya mulai naik, Mama Daniel mendekati Daniel dan meminta Daniel untuk berhenti, Daniel menurut ke arah Mama nya tersebut. “Huh dasar anak Mama. Ga berguna dua-duanya.” ujar Dillon yang masih di dengar oleh Daniel tersebut. Daniel ingin memghajar Dillon tapi Mama nya menggeleng. Saat ini Dillon tampak masuk ke dalam kamar nya. Ia sangat lelah. Sementara Dalila saat ini masih mencari tas yang ia ingin kan, mood nya sekarang sangat baik karena tadi ia bertemu dengan Dillon ya walau pun Dillon bertingkah seperti yang tadi tapi ia tetap tersenyum. Ia tetap senang bertemu Dillon. “Pilih yang mana ya, bingung gua.” ujar Dalila tersebut. Disaat-saat berbelanja seperti ini lah Dalila tampak menyesal karena dulu ia tidak membuka lebar pertemanan nya. Ia tidak dekat dengan siapa-siapa sewaktu SMP, jadi ia tidak pernah memiliki teman atau pun pergi ke Mall bersama dengan teman. Jika dia bingung memilih sesuatu ia akan membeli keduanya dan di rumah akan meminta pendapat dari Bibi. Dalila pun tersenyum mengingat dirinya yang bisa-bisanya tak punya teman. Gua beneran udah ga sabar pingin cepet sekolah ihh, gua yakin deh pasti kok gua sama Dillon itu satu sekolah. Tuhan semoga doaku didengar. Batin Dalila. Setelah nya Dalila pergi ke kasir, ia sudah cukup membeli banyak. Ia nanti juga akan pergi ke Timezone sebentar karena ia sudah sangat lama tidak pergi ke sana. Ia ingin bermain dance di Timezone, ia pun saat ini membawa belanjaannya ke sana. Sementara itu saat ini Brian masih di Markas dan ia mendapat kan chat dari Mama nya untuk menjemput adik nya di Timezone Mall Mega. Ia pun pamitan. “Gua balik dulu ya, mau jemput adik gua.” ujar Brian ke mereka semua. “Oke deh hati-hati yoo, woy lo juga masuk Harapan Bangsa kan? Awas aja po kalo ga, udah ga ketemu lama terus pas balik ga di sekolah yang sama. Gua gibeng juga lo ya kalo gitu.” ujar Gian krpada Brian dan Brian pun mengangguk saat ini. Brian sudah ada di jalan menuju ke Mall Mega, ini kali pertama dia pergi ke Mall Mega setelah beberapa lama ia tidak pergi kesana, semua nya masih sama dan tidak ada yang berubah. Ia memarkikan mobil di basement dan langsung naik ke atas takut jika adik nya dan baby sitter nya menunggu nya lama. Brian pun sampai di timezone dan saat ini ia menelfon bany sitter adiknya tersebut. Ia menelfon di dekat permainan dance yang saat ini sedang dimainkan oleh cewek cantik tersebut. Brian tampak ikut senang ketika melihat wajah bahagia dari cewek itu hanya karena memainkan permainan dance. Telfonnya sudah tersambung saat ini. “Hallo Mbak, ada dimana ya sekarang?” tanya Brian kepada Bby Sitter itu. “Aduh Mas Brian Maaf banget saya jadinya pulang sama sopir Ibu, Mas Brian belum tahu ya? Belum di kasih tahu sama Ibu, aduh maaf Mas.” ujar Baby Sitter. “Ohh gitu, ya udah Mbak ga papa. Hati-hati ya Mbak.” ujar Brian dan pamggilan itu dimatikan, Brian sudah akan pergi dari sana tapi saat ini ia melewati permainan dance latar itu dan tanoa sebuah persiapan dan hanya reflek saja ia pun menolong cewek yang tadi sedang bermain dance. Entah karena apa tadi cewek itu tiba-tiba terjatuh dan seperti nya kaki nya terkilir. Brian pun menolong nya saat ini. “Lo ga papa? Ayo gua bantu.” ujar Brian kepada cewek tersebut. Cewek itu menerima bantuan dari Brian. Mereka pergi dari sana dan duduk di kursi yang ada di Timezone tersebut. Brian tampak berjongkok dan melihat lebam yang ada di kaki cewek itu. Seperti nya ia terkilir karena tadi ia juga susah untuk berjalan juga. “Lo kayak nya terkilir deh, gua urut mau? Tapi agak sakit. But lo bisa jambak rambut gua atau lo cubit lengan gua.” ujar Brian kepada cewek yang tadi itu. “Lo bisa urut? Kalo gitu gua minta tolong ya.” ujar cewek itu dan Brian mengangguk. Ia pun mulai dan benae saja cewek itu saat ini mencengkram kuat bahu nya. Brian tahu bahwa ini dangat sakit tapi setelah itu ia akan cepat sembuh juga. “Coba lo berdiri sekarang dan jalan.” ujar Brian ke cewek tersebut saat ini. Cewek itu pun berjalan sesuai dengan arahan dari Brian dan ternyata benar ia sudah sembuh. Ia pun tersenyum dengan senang dan saat ini ia berterima kasih ke Brian. “Makasih ya lo udah nolong gua, ah ya nama lo siapa?” tanya cewek tersebut. “Sama-sama, gua Brian, dan lo?” tanya Brian kepqda cewek di depan nya ini. “Hai Brian, gua Dalila. Thanks ya Brian.” ujar Dalila kepada Brian membuat Brian tiba-tiba langsung terpikir kan dengan nama Dalila yang sama seperti nama dari cewek yang berhasil membuat Dillon merasa kesal dengan wajah kusut nya tadi itu. Dalila, apa dia Dalila yang sama? Tapi masa sih gua ketemu sama Dalila yang sama. Tapi tadi Dillon berubah kusut setelah pergi dari Mall Mega, bisa aja kan beneran Dalila ini yang dimaksud sama mereka tadi. Batin Brian dengan bertanya. “Ah ya sama-sama Dalila, lain kali hati-hati dance nya. Jangan sampenterkilir lagi. Sakit kan hehehe.” ujar Brian tertawa dan Dalila kali ini ikut tertawa juga. “Siap bos, ah iya please ya bolehin gua buat balas budi. Ayo gua traktir makan, ini juga udah waktu nya dinner.” ujar Dalila kepada Brian awal nya Brian ingin menolak nya tapi Dalila terus menerus meminta dirinya untuk ikut. Akhir nya ia pun mau dan mereka berdua sudah akan keluar dari Timezon. Dalila ingat bahwa ia tadi menitip kan barang nya di penitipan Timezon. Ia meminta Brian menunggu sebentar. “Wait for a minutes ya, gua lupa tadi nitip barang heheh.” ujar Dalila dan Brian melihat Dalila sedang mengambil barang nya yang ternyata sangat banyak sekali. Brian pun reflek saat ini mengambil barang-barang itu, tapi Dalila tidak mau Brian memgambil semua nya dan akhir nya ia membawa sebagian. Mereka pun pergi. Kenapa cewek kayak gini bisa buat Dillon marah? Padahal Dalila baik banget anak nya. Atau bukan Dalila yang ini? Ah nanti gua cari clue yang lain lagi. Apa bener dia Dalila Oceana atau bukan. Batin Brian dan mereka berdua masuk ke Caffe. Saat ini mereka berdua sedang memesan makanan disana, Dalila tampak melihat ke arah menu dan ia pun mengatakan menu apa yang akan ia pesan ke pelayan. Setelah itu giliran Brian dan mereka berdua saat ini memunggu makanan. “Ah ya lo sekolah dimana?” tanya Dalila memulai pembicaraan terlebih dulu. “Belum daftar sih gua, tapi udah dapet form nya. Gua ke SMA Harapan Bangsa.” ujar Brian kepada Dalila yang menbuat Dalila tampak terkejut dan terlihat senang. “Hah? Serius? Gua juga disana, ihh lo buruan deh cepey isi form nya. Gua udah ngumpul sih dari kemarin. Wahh gua seneng banget akhir nya punya kenalana yang sama dan satu sekolah sama gua.” ujar Dalila tampak tulus dengan mata berbinar. “Wah jadi lo anak Harapan Bangsa juga? Wah bisa kebetulan gini ya. Iya dong kita bisa jadi temen. Ntar kita tukeran contact ya.” ujar Brian diangguki Dalila. “Wajib pokok nya tukeran kontak, ah ya sekarang follow ig gua domg ntar gua follback pasti.” ujar Dalila kepada Brian dan ini lah yang ditunggu oleh Brian juga. “Oke, username ig lo apa? Biar gua follow sekarang.” ujar Brian menunggu. “DalilaOceana itu username ig gua.” jawab Dalila dan dengan ini Brian tahu bahwa termyata Dalila yang ada di sepan nya ini merupakan Dalila yang sedari tadi di bicara kan oleh teman-teman ny. Seperti nya tidak ada yang salah dari Dalila. Ia malah terlihat sangat friendly, lalu kenapa Dillon tampak membenci Dalila. “Done gua follow y, awas lo kalo ga follback hahaha.” ujar Brian dan akhie nya Dalila langsung memfollback saat itu juga. Mereka kembali mengobrol lagi saat ini. Obrolan mereka seputar SMA Harapan Bangsa tapi sedari tadi Dalila belum mengenut tentang Dillon, padahal teman-teman nya bilang jika Dalila menyukai Dillon. Namun kenapa Dalila belum membahas Dillon sama sekali? Atau Dalila belum mengetahui jika Dillon juga akan bersekolah di SMA Harapan Bangsa?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD