Part 84

2030 Words
Pagi harinya, Fely menghampiri teman-temannya yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka. Jika dilihat dari pakaian mereka bertiga, sepertinya mereka belum mandi. Sementara Fely sudah mandi bahkan rambutnya masih menggunakan handuk karna Fely baru saja selesai keramas. "Anjir, rajin amat keramas pagi-pagi" ucap Nindi. "Nih, lakinya juga sama. Rajin amat lo berdua. Ga dingin?" ucap dan tanya Kai pada Fely dan Barra. Clarin yang mengerti sontak menyikut lengan Nindi karna memang Nindi berada disampingnya. Mengertinya Clarin disini karna Clarin bisa melihat banyaknya tanda merah pada leher Barra maupun Fely pagi ini. Seingatnya, semalam leher Fely dan Barra masih bersih. Tidak seperti sekarang ini, ditambah dengan keduanya bersamaan keramas sepagi ini. "Kenapa?" tanya Nindi pada Clarin. "Liat leher si Barra, abis digigitin nyamuk ya Bar?" Tanya Clarin menahan senyumnya. Barra menaikan satu alisnya, dan menutupi lehernya. Sementara Fely melihat kearah Barra sama halnya dengan ketiga temannya yang dengan kompaknya melihat kearah Barra. Bahkan, mereka juga kini sudah ngeuh pada leher Fely yang sama merahnya dengan Barra. "Apaan sih kalian?" Tanya Fely. "Ekhm, ya ga papa kan kalian udah nikah" jawab Kai. "Ya terus kenapa? Cobain makanya enak tau" jawab Barra. Satu hal yang harus diketahui dan bisa dibilang cukup mengherankan bagi Fely dkk. Dimana, mereka berfikir jika Barra itu cowok cuek dan juga dingin. Ternyata Barra cukup humoris juga jika sudah mengenal dekat dengan pria itu. Seperti belakangan ini, mungkin tepatnya setelah Clarin, Nindi dan juga Kai mengetahui tentang hubungan Fely dan juga Barra. Mereka menjadi tahu sifat asli Barra yang sebenarnya. "Gila lo, ntar hamil gimana?" tanya Clarin. "Nah, kalo hamil minta tanggung jawab aja sama si Luthfi. Lo masih deket kan sama dia, coba deh tawarin dia, pasti dia mau" jawab Barra yang diakhiri dengan gelak tawa yang cukup keras, bahkan semuanya kini ikut tertawa kecuali Clarin yang kini membelalakan matanya. "Mulut lo Barra, amit-amit naudzubillah min dzalik" ucap Clarin yang semakin mendapatkan tawa dari teman-temannya. "Udah ah, gue mau mandi dulu. Lo terusin masaknya Fel" Clarin segera pergi meninggalkan dapur dimana teman-temannya masih ada disana. "Jangan minta VCS sama si Luthfi" teriak Barra. "Barra udah ah" tegur Fely. "Jangan yang ribet masaknya" jawab Barra yang mendapat anggukan dari Fely. Lalu Fely segera membantu Kai dan juga Nindi yang masih asyik berkutat dengan peralatan dapur. Sementara Barra memilih untuk duduk dimeja makan. Sambil membaca laporan keuangan masuk yang semalam dikirim oleh karyawannya. *** Siang ini Fely dkk memilih untuk pergi ke sekitaran Vila yang mereka sewa. Sekaligus mereka akan mencari makan siang karna kata Barra Fely jangan memasak. Keempat gadis itu hanya menurut saja pada Barra. Karna Barra benar-benar menanggung biaya liburan mereka kali ini. "Jadinya mau makan dimana?" tanya Barra karna Fely dan lainnya tak kunjung menyuruh Barra untuk menghentikan laju mobilnya. "Gue belum laper amat Bar, mau jalan-jalan dulu boleh ga?" jawab dan tanya Fely. Barra tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Ia terus melajukan mobilnya sampai dimana Fely berteriak ingin berhenti didepan taman yang cukup ramai didatangi pengunjung. Karna, disana Fely melihat ada penjual ice cream kesukaannya. Jadi, ia meminta Barra untuk berhenti ditaman itu. "Barra, ada ice cream" ucap Fely histeris. "Makan dulu, nanti ice cream" tolak Barra. Barra sangat mengetahui jika Fely memakan ice cream terlebih dahulu sebelum gadis itu makan, pasti Fely tidak akan mau memakan nasi setelah ini. Dan sebagai suami, Barra tidak ingin semua itu terjadi. Karna, Barra tidak ingin sampai Fely tidak memakan nasi siang ini. "Tau lo, orang mah ice cream jadiin dissert. Lo malah nyemilin gitu aja" komentar Kai. "Ish gue mau" jawab Fely keukeuh. "Cari makan dulu. Lo ga akan makan kalo makan ice cream dulu". ucap Barra "Iya, beli aja di caffe ice creamnya lebih higienis" sahut Clarin. "Sayang, papi kamu mah pelit, maafin mami ya mami ga dibolehin makan ice cream sama papi kamu" ucap Fely sambil mengelus perutnya bak dirnya sedang hamil. Membuat semuanya terkekeh kecuali Barra yang mengutuki ucapan Fely. Memang, Barra ingin memiliki keturuna dengan Fely kelak, tapi tidak sekarang juga. "Amit-amit gue mainnya aman ya" ucap Barra. "Ya abis, pelit amat ice cream doang juga. Gue laporin mama sama papa juga lo" jawab Fely. "Laporin aja, udah biasa gue mah diceramahin. Kan lo anak kandungnya sekarang bukan gue lagi" jawab Barra. Ketiga teman Fely yang masih setia duduk dikursi belakang menhela nafas mereka berbarengan. Mereka juga menggelengkan kepalanya karna melihat perdebatan sepele antara Barra dan juga Fely perihal ice cream. Memang lucu sepasang suami istri didepan mereka ini. "Janji deh gue bakalan makan siang, tapi beliin dulu ice cream ya Barra ya?" ucap Fely dengan tatapan penuh harap pada Barra. "Gue mau Barra" lanjutnya. Barra menghela nafasnya sekarang. Bisa apa Barra jika Fely sudah memohon seperti ini. Bukannya tidak tegas pada pendiriannya. Tapi, tujuan hidup Barra sekarang kan untuk membuat Fely bahagia. Dan kebahagiaan Fely saat ini hanya ingin memakan ice cream. Jadi, mau tidak mau Barra mengalah dan menuruti apa yang istrinya itu inginkan. "Ya udah, janji ya tetep makan siang?" tanya Barra. Fely tersenyum senang lalu mengecup pipi Barra. Membuat kehebohan tersendiri di belakang mobil Barra. "Ah gila lo berdua, nyesel biarin si Barra ikut" ucap Nindi. Fely yang masih berada didekat Barra, sontak menoleh kearah belakang dengan menjulurkan lidahnya. Seolah meledek ketiga temannya karna Fely bisa dengan bebas menciumi Barra. Terlebih, Barra yang banyak sekali dikagumi oleh wanita, Terutama disekolah mereka. Kini, Fely ditemani Barra dan ketiga temannya memakan ice cream ditaman yang mereka lewati tadi. Ya, hanya Fely saja yang membeli ice cream disini. Karna, yang lainnya ingin makan siang saja. Baru setelah itu mereka bebas memakan cemilan apapun. "Barra, Barra. Keren doang, kemauan si Fely diturutin mulu" komentar Nindi yang mendapat delikan tajam dari Fely. "Sirik aja lo" jawab Fely. "Ya abis laki lo. Katanya ga boleh, dirayu dikit aja lembek" jawab Nindi. "Biasa, kalo udah jadi b***k cinta mah" sahut Kai. "Eh, itu namanya si Barra sayang banget sama si Fely. Luthfi aja suka nurutin maunya gue" bela Clarin yang memang sudah menjadi korban dari b***k cinta. Jadi, Clarin sangat mengerti jika Barra tidak bisa menolak permintaan dari Fely. Ditambah, Fely itu istrinya Barra. "Nah, bener tuh kata si Clarin. Lagian, dia happy gue juga happy" jawab Barra. Apakah Fely terlihat baik-baik saja sekarang? Jawabannya tentu saja tidak. Ia tengah salah tingkah karna ucapan Barra barusan. Belum lagi, Barra mengucapkannya sambil Barra menatap Fely. Dengan tatapan yang cukup dalam dan penuh cinta. Bahkan, tatapan Barra sangat memancarkan betapa besarnya cinta Barra terhadap Fely. "Nah mulai tuh dia saltingnya" cibir Nindi. "Apaan sih ngga" elak Fely. "Halah, gengsi mulu ditinggiin. Si Barra kabur tau rasa lo Fel" ucap Kai pada Fely. "Mulut lo Kaila. Doain tuh yang bener napa" jawab Fely kesal. Barra terkekeh lalu menggenggam jemari Fely yang tidak Fely pakai untuk memegangi ice creamnya. "Gue ga akan tinggalin lo, dan ga akan pernah biarin lo ninggalin gue. Tenang aja" ucap Barra lembut. Sadarkah Barra ucapannya barusam membuat Fely ingin berteriak saat itu juga? Bahkan, jantungnya serasa ingin loncat dari dadanya. Barra memang tidak akan pernah gagal jika sudah mengeluarkan kata-kata manisnya untuk Fely. "Uuhhh, cabut aja ga sih guys. Percuma juga disini liatin kebucinan orang" ucap Nindi lalu mengajak Clarin dan juga Kai untuk pergi meninggalkan Fely dan juga Barra yang kini terkekeh karna ketiga gadis itu benar-benar pergi menjauhi mereka berdua yang masih duduk dikursi taman tepat dibawah pohon rindang. "Mau ga?" Tawar Fely pada Barra. "Ngga, buat lo aja semua" tolak Barra. Fely menaikan bahunya acuh. Bagus jika Barra tidak menginginkannya. Itu artinya Fely bisa dengan puas menghabiskan ice creamnya. *** Sekitar pukul 1 siang, Barra membawa keempat gadis yang duduk dengan manis dimobilnya itu ke salah satu resto ternama di Bogor. Karna, mereka sudah lapar sekarang. Dan drama terjadi disini dimana Fely yang tidak ingin memesan makanan apapun. Gadis itu hanya minta dipesankan jus alpukat saja pada Barra. Clarin, Nindi dan juga Kai hanya bisa menarik nafas mereka sambil menggelengkan kepalanya kala harus kembali melihat pertengkaran kecil antara Barra dan juga Fely yang saling memaksa satu sama lain untuk dituruti keinginannya. Kini, mereka akan menyaksikan siapa yang akan menang disini. "Kan gue bilang juga apa tadi. Lo udah janji mau tetep makan Fely" ucap Barra yang bersikeras memaksa Fely untuk memesan makanan. "Gue ga mau makan Barra, jangan maksa dong" tolak Fely. "Makan Fel. Nurut sama gue kenapa?". "Tapi, perut gue kenyang" jawab Fely. "Felysia Inez Gianina siapa suami lo?" Tanya Barra. Seketika Fely menundukan kepalanya. Barra mode serius on. Fely tidak berani membantah sekarang. "Iya, iya makan" jawabnya. "Tapi dikit" cicitnya yang terdengar oleh Barra. Dengan tatapan cukup tajam Barra menoleh kearah Fely. "Iya, iya banyak" jawab Fely karna merasa takut dengan tatapan cukup mengintimidasinya itu. Ketiga temannya terkekeh melihat ketakutan Fely sekarang karna Barra. Seorang gadis angkuh itu ternyata cukup takut pada suaminya. Belum lagi, Fely yang langsung menunduk begitu saja. Tidak seperti biasanya yang mereka lihat. Dimana Fely selalu melawan keinginan orang lain yang tidak sesuai dengan keinginannya. Barra kini melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan resto guna menghampiri mejanya. Karna, Barra dan lainnya memang belum memesan makanan. Karna Fely sudah bersedia untuk makan, alhasil Barra baru berani untuk memanggil pelayan sekarang. "Iya mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan perempuan yang menghampiri meja Barra. Pelayan itu tersenyum ramah pada semuanya. Terutama pada Barra yang tidak bisa dipungkiri ketampanannya. Fely yang melihat itu sontak mengur pelayan itu. Setelah sekian lama, rupanya Fely harus merasakan lagi panas hatinya karna sosok wanita asing yang menatap wajah Barra tepat didepannya. "Mbak, kerja yang bener jangan liatin suami saya terus" tegur Fely. Clarin, Nindi dan juga Kai menahan mulut mereka untuk terkekeh sementara Barra menoleh kearah Fely dan juga pelayan yang sudah siap menuliskan pesanan mereka. Pelayan itu kini menundukan kepalanya karna malu. Karna, tatapannya pada Barra terlihat jelas oleh Fely. Dan parahnya Fely suami dari pria yang cukup menarik perhatian dari pelayan itu. Sementara Barra sejak tadi memang sedang memegang buku menu yang dimana sudah tersedia saat mereka baru duduk disini. "Fely" tegur Barra karna merasa tidak enak pada pelayan itu. "Biarin aja. Enak banget liatin suami orang" jawab Fely. "Ekhm, mbak kita mau pesen boleh dicatet ga?" tanya Kai yang merasa situasi sudah mulai menegang. Pasalnya, pelayan itu masih menundukan kepalanya. Tidak berani untuk kembali menatap Barra maupun yang lainnya. "I.. iya mbak boleh" jawabnya terbata-bata. "Sini Bar, gue liat dulu" pinta Kai pada Barra. Dan dengan segera Barra menyerahkan buku menu yang sejak tadi ada ditangannya. Setelah itu Kai menyebutkan pesanannya dan juga Nindi serta Clarin. Baru lah ia kembali menyerahkan buku menu pada Barra. "Mau apa?" tanya Barra pada Fely. "Samain aja" jawab Fely. Barra tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Setelah itu Barra menyebutkan makanan yang akan dipesan Barra dan juga Fely. "Ada tambahan lain mas, mbak?" tanya pelayan itu. "Ngga udah cukup mbak" jawab Clarin. Pelayan itu menganggukan kepalanya lalu pergi dari meja mereka. "Fely, jangan gitu sama orang. Kasian dia lagi kerja" tegur Barra pada Fely yang tidak ingin memberikan keramahan sediktpun pada pelayan tadi. "Halah, kaya lo ngga gitu aja" jawab Fely kala mengingat Barra yang dimana kalau cemburu juga sama sangarnya dengan Fely. Bahkan, Barra lebih berani untuk melabrak seseorang yang dengan terang-terangan menggoda Fely. "Udah, jangan pada ribut ah. Kita kesini itu buat liburan bukan buat liatin lo berdua berantem ga jelas" lerai Nindi. "Tau, tadi pagi aja adem ayem. Malu tuh sama leher lo berdua yang merah-merah itu" sahut Kai. Barra menarik nafasnya sebentar. Yang Nindi dan Kai katakan itu benar adanya. Mereka kesini itu untuk berlibur, bukan untuk melihat perdebatan antara Fely dan juga Barra. Ia perlahan meraih jemari Fely yang dimana Fely memang duduk disebelahnya. "Fel, ga usah cemberut gitu. Lo tau kan gue cinta sama sayangnya ke siapa? Biarin aja kalo mau orang liatin gue. Gue ga akan tertarik sama mereka" ucap Barra lembut. "Tapi gue ga suka Barra" jawab Fely. "Iya, iya. Biarin ya? Lo duduk manis aja disini, disamping gue ga boleh jauh-jauh. Biar ga ada lagi cewek lain yang perhatiin gue dan buat lo kesel" jawab Barra masih dengan penuh kelembutan. Karna, ia tahu jika Fely sedang kesal seperti ini, Fely akan luluh jika Barra berprilaku sangat lembut padanya. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment See you in the next part

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD