TIKUNGAN CINTA

904 Words
Di dalam rumah megah milik keluarga Satria, Rey mematung. Kamar pernikahan mereka yang selalu harum senantiasa membangkitkan gairah tersendiri bagi mereka. Setibanya di rumah, mereka telah di sambut anak-anak tercinta dengan cerita seharian di sekolah. Celoteh tujuh anak dengan kisah yang berbeda dan semua ingin ditanggapi. Hingga larut tiba, Satria memilih berkutat di ruang kerjanya, disamping karena ada beberapa hal yang belum Satria kerjakan juga karena ia memilih menenangkan diri. Sedangkan Rey telah tertidur pulas sambil menyertakan luka dalam hatinya. Rey tidak menyadari bahwa Satria telah tidur disampingnya. Rey menangis hingga letih, itu sebabnya ia tertidur. Andai taqdir boleh memilih, sekali lagi tak akan ada wanita yang mau berbagi namun mematuhi semua titahNya adalah kewajiban. Melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya adalah keharusan. Jadi tidak ada alasan untuk menyerah selama suami masih berbaik hati dan tetap pada kebiasaan yang tidak tertinggalkan maka kita tidak punya hak apapun mejudge mereka dengan sebutan suami pembohong, suami yang buruk atau suami yang tidak setia. Mereka tetap bagian dari hidup kita sebesar apapun kekhilafan yang mereka buat. Bukankah manusia tidak pernah luput dari salah dan dosa, jadi untuk apa menyerah ? Tengah malam Satria bangkit dari tidurnya melihat tempat dimana istrinya Rey biasa berdiam. Rey tidak ada. Satria menghela nafas panjang. Ia tahu ia telah menyakiti Rey, wanita yang sangat dicintainya. Rey wanita yang ia ajak menikah dengan meyakinkannya bahwa menikah dengan dirinya adalah tawaran kebahagiaan baru. Rey. 'kau pasti kecewa padaku'. Wanita yang telah memberi warna dan semangat baru bagi hidupnya. Wanita yang melepaskan dirinya dari kesepian. Wanita itu Rey, istrinya. Menceritakan tentang hubungannya dengan Angelin pasti menyakiti hati Rey, sebesar apapun kekuatan yang ingin Rey tunjukkan. Semanis apapun senyum yang Rey hadirkan ia tetap wanita biasa. Suami adalah separuh dari hidup setiap wanita dimanapun berada, kehadiran cinta baru pasti akan menyakitkan, namun membuat hati kembali kosong dengan mendepak seseorang yang sudah menetap di hati juga tidak mudah. Satria sangat memahami gejolak Rey sebagai istri. Ia turun dari tempatnya tidur, mengenakan alas kaki yang biasa di persiapkan oleh Rey. Rey hampir melengkapi sembilan puluh persen dari kehidupannya. Tentang makannya, tentang pakaiannya, tentang kebutuhan batinnya, tentang es jeruk dan roti bakar di malam panjangnya, tentang baskom berisi air hangat dan minyak kayu putih tempat telapak kakinya berendam, semua Rey yang menyiapkan. Lalu ia bercerita tentang wanita lain. Bagaimana hancur hatinya. "Rey," suara Satria lembut memanggil nama Rey di tengah malam. "Rey," "Rey," tak ada jawaban. Rey dimana ? Pelan Satria mencoba membuka kamar anak-anak, ia melihat Rey tidur di samping Muza memeluk tubuh mungil yatim itu dengan cinta. Satria kembali menutup pintu pelan agar Rey tak mendengar kedatangannya, ia sama sekali tak ingin mengganggunya. Di dalam kamar Rey justru membuka matanya, ia menyeka air mata yang tiba-tiba mengalir deras. Wanita baru yang disebutkan Satria di telinganya di cafe tadi demikian lekat namanya di ingatan Rey."Angelin", berulang Rey menyebut nama itu. Entah sudah berapa kali ia mengunyah nama tersebut. Mestinya Satria tak perlu mengajak Rey masuk dalam kehidupannya. Mestinya Satria tak perlu mengajaknya menikah. Mestinya Satria tak masuk dalam ceritanya. Mestinya, mestinya,mestinya. Menyesalkah Rey dengan kejadian ini, TIDAK. Ia sadar semua ada atas kehendakNya dan ketika ia memasuki cerita seperti ini artinya Tuhan menganggap dirinya mampu. Tapi tikungan cinta itu menyakitkan. Ia berada di titik yang paling tidak nyaman dalam kehidupan seorang wanita. Memilih meninggalkan, mungkin itu pilihan yang paling tepat agar diri dan hati tak merasa tersakiti. Namun bagaimana dengan anak-anak yang telah menikmati hidup nyaman selama berratus hari haruskah membiarkan mereka hidup dalam kesulitan seperti hari kemarin hanya demi menyelamatkan hati ibunya. Betapa ibunya demikian egois. Atau bagaimana dengan titah dan kewajiban tunduk, taat dan patuh pada Tuhan. Sedang suami kita telah melakukan semua kebaikan dan tidak mengurangi kebuiasaan pantaskah sebagai istri kita meminta diceraikan hanya demi menyelamatkan hati juga diri, betapa kita tidak punya belas kasih juga rasa taat. Rey bimbang. Tikungan cinta ini memaksanya berhenti sejenak untuk memikirkan yang terbaik baginya dan anak-anak. Rey memandang wajah pahlawan-pahlawan kecilnya yang berjajar tujuh orang diatas ranjang empuk rumah baru dari ayah baru mereka. Rey terus menangis memikirkan dirinya dan nasibnya. Anak-anak yang begitu mengidolakan ayah baru mereka haruskah terpisah dengan idolanya. Anak-anak yang telah terbiasa naik turun mobil sejak pernikahan Rey, ibunya dengan Satria ayah barunya. Anak-Anak yang terbiasa menikmati hidangan tanpa perlu mencarinya dahulu. Anak-anak yang manis meski masa kecil mereka demikian pahit. Dirinya harus bahagia, anaknya harus bahagia dan agamnya juga harus diunggulkannya. Rey menarik nafas panjang. Sambil menatap foto pernikahan antara dirinya dengan Satria. Pernikahan yang belum berbilang tahun harus menghadapi masalah sepelik ini. Haruskah ia mengikhlaskan suaminya menikah lagi atau memilih pergi dari kehidupan suaminya. Fikiran Reynata melompat-lompat. Saat seperti ini adalah saat tersulit bagi seorang istri. Bila sempat kalian mendengar di luar sana tentang istri yang mau berbagi suami kemudian kalian memberi komentar. Memberi mereka pujian tentang keikhlasan mereka. Andai kalian tahu, mereka melakukan hal tersebut bukan hanya karena keikhlasan semata tapi lebih kepada karena mereka tidak punya pilihan lain. Hati dan jiwa mereka terbelunggu. Membuat keputusanpun tidak akan mengubah kepedihan dalam hatinya. Berbagi suami, adalah pilihan tersulit yang selalu ingin dihindari setiap wanita. Menjadi harapan besar agar hal tersebut tidak masuk dalam perjalanan rumah tangganya. Meski kenyataannya, hal tersebut justru mampir dalam kehidupan wanita bahkan kadang tanpa pertanda. Tikungan cinta yang dihadapi Reynata memberikan sebuah tanya. Ikhlas berbagi suami atau memilih menjalani kehidupan panjang tanpa suami. Reynata menyeka air matanya, berat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD