KECEWA

1025 Words
Dalam perjalanan pulang, diantara temaram lampu jalanan Angelin terdiam di samping Siska yang sedang mengendarai mobilnya. Siska berinisiatif mengantar Angelin pulang. Sahabatnya sedang galau ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan Angelin. "Kita ke pantai saja dulu, Sis". "Apa?" "Kita ke pantai, aku sedang malas pulang" "Maksudmu bagaimana?" "Kita ke pantai Siska..." suara Angelin parau. "Aku sedang tidak ingin pulang," suara Angelin lagi. Sebenarnya Siska sangat iba dengan sahabatnya ini tapi bagaimana lagi, tak ada yang bisa ia perbuat selain mengiyakan keinginannya. Hanya itu yang bisa Siska lakukan saat ini. Memberi nasehat saat sahabatnya galau juga percuma tidak akan berfungsi. Siska memutar arah, menuju pantai. Memacu mobilnya dengan kecepatan sedang sambil sesekali matanya melirik pada Angelin sahabatnya. Beberapa kali panggilan tak terjawab dari mama Angelin muncul di layar HP nya. Angelin sama sekali tidak menggubris mamanya. "Hey, itu tante Mayang telp, angkat gih." Angelin hanya diam tidak bergeming. Pandangannya kosong. Siska tahu bagaimana perasaan Angelin saat ini. Siska bisa membaca isi hati sahabatnya. Betapa tidak enaknya patah hati. Betapa sakitnya patah hati. Siska sangat tahu rasanya. Terlebih bagi Angelin yang tidak pernah pacaran sebelum ini. Pasti sangat menyakitkan. Siska menepi, memarkir mobilnya di antara ruko-ruko yang sudah tutup. Ia melihat Angelin tak bergeming. Panggilan dari tante Mayang muncul lagi. Siska meraih mobil itu cepat. "Assalamualaikum tante," suara Siska. Disebrang tante Mayang yang juga ibu Angelin bingung kenapa ponsel anaknya ditangan orang lain. Apa yang terjadi dengan anaknya hari ini. "Saya Siska tante, maaf ponsel Angelin Siska ambil. karena Angelin ketiduran di mobil Siska tante." Siska mencoba menjelaskan. Agar tante Mayang tidak khawatir Siska memindahkan panggilan ke panggilan video. Siska yang cerdas segera memvideo keadaan di sekitar. Tante Mayang mengikuti kamera Siska. "Tadi kami dari pantai Tante, mungkin Angelin letih jadi tertidur di mobil.Besok Angelin akan Siska anter pulang kok tan," Penjelasan Siska panjang lebar. Tante Mayang sepertinya mengerti. "Ya sudah, yang penying Angelin baik-baik saja." "Tenang tante, insyaAllah aman." Siska meyakinkan tante Mayang. "Terimakasih ya Siska, sudah baik pada Angelin." "Iya tante, sama-sama" "Sudah dulu ya nak, tante tutup telpnya." "Assalamualaikum" suara tante Mayang. "Waalaikumsalam tante," Perbincanganpun terputus, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Siska berhasil meyakinkan tante Mayang bahwa Angelin baik-baik saja. Yang dibicarakan memalingkan wajah ke luar jendela. Ia tidak tidur namun juga tidak berbicara apapun. Angelin hanya diam sampai mobil memasuki area pantaipun ia tetap diam. Angin yang berhembus kencang membuat kedua insan itu merasa dingin. Hingga sampailah mereka di warung yang dituju. "Es degan dua bu," suara Siska memecah hening. Mereka duduk sambil menikmati es degan yang disajikan. Pandangan mereka lepas bebas pada beberapa pasangan yang memasuki bungalow di tepian pantai. Saat itu pandang mereka bersirobok pada sosok dengan kemeja kotak-kotak dan celana jins. Lelaki itu memeluk seorang gadis. Gadis yang tidak asing. Angelin panik, mendekat dengan cepat. Hingga lengannya di cekal oleh Siska. "Sabar," "Aku ingin memastikan..." Suara Angelin menggantung. "Aku akan mengantarmu," "Buk, tolong es nya disimpan dulu ya," suara Siska pada ibu penjual degan. Sambil menyerahkan uang 50.000 an. Mereka bergegas mendekati lelaki tadi, ia memasuki kamar 208. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Lancar dan ringan sekali mereka membuka pintu kamar tersebut seperti orang yang sudah sering datang kemari. Angelin dan Siska memperhatikan mereka. Beberapa menit usai itu, Siska menarik lengan Angelin menuju kamar itu. Kamar tempat dua orang tadi memadu kasih. "tok, tok, tok" suara ketukan tangan kanan Siska sedang tangan kirinya menggenggam lengan Angelin. "Siapa ?" "Mohon maaf mengantar minuman hangat,pak" Pintu terbuka.... Wajah itu menyembul. Angelin menendang daun pintu kamar dengan kasar, sepatu high hillsnya nampak terlempar. "Dasar pecundang," Siska meludahi wajah Bayu. Angelin memasuki kamar, namoak Natasya hanya berbalut selimut. "Apa-apaan kalian!" hardik Bayu kasar. "Kamu yang b******n, pantas tadi kamu kasar sekali pada ku" suara Angelik memekik. "Terus kamu mau apa?" Bayu menyeringai. "Najis kamu," "Kamu yang najis" mereka terus berdebat. Hingga Siska melayangkan tasnya ke wajah Bayu lalu berkata. "Natasya, suatu hari kamu juga akan merasakan apa yang kami rasakan dari laki-laki pengecut ini." "Kami pacaran dua tahun, sampai aku melahirkan seorang putri. Tapi lelaki ini tidak bertanggung jawab pada perbuatannya. Hingga kini Angelin " "Kau akan membusuk di neraka bajingan." Suara keras Siska membuat semua bergidik. Siapa yang tahu ternyata Bayu adalah lelaki yang telah membuat Sisca meradang bertahun-tahun. Putri kecil yang ada di rumah Siska ternyata bukan adiknya melainkan anak Siska dari hubungan terlarangnya dengan Bayu. Angelin menatap Siska, pantas selama ini Siska tidak pernah mendukung hubungannya dengan Bayu. ternyata ada masa lalu yang buruk diantara mereka. Angelin memapah Siska keluar kamar sambil melayangkan sumpah serapah. Dan menutup pintu itu sangat keras. Mereka bersisihan berdua menuju tempat mereka memesan es sambil jemari mereka saling menggenggam. Hati mereka remuk redam. Angelin tidak menyangka bahwa Siska juga korban dari semua kebiadaban yang dilakukan Bayu. Bayu yang baik, Bayu yang selalu bicara lembut, Bayu yang tidak pernah berlaku kasar. Bayu yang penyayang. Bayu juga yang menghancurkan semua mimpi dan harapan. Angin pantai semakin kencang, hawa dingin kian meremukkan persendian. Angelin terdiam membayangkan perlakuan Bayu dan suramnya masa depan mereka karena keberanian menggadaikan kesucian demi sebuah rasa sayang. Mereka berdua telah bermain main dengan Tuhan, melanggar ketentuanNya dan berani berbuat hanya atas dasar cinta pada manusia. Angelin merasa lemah sekali, kaki-kakinya menjadi berat. Kejadian yang baru saja dilihatnya benar-benar telah mempengaruhi cara berfikirnya. Disana, didalam kamar itu, Bayu sedang menjelaskan pada Natasya perihal Siska dan Angelin. Tentu saja dengan membubuhkan h buruk tentang mereka berdua agar Natasya percaya. Begitulah pecundang, mereka tidak akan menjelekkan diri mereka tetapi menjelekkan orang lain agar cerita mereka dipercaya dan agar orang lain iba. Pecundang selalu bermain-main dengan taqdir orang lain. Memutarbalikkan fakta, merasa paling benar, merasa bahwa hidup ini mengalir sesuai ide kreatifnya. Pasir pantai yang berserakan, hawa dingin yang menyelusup serta gelombang yang seolah tidak pernah berhenti memporak porandakan hati yang melihat. Angelin dan Siska terluka, luka yang semakin perih terkena tetesan air asin pantai. Luka yang semakin perih melihat apa yang dilakukan Bayu malam ini. Luka yang makin pedih melihat kenyataan bahwa Bayu bukan hanya menyakiti satu orang tapi banyak orang. Ach, penyesalan selalu datang terlambat. Menghadirkan kecewa yang tiada tara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD