Part 77

2037 Words
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Fely dkk memutuskan untuk latihan terlebih dahulu karna mereka harus tampil saat demo ekskul nanti. Yang dimana saat libur semester mereka tidak akan ada jadwal latihan dikarnakan banyaknya yang memilih untuk liburan di luar kota. Sama halnya dengan Fely yang rencananya akan menghabiskan liburan di Bandung bersama Barra tentunya. Saat berganti pakaian, Fely mendapatkan telfon dari Barra. Ntah hal apa lagi yang ingin diperbuat suaminya itu. Walau ada rasa senang tersendiri dalam hati Fely dengan Barra yang kini sudah tidak malu lagi menunjukan rasa sayangnya. Tapi, disisi lain Fely juga was-was jika sampai ada orang lain yang tahu tentang hubungannya dengan Barra kecuali ketiga temannya. "Fel, laki lo nelfon" teriak Nindi yang memang Fely minta untuk menjaga barangnya saat Fely berganti pakaian. Karna Fely juga melakukan hal serupa tadi saat Nindi berganti pakaian juga. "Angkat aja, bilang gue lagi ganti baju" jawab Fely sedikit teriak juga. Beruntungnya suasana kamar mandi sudah sepi, jadi mereka bisa saling teriak satu sama lain. "Hallo, kenapa? Si Fely lagi ganti baju" ucap Nindi saat sudah mengangkat telfon Barra atas perintah dari Fely tadi. "Masih lama ga dia?" "Baru masuk, kenapa biar gue sampein" "Latihannya lama ngga?" "Ga tau, gimana mood si Fely aja" "Bisa gitu?" "Iya lah bisa. Kaya ga kenal aja bini lo gimana" jawab Nindi. Barra terkekeh. Memang Fely pernah bercerita tentang latihan dance gadis itu. Dimana Fely kadang mengatur latihan tergantung mood gadis itu. Berhubung Fely ketuanya, jadi Fely bebas mengatur latihan. Seperti hari ini, sebenarnya tidak ada jadwal untuk latihan. Tapi, Fely dengan mendadak mengadakan latihan. "Ya udah buruan ah mau ngapain?" "Bilangin aja kalo udah balik gue nunggu di wartam" "Harus banget ditungguin emang?" "Harus lah, biar aman" "Halah, aman sama gue sama yang lain" "Ngga, bilangin aja nanti ketemu di halte aja" ucap Barra lagi lalu mematikan telfonnya. Dalam hati Nindi merasa iri saat Fely mendapatkan perhatian dari Barra. Masalahnya disini adalah Nindi yang tidak memiliki pasangan. Hatinya kini meronta ingin ada seseorang yang mau mengajaknya berpacaran. Agar ia tidak terus melihat Fely yang begitu diperhatikan Barra. Melainkan dirinya juga merasakan bagaimana perhatian dari seorang lelaki yang menyayanginya. Tidak lama dari itu, Fely sudah selesai dengan ganti bajunya. Ia segera menghampiri Nindi yang sedang berdiri didepan cermin besar yang ada dikamar mandi. Gadis itu juga sedang asyik menjelajah akun sosial media sambil menunggu Fely. "Kenapa si Barra?" tanya Fely langsung. Nindi menoleh pada sahabatnya itu yang sudah mengenakan pakaian dance nya. "Katanya kalo pulang lo kabarin dia, katanya dia mau nunggu di halte" jawab Nindi seadanya dan intinya saja. "Dia nunggunya di wartam" lanjut Nindi yang baru ingat jika Barra sedang berada disana. "Harus banget dia nungguin gue?" tanya Fely. "Harus katanya biar lo aman" jawab Nindi lagi. Fely hanya bisa menghela nafasnya dan merapikan rambutnya sebelum ia dan Nindi keluar dari kamar mandi. Dan pergi ke tempat latihan mereka. "Enak banget sih lo dibucinin si Barra" curhat Nindi. Fely menoleh kearah Nindi yang masih berdiri didekatnya. "Kenapa? Lo cemburu?". "Iya, sama kebucinan si Barra aja. Jadi pengen punya pacar deh gue". Fely terkekeh saat Nindi mencurhatkan hal ini. Karna, Nindi itu anti dengan pria biasanya. Katanya ia tidak mau ambil pusing perkara lelaki. Tapi, kali ini temannya itu ingin memiliki kekasih. "Halah, ntar berantem lo juga yang pusing" Cibir Fely yang dimana sangat mengetahui jika Nindi si anti ribet tentang pria. Mari sedikit bercerita tentang kisah cinta Nindi. Saat kelas 10, Nindi memiliki kekasihh. Bahkan, mereka pacaran sejak SMP. Tapi, Nindi diselingkuhi oleh mantan kekasihnya itu tepat saat mereka kelas 10. Dimana mereka berdua tidak satu sekolah. Karna, Nindi dan mantannya itu satu SMP. Sejak kejadian itu, Nindi menjadi kurang percaya terhadap lelaki. Sempat membuka hati lagi, tapi pria itu sangat meribetkan sekali bagi Nindi. Dimana Nindi harus melaporkan segala hal yang Nindi lakukan. Maka, dari situlah Nindi memutuskan untuk menyendiri saja terlebih dahulu, sebelum ia memutuskan untuk kembali membuka hatinya lagi untuk seorang pria. "Iya juga ya, lo pernah berantem ga sama si Barra?". "Lo fikir aja. Emangnya yang nikah mulus-mulus doang?" tanya Fely balik. "Ya kan siapa tau aja". "Gue mah sering banget berantem sama dia. Ga tau aja gue mintanya pisah kalo udah ga tahan banget" jawab Fely. Lalu ia menceritakan semua pertengkarannya dengan Barra. Yang dimana kebanyakan tentang Jihan itu. "Lo sadar ga? Si Barra ga mau lepasin lo dari dulu, mungkin aja emang dia udah sayang sama lo" Komentar Nindi setelah ia menyimpulkan apa yang Fely ceritakan padanya. Fely nampak berfikir sejenak. "Ya, mungkin aja. Tapi ga peduli lah gue. Udah kelewat ini, gue mah fokusnya sama yang sekarang aja" jawab Fely. "Lo sama Barra udah gitu?" tanya Nindi saat keduanya sedang berjalan dikoridor sekolah. Fely menyerngitkan kedua alisnya karna tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nindi. "Maksud lo gitu?" tanyanya. "Ish, si Barra masa ga pernah minta sih sama lo". Fely masih menatap heran kearah Nindi. Meminta apa yang Nindi maksud. Bukannya selama ini Fely yang banyak meminta pada Barra. Terutama dalam hal uang dan membeli barang. "Minta apa sih? Yang jelas kalo ngomong" geram Fely. "Ish, lo berdua udah married, ya kali kalian ga pernah gituan". Fely baru faham sekarang apa yang dipertanyakan oleh Nindi. "Menurut lo aja, gue udah 6 bulan sama dia. Apa jaminannya kalo dia ga kegoda sama gue yang sexy, montok, cantik gini?" tanya Fely. Nindi memutar kedua bola matanya saat mendengar ke PD an Fely yang kembali muncul. Walau, apa yang temannya itu katakan adalah kebenaran. "Lo udah ga perawan dong?" tanya Nindi. Fely memelototi Nindi saat temannya itu berkata sedikit kencang. Karna, Fely takut ada yang mendengar percakapan mereka karna ulah Nindi. "Lo biasa aja anjir" jawab Fely. "Hehehe, maaf. Jadi bener?" tanya Nindi. Fely menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Nindi barusan. "Gimana rasanya?" tanya Nindi lagi. Fely mendekatkan bibirnya pada telinga Nindi. Niatnya adalah untuk membisikan sesuatu pada sahabatnya itu. "Enak banget, apa lagi si Barra jago banget mainnya sekarang" jawab Fely yang membuat Nindi bergeridik geli. "Anjir lo. Gue bilangin ke si Barra juga ya" "Jangan lah babi. Malu-maluin gue aja" Nindi terkekeh mendengar jawaban dari Fely. Ia fikir sahabatnya itu sudah tidak mempunyai rasa malu. Apa lagi pada suaminya sendiri. Perbincangan terus berlanjut sampai keduanya berada didalam ruangan dance. Dimana sudah berkumpulnya semua anggota dance disana yang sudah siap latihan kali ini. *** Sesuai yang Barra minta, sebelum pulang Fely terlebih dahulu menghampiri Barra yang sudah menunggunya di halte sekolah. Fely me rem mobilnya tepat disebelah mobil Barra. Dengan kompaknya juga Barra dan Fely saling membuka kaca mobil mereka agar mereka bisa saling berkomunikasi langsung. "Gue mau anterin Clarin dulu" ucap Fely yang memang Clarin sedang duduk manis disampingnya. Clarin sedikit memajukan kepalanya agar bisa melihat dan dilihat oleh Barra. Setelah itu ia melambaikan tangannya pada Barra. Yang dibalas dengan Barra yang menaikan kedua alisnya. "Gue ga bawa mobil, makanya gue minta Fely buat anterin" ucap Clarin yang meminta izin pada Barra. "Iya" jawab Barra. Lalu mobil Barra dan Fely berjalan beriringan dengan Fely yang memimpin. Sama seperti biasanya jika Barra menjemput Fely dengan keduanya yang membawa kendaraan masing-masing "Dia beneran ngikutin lo?" tanya Clarin saat melihat kaca dan melihat kearah belakang dimana mobil Barra berada dibelakang mobil Fely. "Menurut lo gimana?" "Dia kayanya beneran udah kecintaan sama lo deh. Masa diikutin gitu sih lo nya" ucap Clarin yang mendapat senyuman dari Fely. "Iya kali. Lagian udah biasa kali gue mah diikutin dia" jawab Fely. Clarin menganggukan kepalanya. "Kenapa kalian ga berangkat barengan aja sih? Kan enak kalo lo tinggal duduk manis disebelah dia" tanya Clarin yang heran kenapa Fely dan Barra tidak pernah berangkat barengan. Padahal, mereka satu rumah dan satu sekolah juga. "Si Febri udah aduin gue sama Barra ke pihak sekolah. Ga mau gue nantinya jadi gosip gede lagi. Mendingan nunggu reda dulu aja gosip gue sama dianya" Jawab Fely. Clarin menganggukan kepalanya faham. Memang gosip tentang Fely dan Barra masih terdengar disekolah. Jadi, wajar saja jika Fely masih mau merahasiakan tentang hubungannya dengan Barra. Belum lagi, Clarin juga tahu adanya fans Barra dan juga Jihan dimana fans keduanya itu mendukung Barra dan Jihan untuk pacaran. "Ngomongin si Febri, gimana lo ada rencana buat bales dendam?" tanya Clarin. Fely menoleh sebentar kearah Clarin sebelum ia kembali fokus menyetir. "Belum, lo ada ide ga?" tanya Fely. Dua hari ini Barra terus mengajaknya keluar untuk jalan-jalan. Saat pulangpun, keseringan Barra mengajaknya untuk langsung tidur. Jadi, Fely tidak sempat untuk memikirkan cara balas dendam pada Febri yang dengan beraninya membongkar tentang pernikahan Barra dan juga Fely. Walau, pihak sekolah juga sudah menganggap jika itu hanya gosip belaka. Tapi, Fely tetap menyimpan dendam pada Febri. "Belum sih, enaknya ngapain ya?" jawab dan tanya Clarin. "Gue mau bikin dia malu semalu-malunya" jawab Fely dengan tatapan penuh kebencian. Walau, Febri dulu sangat dekat dengan mereka. Tapi, kebersamaan mereka seolah sirna sudah saat Febri memutuskan untuk menjauhi Fely dkk hanya karna Barra. Dan yang paling membuat Fely dkk muak adalah, saat Febri dengan sengaja mengibarkan bendera perang. Padahal siingat mereka, mereka tidak pernah mengusik Febri walau gadis itu memutuskan untuk menjauh. Tapi, Febri memutuskan menjauhi keempatnya sekaligus mengibarkan bendera perang pada Fely dkk. Fely dkk juga kini sudah membuat grup chatt baru tanpa ada Febri didalamnya. Karna keempat gadis itu benar-benar kecewa terhadap Febri. Maka, mereka benar-benar menghapus Febri dari daftar pertemanan mereka. Belum lagi Febri yang terus menyindir lewat status Wh*tsApp ataupun Instagramnya yang membuat Fely dkk semakin ilfiel pada Febri. "Kita harus fikirin rencana mateng-mateng sih. Dan yang terpenting jangan sampe ada orang yang tau" ucap Clarin yang mendapat anggukan dari Fely. *** "Bar, lo seriusan mau ikut nanti ke puncak?" tanya Fely saat dirinya dan juga Barra sedang berada dikamar. Dan mereka sudah mandi setelah pulang nanti. Keduanya kini tinggal menunggu adzan magrib berkumandang saja. Baru setelah itu mereka akan makan malam bersama Lita. Karna, Barra dan Fely memutuskan untuk makan malam dirumah saja, setelah dua hari kebelakang mereka keluar terus. "Ya, kalo lo mau gue izinin sih" jawab Barra sambil merebahkan dirinya dengan paha Fely menjadi bantalannya. Barra juga meraih jemari Fely agar Fely mengelus rambutnya sekarang. Karna, Barra sangat menyukai jika Fely sudah mengelus lembut rambutnya yang sudah sedikit memanjang itu. "Ya, gue sih udah bilang sama temen-temen gue. Mereka katanya bolehin lo buat ikut". "Ya harus boleh dong. Kan dia bawa bini gue". "Lo modalin mobil sama bensinnya dong. Gue sama yang lain mau modalin sewa vila nya" pinta Fely pada Barra. Barra memang berniat untuk membawa mobilnya sendiri dan tidak akan meminta sedikitpun uang bensin pada Fely dan yang lainnya. Bahkan, rencananya juga Barra ingin membayar sewa Villa yang akan mereka tempati dipuncak nanti. "Iya, sekalian aja sama Villa nya" jawab Barra. "Ngga, biar kita aja yang bayar masalah itu" tolak Fely. Walau Barra memang tidak pernah hitungan padanya, tapi Fely tetap merasa tidak enak jika semua liburannya ditanggung oleh Barra. Masalahnya disini, teman-teman Fely juga terlibat disini. Pasti, Barra akan keluar uang yang cukup banyak jika harus menanggung semuanya. "Ya ga papa lah gue aja" jawab Barra kekeuh. Bagaimanapun dirinya seorang lelaki. Lagian, membiayai liburan selama 2-3 hari ini tidak akan membuatnya bangkrut. Karna, liburan kali ini pasti membuat Fely bahagia. Yang dimana, jika istri bahagia karna suaminya, maka rezeki suaminya akan semakin lancar. "Ngga ah gue ga enak sama lo. Lagian kan rencananya emang gue sama temen-temen gue mau patungan dalam hal apapun itu" tolak Fely lagi. "Ga enak apanya? Biasanya juga lo seneng kalo gue bayarin. Gue jamin temen-temen lo juga bakalan happy" jawab Barra. Fely menghela nafasnya. Ia sangat mengenal Barra. Barra paling tidak suka ditolak kebaikannya. Dan sepertinya kali ini Fely harus mengizinkan Barra untuk membiayai liburannya bersama ketiga temannya. Karna, jika tidak diizinkanpun dapat Fely pastikan jika Barra akan memaksa dirinya. "Ya udah, gini aja gue bilangin dulu ke temen-temen gue. Kalo mereka nolak, lo jangan maksa oke?". Barra menganggukan kepalanya. Lalu ia menarik kepala Fely untuk mendekat kearahnya. Dan detik itu juga mereka berciuman, karna Barra yang memulai semuanya. Tapi, ciuman mereka hanya sebentar saja. Karna, suara adzan magrib sudah berkumandang. Barra memang sedikit kesal sekarang, tapi ia juga segera beranjak dari baringnya. Mengajak Fely untuk segera menunaikan ibadah sholat magrib berjamaah. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD